"Aku terlalu bingung."
Usha mengusap wajahnya, wajah tenangnya selama ini hilang dengan ekspresi yang begitu cemas. Alasan mengapa ia merasa senang ketika di dekat Kivandra, alasan segala pertanyaan dari benaknya, kini sudah terbalas.
Kivandra adalah adiknya.
"Aku akan mencari Kivandra." tegas Usha.
"Di mana?" Kaisar membuka suara, "Kita telah mengarahkan banyak ksatria terbaik untuk mencari Kivandra, semua sia-sia."
"Aku akan mencarinya lagi!"
"Itu akan sia-sia!" bentak Kaisar.
Sang Kaisar--David Athulya, pria gila kerja yang dikenal hanya memiliki ekspresi datar di hidunya--kini terlihat begitu kacau.
Alicia, sang istri.
Ketika Kaisar sudah berhasil menata kembali hidupnya, kenapa datang lagi? Tembok yang ia bangun bertahun-tahun sekarang roboh. Dengan membawa seorang anak yang menyimpan kenangan menyesakkan, tetapi Kaisar juga menyayanginya.
"Alicia, alicia ...."
Kaisar sangat kacau.
Usha mendengus, "Aku akan tetap mencari adikku."
"... apa yang akan kau lakukan setelah kau menemukan Kivandra?" tanya Kaisar dengan suara serak, seolah susah payah ia berucap.
"Apa lagi? Membawanya ke Istana, ke rumah kita. "
"Bahkan setelah kita memperlakukannya dengan buruk? Ingat yang telah kita lakukan padanya, Usha, itu sangat buruk. Aku malu pada Kivandra dan diriku sendiri."
"... itu--"
Suara Usha tercekat.
Tekad besar Usha untuk mencari adiknya, Kivandra, hirap seketika. Pikirannya melayang tinggi. Apa yang telah ia lakukan pada Kivandra? Menyakiti hati kecil Kivandra?
"Ini pertama kalinya ada gadis biasa yang berani menatap wajahku secara terus terang, ingin mati?"
Usha bahkan pernah mengancam nyawanya.
"Aku tak berkata untuk memberikan status putri padamu selamanya. Ini hanya sementara hingga adikku sembuh. Kau jangan berharap macam-macam, rakyat kotor."
Usha pernah mengatakan kalimat menyakitkan itu.
"Mulai sekarang, namamu Dhipa Athulya."
Usha pernah memaksanya menjadi orang lain.
Semua kalimat demi kalimat ia ucapkan tanpa perasaan. Diam-diam, Kivandra pasti merasa perih dari dalam hati. Apakah gadis itu menangis di bawah selimut kamarnya?
Jika itu benar ....
"Aku bajingan." umpat Usha pada dirinya sendiri, merasa kotor.
Lelaki itu pamit dari kantor ayahnya dan berjalan tanpa arah di lorong Istana. Semenjak kepergian Kivandra, Istana ini terlihat tak berwarna.
Hitam, putih, abu-abu.
"Kenapa bunga mawar itu menjadi abu-abu? Tidak, semuanya menjadi abu-abu."
Kamarnya, Dapurnya, seluruh sudut Istana, kebun, bunga--oh, bunga?
Bunga?
Usha tersentak, lelaki itu mempercepat langkahnya menuju gudang yang letaknya tak jauh dari posisi awal. Napasnya tersenggal, lelaki itu mengusap rambutnya ke belakang.
Ceklek.
Dibukanya pintu gudang itu.
Di dalam sana terdapat banyak perabotan tua, lampu menyala terang walau masih siang hari, banyak kotak-kotak mewah yang terjejer rapi di sudut gudang. Di tengah ruangan, tampak sebuah buket besar bunga bougenville yang layu. Tertinggal, tak diperhatikan, dilupakan.
Mata Usha bergetar melihatnya, "Kejutan untuk ulang tahun Kivandra .... "
Dhipa bangun di hari ulang tahunnya, yang mana itu juga merupakan ulang tahun Kivandra. Tanpa beban Usha berlari menghampiri Dhipa, memberi semua perhatian padanya, melupakan Kivandra yang menunggu kejutannya.
"Aku telah menjanjikan kejutan pada Kivandra." gumam Usha sambil menyentuh kelopak bougenville yang layu, "Tapi aku tak menepatinya."
Betapa bodohnya ia?
Betapa jahatnya ia?
Ia melupakan Kivandra di hari ulang tahunnya.
Usha duduk begitu saja di lantai gudang. Lagi-lagi menyentuh bougenville layu, "Maafkan aku, Kivandra."
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Surrogate
FantasyPutus asa sporadis merapah, saat itu kereta berkilau datang menghampiri toko bunga Kivandra. Sang Pangeran mengajak Kivandra, yang tampak lelah, untuk menjadi keluarga kekaisaran. Kivandra seorang gadis miskin yang menjual bunga di pinggir jalanan...