Chapter 5 [NEW VERSION]

7.8K 263 3
                                    

Dari total 31 murid di kelas Will, remaja laki-laki itu hanya dekat dengan 3 orang teman yang sejak pertama kali masuk ke sekolah ini, selalu bersama-sama dengannya.

Yang paling tinggi di antara mereka berempat bernama, Bagas. Yang paling pendek bernama Dewa, dan yang paling bawel bernama Pino. Ketiga temannya telah Will beritahu bila ia sudah tidak tinggal di rumah yang lama lagi. Melainkan di sebuah istana mewah milik seorang laki-laki bule teman ibunya dulu.

Tentu saja ketiga teman Will tidak langsung percaya begitu saja, sehingga sejak pertama kali Will mengumumkan hal itu, ketiganya selalu memaksa Will untuk membawa mereka ke rumah barunya. Namun Will enggan, sebab ia takut bila Aaron tidak suka dengan tindakan Will yang mengajak teman-temannya tanpa izin terlebih dulu. Sementara Will sendiri tidak berani untuk meminta izin kepada Aaron.

"Kalau lo ngajak kita ke rumah baru lo, janji deh, gue bakalan traktir lo makan mie ayam selama seminggu penuh." Pino mulai menerapkan penawaran. Namun Will masih kekeh dengan keputusannya yang tidak ingin mengajak teman-temannya ke rumah barunya.

"Udah enggak usah dipikirin, Will. Si Pino emang ngotot banget orangnya, gue percaya kok kalau lo tinggal di rumah yang kayak istana, karena setelah lo tinggal di sana, lo selalu diantar jemput supir kan setiap pulang dan pergi ke sekolah. Itu aja udah wah banget. Enggak perlu ada pembuktian lagi," kata Bagas dengan seulas senyuman tulus. Awalnya Bagas dan Dewa memang sengotot Pino minta diajak ke rumah baru Will, tapi lama-lama kedua temannya itu jadi pasrah dan tidak memaksa Will lagi, hanya Pino saja yang masih kekeh sampai saat ini.

Mereka berempat keluar dari kelas, dan berjalan menuju gerbang sekolah yang jaraknya tidak begitu jauh.

"Jemputan lo bukan, Will." Dewa menunjuk ke depan gerbang sekolah yang kini teronggok sebuah mobil sport hitam.

"Bukan," jawab Will. "Pak Imam enggak mungkin jemput gue pakai mobil kayak gitu."

Mereka berempat sejenak memandangi mobil mewah itu bersama-sama, hingga seseorang keluar dari kendaraan itu dan membuat mata Will melotot selama beberapa saat.

"Lo kenal sama om-om bule itu, Will?" Dewa bertanya.

"Jangan-jangan dia teman bunda lo itu, ya, Will. Yang rumahnya kayak istana?" tanya Pino.

Will mengangguk. "Ngapain, ya, dia ke sini?"

"Ya jemput lo, lah," sahut Pino, kemudian sosoknya berlari dengan gesit mendatangi Aaron. Lagi-lagi membuat Will melotot dan buru-buru mengejar langkah temannya itu.

"Hello, Mister," sapa Pino.

"Ya?" Aaron membalas dengan satu alis terangkat.

"Dia bisa bahasa Indonesia enggak, Will?" tanya Pino ketika Will sudah berada di sebelahnya. Namun Will tidak menanggapi Pino dan memilih untuk bertanya kepada Aaron.

"Kenapa, Pa—" Will terdiam sejenak, apakah memanggil Aaron dengan sebutan 'Papa' adalah keputusan yang tepat?

"Papa jemput kamu karena Pak Imam sedang demam." Tiba-tiba Aaron bicara, dan menyebutkan dirinya dengan panggilan 'Papa'.

"Bisa bahasa Indonesia ternyata," gumam Pino. "Saya Pino, Mister, temannya Will." Setelah menyebutkan namanya, Pino langsung menjulurkan tangan mengajak Aaron bersalaman.

Daddy Effect [BXB 21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang