Chuuya kembali ke sekolah, bertemu temannya di loker, berjalan menuju kelas sambil bercanda tentang ketidak hadirannya kemarin, disambut oleh teman sekelasnya, dan membolos..
Di taman belakang seperti biasa, entah apa alasannya, tapi dia merasa seakan tidak pernah ketahuan membolos.
Dia terduduk di pilar kesayangannya itu dan menyandarkan dirinya di sana. Sambil mengeluarkan sepuntung rokok dan koreknya, dia memejamkan matanya. Membayangkan setiap jalan yang dia pilih dalam kehidupan ini, kehidupan sebelumnya maupun selanjutnya.
Chuuya berniat menyalakan rokoknya, namun entah mengapa ada bayang-bayang kematian dalam pikirannya. Dia tahu kalau merokok itu dapat membuatnya meninggal, tetapi sebagai orang yang sudah candu dengan rokok dan baunya, dia tidak dapat menghentikan kebiasaan buruknya.
Lelaki bersurai senja itu memperlihatkan maniknya yang bersinar. Dari mata itu, terlihat sosok bersurai cokelat yang sedang membungkuk menatapi dirinya.
Dahinya berkerut bingung, dan perasaannya campur aduk ketika pemuda di hadapannya hanya mengeluarkan simpul tipis yang jarang dilihatnya..
"Apa?"
"Tidak, harusnya kau tidak membuka matamu," balasnya, lalu berdiri tegak.
Chuuya pikir Dazai ingin menatapnya lebih lama, dirasa aneh, dia berdecak pelan. "Menjijikkan, untuk apa kau menatapku?"
Dazai berjalan menuju bagian sisi lain dari pembatas itu, dan bersandar pada pilar di balik Chuuya, yang terduduk bersandar pada pilar. Ia mengeluarkan buku kesayangannya, bukan buku pelajaran, namun buku panduan bunuh diri bersampul merah itu.
"Aku melihatnya, apa yang kau bayangkan."
"Apa yang kau lihat?"
"Kehidupan.. perjalanan hidupmu yang membosankan itu."
Chuuya hanya menghela nafas, seolah dirinya tidak peduli bagaimana Dazai mengetahui apa yang dia pikirkan.
Toh, mau bagaimanapun, Chuuya tidak akan bisa menyembunyikan sesuatu dari pemuda yang ranking satu di sekolah.
"Apa kau menyukai seseorang?" Tanya pemuda yang baru saja dipujinya dalam hatinya. Chuuya menengok dengan wajah tidak mengerti, sejak kapan orang ini peduli dengan kisah hidupnya?
"Tidak, kenapa?"
"Kau yakin? Aku pikir kau punya seseorang."
Chuuya sekali lagi mengerutkan dahinya, dan berdiri menghadapnya. "Kenapa kau berpikir seperti itu? aku tidak menyukai siapapun. Jangan bilang, kau yang menyukai seseorang?"
"Oh..?" Dazai berhenti membaca bukunya, dan menoleh, memberi mimik wajah kaget yang tidak begitu mencolok karena hampir keseluruhan wajahnya ditutupi oleh sifat menyebalkannya.
"Kenapa?"
"Ahh, begitu," lirihnya.
Chuuya semakin penasaran dengan maksud sang laki-laki ini, dia tidak pernah bisa mengetahui isi pikiran- lebih tidak tahu jalan berpikir lelaki ini.
"Mungkin.. aku menyukai seseorang," suaranya tampak melembut, dan entah apa yang dirasakan Chuuya. Harapan.. akan apa? Kesal.. tapi mengapa? Chuuya tidak tahu, jangan tanya dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monster || Soukoku ✣
FanficMata merah, mulut tajam dengan darah mengalir di wajahnya. Monster itu memakan tubuh manusia hingga hanya tersisa tulang-belulangnya. Itulah mimpi Chuuya akhir-akhir ini, sesosok monster hitam pemakan manusia, dan setiap kali dia melihat monster itu...