Semua terulang lagi, lagi, dan lagi. Chuuya terbangun dari tidurnya lagi, setelah bertemu monster yang lagi-lagi memakan orang yang tidak dikenalinya.
Chuuya tahu, monster itu akan memakan siapapun, tapi tidak dengan orang yang tidak dikenalinya. Entahlah kenapa. Chuuya hanya mengingat bahwa monster itu memakan seseorang yang dikenalinya, tapi dia tidak tahu bagaimana rupa atau siapa orang yang pernah disantap monster itu, dalam mimpinya.
Sialnya, monster itu bahkan masih menyantap makanannya, bahkan beberapa kali menghantuinya di sekitar rumahnya, bila dia diam di rumah.
Ini keterlaluan!
Jam sudah menunjuk pukul 08.30, saat jam itu berbunyi. Chuuya menghentikan alarmnya, dan bergegas bangun dan menyiapkan sarapan paginya.
Dia sudah membulatkan tekadnya, sekarang tinggal menjalankan tekadnya.
Sebelum menjalankannya, tentu saja harus mengisi perut terlebih dahulu, dia akhirnya menyiapkan omelet yang mudah dibuat, dan memakannya dengan lahap.Seperti biasa.
Chuuya yakin, dia menjalani hidupnya seperti sebelumnya.Datang ke sekolah.
Menaruh barangnya di loker.
Bertemu dua orang yang tak dikenalnya.
Disambut oleh gadis pirang yang tak dikenalnya.
Tidak ada yang mengajar.
Bolos bersama sahabatnya, salah satu dari dua orang yang dia kenali di sana. Meskipun tidak tahu kenapa Chuuya tidak mengenal semua murid sekolahnya, kecuali dua orang itu.Namun kali ini, Chuuya akan mengubah alurnya, berbeda dari sebelumnya, ia akan langsung menuju kelas 2-5 dan mencari keberadaan Dazai Osamu.
"Dimana Dazai?" Katanya dengan terburu-buru.
Mereka berbalik melihat kursi Dazai yang kosong.
"Entahlah, sebelumnya di sini."Chuuya langsung membanting pintunya dan berlari, menuju ke mana saja di mana dia bisa menemukan Dazai. Namun tidak ada sama sekali, tidak ada yang melihatnya, dan tidak ada di manapun.
Chuuya sempat berpikir kalau Dazai tidak datang ke sekolah. Benarkah? bahkan dalam keadaan terburuk pun, pemuda bersurai cokelat itu tetap datang ke sekolah.
Sesuatu terlintas di kepala Chuuya. "Ah.. taman belakang!"
Dia langsung berlari menuju taman itu.
Sesampainya di sana, Chuuya terengah-engah, lalu mengadah ke langit, menutup matanya, sambil berkata, "tolonglah, jangan tidak ada."Ia membuka matanya perlahan, meskipun ragu apakah Dazai berada di hadapannya sekarang atau tidak.
"Apa yang tidak ada?" suara ini, suara yang ia cari sejak tadi. Chuuya langsung membuka matanya lebar, melihat seorang bintang sekolah tengah membaca buku di sana, menatap dirinya dengan senyuman yang biasa ia lihat.
Chuuya senang, dia berlari dan menggenggam lengannya.
"Ayo pergi" Chuuya berbalik dan menariknya."Ke mana?" tanyanya sambil mengikuti langkah Chuuya.
"Kabur, dari monster mengerikan itu"
"Monster?"
Dazai kemudian berhenti membuat lelaki kecil di hadapannya ikut berhenti, mereka bahkan belum keluar dari area taman belakang itu."Aku tahu, kau pasti bingung dan tidak percaya," Chuuya berbalik dan melepas genggamannya.
"Tapi, aku selama ini terus bermimpi, dan bermimpi, kemungkinan ini adalah mimpi, tapi yang aku tahu, aku akan terbangun saat monster hitam bermata merah itu menangkap, membunuh, dan.. memakan seseorang di depanku."
Dia tertawa seakan akan kalimat barusan hanyalah lelucon.
"Candaanmu sangat lucu, Chuuya.""Aku tidak bercanda!!"
Suaranya nyaring, membuat yang tertawa terdiam sejenak."Benarkah? lalu.. apa kau sudah menyelamatkan temanmu?"
"Tidak.. aku hanya menyelamatkanmu."
"Kenapa?"
Wajahnya tampak tidak rela, "aku hanya bisa menyelamatkan satu orang, dan meskipun berat, aku memilih orang yang paling penting dalam hidupku."
Alam seakan mendukung suasana itu, angin menerpa keduanya. Manik biru itu sangat bulat dengan keputusannya, terlihat dari sorot matanya yang tegas, menatap sang bintang sekolah.
"Ayo pergi, " Chuuya kembali menarik tangan Dazai, berbeda dari sebelumnya, kali ini ia tidak berkutik, dia hanya mengikuti Chuuya yang memimpin perjalanan.
Dalam satu hingga dua menit, tidak sampai keluar sekolah, mereka masih di halaman sekolah, Dazai akhirnya kembali membuka topik.
"Kau mau membawaku kemana?" Tanyanya ketika sadar mereka masih di halaman sekolah."Entahlah, yang pasti menjauhi sekolah dan monster itu."
Dazai menghela nafas lelah, lalu menepis tangan Chuuya.
"Kau sangat bodoh, Chuuya!"
Chuuya sekali lagi berbalik dengan wajah tidak mengerti dan kesal."Sudah banyak yang bisa menjadi bukti, tapi kau tidak menyadarinya."
Dazai menarik nafas panjang ketika lelaki di hadapannya memberi balasan berupa tanda tanya besar pada kepalanya."Ini......." dia mengacak rambutnya dengan satu tangan, ".......pertama kalinya aku memberi petunjuk yang berlebih agar kau sadar sendirinya," sambungnya dengan bentakan.
Dazai seakan tidak terima, pertama kalinya dia mencoba untuk menyadarkan seseorang, namun orang ini justru terlalu bodoh untuk menyadari hal yang di luar nalar. Tapi meski begitu, dia seharusnya sadar akan sesuatu yang aneh, bahkan lebih aneh dari yang lelaki itu pikirkan.
Chuuya memiringkan kepalanya tanda masih bingung. Sangat bingung, tidak mengerti sama sekali.
"Sadar.. apa?"
Angin bertiup, membawa dedaunan musim panas di siang itu melewati keduanya. Hijaunya rumput, dedaunan di pohon-pohon cantik itu berayun sesuai arusnya. Saat itu, matahari tepat di atas keduanya.
"Apa kau tidak pernah curiga.. pada sesuatu.. apapun.. siapapun?"
Mata biru itu menyipit, dia mengerti maksud pemuda itu.
"Apa kau berharap aku mencurigai.. mu?"
Dazai menghembuskan nafas, "aku lebih berharap untuk mengulang waktu dan tidak menyia-nyiakan kesempatan karena perasaan bodoh itu," sambil menutupi wajahnya.
"Apa yang kau—"
"Chuuya, apa kau mengingat yang terjadi kemarin. Kenapa kau bermimpi berulang kali, kenapa kau bertemu monster yang tidak nyata. Apa kau pernah berpikir seperti itu?"
Sampai kalimat itu selesai, sekali lagi, di pagi hari sebuah teriakan muncul. Chuuya tidak bergerak, dia tahu apa yang terjadi di balik punggungnya, sementara Dazai hanya terdiam menatapnya, tidak bergeming seakan tidak memerdulikan apa yang terjadi di dalam gedung.
"Kini.. giliran sahabatmu, Tachihara Michizou."
Matanya melebar saat Dazai mengatakannya. Ahh, sepertinya dia sudah mengerti. Sepertinya Chuuya sudah paham. Sepertinya aku sudah tahu.
Dia mengetahuinya, setelah Dazai menyeringai sambil mengatakan hal buruk. Hal buruk yang ingin Chuuya lupakan, tapi masalah besar tidak dapat dihempaskan begitu saja.
Tanpa satupun kata, bunyi jentikan jari muncul dari berbagai sudut tempat, seakan keduanya berada di sebuah ruangan kosong, padahal mereka berada di lingkungan terbuka.
Setelah jentikan jari itu, kegelapan menyelimuti Chuuya. Namun kali ini tidak ada rasa takut lagi pada dirinya.
Dalam kegelapan itu, Chuuya tersenyum saat mengingatnya. Dia tertawa pelan merasa dirinya bodoh karena melupakannya.
Kenapa dirinya baru menyadari, dia tidak pernah merasakan kejadian lain selain terbangun oleh sinar matahari, dan bersekolah di hari rabu tanggal 19 Juni, hari ulang tahun Dazai Osamu.. yang tidak pernah menjadi salah satu bagian dari hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monster || Soukoku ✣
Fiksi PenggemarMata merah, mulut tajam dengan darah mengalir di wajahnya. Monster itu memakan tubuh manusia hingga hanya tersisa tulang-belulangnya. Itulah mimpi Chuuya akhir-akhir ini, sesosok monster hitam pemakan manusia, dan setiap kali dia melihat monster itu...