Jika bukan dari rumah, kamu harus tetap mendapatkan rasa sayang itu dari tempat singgah. Setidaknya. -Lulana
_______••_______
"Kenapa bisa sampai jatuh?"
Kane yang baru saja turun dari motor sport miliknya langsung mengajukan pertanyaan pada Lana. Laki-laki itu tidak datang sendirian, ia bersama dengan Aksa, salah satu temannya.
"Hehe, ya ... jatuh aja?" jawab Lana. Jawaban yang sama sekali tak membuat laki-laki itu puas.
Matanya beralih untuk menatap Janus yang juga terluka di bagian lututnya. Ia coba menggabungkan pecahan puzzle itu.
"Jatuh sama Janus?" tanya Kane penuh selidik.
Lana hanya meringis kikuk. Jujur saja, gadis itu selalu merasa takut dengan sisi serius Kane yang satu ini. Karena temannya itu akan terlihat jauh lebih menyeramkan dengan sorot mata tegas yang dipunya.
"Iya, tadi nabrak trotoar. Sorry, emang kaga bisa nyetir motor," sahut Janus.
"Eh- enggak. Aku yang maksa Janus, Ka. Jangan dipelototin gitu dong. Mending sekarang kita pulang yuk?"
Lana menarik ujung kaos hitam yang Kane kenakan dari posisi selonjornya setelah menyadari tatapan tajam yang laki-laki itu tunjukkan pada Janus.
Dan Kane yang melihat itu langsung berjongkok, menaruh tangan kanannya dibalik lutut Lana lalu mengangkat gadis itu ala bridal style.
"EH???"
Hal yang buat Lana langsung menjerit karena kaget.
Namun, Kane tak mempedulikan jeritan gadis digendongannya itu. "Bantuin Jein, Sa." Dia malah menyuruh Aksa untuk membantu Janus yang sebenarnya sudah bisa berdiri sendiri.
"Duduk yang bener, pegangan. Kalau jatuh lagi aku buang kamu ke got depan sana," celetuk Kane, menarik pergelangan tangan Lana agar memegang pinggangnya.
"Iya-iya. Marah-marah mulu. Aku lagi sakit juga ini."
"Nggak usah bawel bisa?"
Lana langsung menekuk bibirnya kesal. Kane yang seperti ini kadang bisa mengalah-ngalahi mamanya yang ada di rumah. Selalu mengomelinya padahal dia sedang terluka.
Lana kan jadi kesal sendiri jadinya.
Tapi kesalnya itu tak berlangsung lama. Gadis itu kemudian beralih untuk menatap Janus yang sudah mendudukkan diri di jok belakang motor Ane, dengan Aksa yang memboncengi.
"Nanti kalau Aksa ngebut pukul aja kepalanya, Nu," teriak gadis itu ketika motor Kane berjalan melewati motor yang dinaiki oleh Aksa dan Janus.
***
"Aku bisa jalan ya! Ngga usah digendong lagi ini!" Lana langsung memperingati Kane ketika melihat laki-laki itu turun dari motornya lebih dulu.
Motor Kane diparkir di halaman depan rumah keluarga Lana yang memiliki dua lantai. Sedangkan motor Ane sudah dibawa lebih dulu oleh Aksa untuk pergi ke bengkel.
"Biar aku bantuin turunnya." Janus menawari.
"Nggak usah, Nu. Nih biar Kane aja. Nanti jatuh dua kali malah berabe lo." Namun Lana menolaknya dengan halus.
Setelahnya, Lana mengeratkan pegangan tangannya pada bahu Kane. Laki-laki berwajah blasteran itu membantu Lana perlahan agar gadis itu bisa berdiri tegap dengan kakinya yang terluka.
Langkah mereka bertiga pelan, dengan Kane dan Lana yang di depan lalu Janus yang mengekor di belakang.
Pintu rumah itu di buka pelan oleh Kane.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Bercerita (COMPLETE)
RomanceTidak semua punya rumah, tidak semua punya tempat untuk pulang. Karena terkadang, manusia lahir dengan rumah yang sudah hancur sedari lama. Lalu... mereka harus pulang ke rumah yang seperti apa? Bukankah sekarang pilihannya hanyalah singgah untuk se...