Ayah saat ini berada di dapur, menemani Bunda yang tengah memasak sambil membicarakan tentang Fahmi yang membenci Ilham.
"Bunda,"
"Iya Ayah, ada apa?" Tanya Bunda.
"Ayah kasihan pada Ilham. Sudah selama 2 tahun Ilham ikut kita, Ilham nggak pernah ngerasain kasih sayang seorang adik. Fahmi malah membencinya. Hingga harus di putuskan Ilham ikut Papa dan Mama tinggal di Bandung," Ujar Ayah. Bunda tak menanggapi perkataan Ayah. Bunda membiarkan Ayah melanjutkan perkataannya.
"Ayah tau, dulu itu sangat tiba-tiba Ayah ajak Ilham ke rumah dan menjadi anak kita. Tapi itupun karena saat itu situasinya sangat mendesak. Kalau Ayah minta pendapat dulu pada Fahmi, Ayah takut, Ilham jadi anak terlantar karena Ilham sudah tak punya siapa-siapa sejak Ayah, Ibu, Kakek, Nenek, Opa dan Omanya meninggal karena kecelakaan. Ayah Ingin Fahmi tak membenci Ilham lagi. Tapi bagaimana caranya membujuk Fahmi, karena Fahmi anak yang tak mudah di bujuk. Kalau dia sudah benci sesuatu, pasti rasa bencinya akan awet. Ayah bingung, Bund. Ayah kasihan pada Ilham yang sudah tak mempunyai sanak keluarga kandung lagi. Setelah kita jadikan Ilham anak, eh malah dapat kebencian dari anak kandung kita,"
"Ayah salah ya Bund? Angkat Ilham jadi anak kita?"
"Ayah, Ayah sama sekali nggak salah mengangkat Ilham jadi anak kita. Tindakan Ayah itu malah sudah benar. Seharusnya Fahmi mau mengerti akan keadaan. Bukannya Bunda nyalahin Fahmi, tapi Fahmi harus paham dengan posisi Ilham. Tak sepantasnya Fahmi membenci Ilham," Kata Bunda menimpali perkataan Ayah sambil tetap memasak.
"Begini saja Ayah, kita coba bicara pelan-pelan pada Fahmi, jelaskan semuanya apa yang saat itu terjadi dan sampai Ayah ajak Ilham ke sini serta Ayah jadikan Ilham sebagai Anak angkat kita. Dengan begitu mungkin nanti Fahmi akan mengerti dan tak lagi benci Ilham," Kata Bunda mencoba mencari solusi.
"Tapi Fahmi masih anak 7 tahun, Bund. Apa tak apa-apa kita beritaukan hal berat itu pada Fahmi?"
"Nggak papa Ayah, kita terpaksa ceritakan hal yang terjadi waktu itu, Karena kalau nggak sekarang kita ceritakan kejadian itu, nantinya sampai dewasa Fahmi akan selalu benci Ilham. Karena Fahmi selalu anggap Ilham sebagai perebut kasih sayang kedua orang tua, Kakek dan Neneknya padahal Ilham nggak begitu kan," Kata Bunda.
"Iya ya, Bunda benar juga. Ya sudah, nanti kita coba ya Bund," Ujar Ayah. Bunda tersenyum dan mengangguk.
"Iya Ayah,"
💖💖💖
Ilham yang tadinya terlelap pun mulai mengerjapkan matanya, Ilham hanya tidur selama setengah jam. Dan selebihnya Ilham gunakan untuk melamun.
"Apa Ilham pulang aja ke rumah peninggalan Ayah dan Bunda ya. Walau Ilham di sana sendirian, tapi setidaknya Ilham nggak ada yang benci. Kalau soal makan kan Ilham bisa cari kerja apa aja yang penting kerjaannya Ilham tak melanggar aturan dan Ilham tetap bisa makan," Kata Ilham dalam hati.
"Nanti Ilham ngomong dulu sama Ayah dan Bunda. Karena nggak enak kalau pergi tanpa pamit," Sambung Ilham.
"Tapi Nenek dan Kakek selalu menasihati Ilham agar selalu bersabar menghadapi sifat Fahmi yang benci Ilham. Dan meminta Ilham untuk bertahan menghadapi Fahmi. Ya udah deh Ilham akan coba bersabar. Semoga Ilham bisa. Aamiin," Ucap Ilham sembari tersenyum manis.
💖💖💖
Adzan dzuhur berkumandang. Ilham pun bergegas ke kamar mandi guna membersihkan tubuhnya dan juga mengambil wudhu.
Setelah selesai membersihkan tubuhnya dan wudhu, Ilham segera menunaikan sholat.
Ilham tengah khusyuk menjalankan ibadahnya, sedangkan di luar kamar terlihat Ayah mengetuk pintu kamar Ilham. Tapi tak ada balasan dari dalam kamar. Ayah pun berinisiatif untuk membuka pintu kamar Ilham walau tanpa seijin pemilik kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
KESABARAN BERBUAH KEBAIKAN
FanfictionHai hai...👋 aku bawa cerita baru nih. Semoga para pembaca suka ya. Happy Reading ☺