_____________________
Sinar mentari memancar dari arah jendela yang masih tertutup oleh gorden dan memenuhi ruangan persegi itu membuat sang penghuni membuka matanya dengan perlahan.
Rasa pening langsung saja menjalar dikepalanya, ia kembali memejamkan matanya untuk mengurangi denyut dikepalanya itu. Ia terdiam dalam posisinya sampai suara menginterupsinya.
"Jisoo," panggilan untuk dirinya dibarengi dengan pintu kamarnya yang terbuka setelah sebelumnya diketuk pelan sebanyak dua kali.
Jisoo membuka matanya lagi, menoleh dan menggulir netranya melewati jam dinding yang menunjukkan angka enam lewat dua puluh menit sebelum menemukan seorang pemuda dengan seragam lengkap yang melekat ditubuhnya berdiri diantara pintu kamarnya.
Sedikit bingung ada apa pemuda Yoon itu berada di rumahnya pada jam yang masih sangat pagi seperti ini. Bahkan ia baru terbangun dari tidurnya.
"Han," ucap Jisoo dengan serak, tenggorokannya terlalu kering untuk mengeluarkan suara dengan jelas.
Pemuda seumurannya, Yoon Jeonghan, ia tersenyum menanggapinya lalu mendekat kepada Jisoo yang masih terbaring di tempat tidurnya. Berdiri di sebelahnya.
"Apa kau sudah merasa baikan, Ji?" tanya pemuda Yoon sembari menyentuh dahi yang lebih muda. Jeonghan merasa demam Jisoo sudah turun.
Jisoo mengangguk dan mengubah posisinya menjadi duduk, "Ada apa--"
"Kemarin kau demam dan kau pingsan," potong Jeonghan cepat.
Jeonghan tak ingin mengungkit yang kemarin, lebih tepatnya belum ingin. Jisoo tak merespon apapun setelahnya, ia hanya diam setengah melamun setelah ucapan Jeonghan tadi.
"Sudah setengah tujuh kurang, apa kau berniat masuk sekolah? Jika masih tidak enak badan kau istirahat saja, aku akan memintakan absen untukmu. Hari ini ada jam olahraga," kata si angel ketika keheningan terjadi terlalu lama.
Pemuda yang masih terduduk di tempat tidurnya itu menggeleng tak setuju, "Tidak, aku akan masuk. Aku sudah tidak apa-apa," balasnya meyakinkan.
Jeonghan mengangguk pelan, "Baiklah, kau bersiaplah. Aku akan menunggumu di depan, aku membawa sarapan untukmu," katanya sebelum berbalik keluar dan menutup pintu kamar Jisoo.
☆
Setelah jam makan siang, siswa-siswi dari salah satu kelas dua belas bergerak ke lapangan indoor setelah membuat kesepakatan untuk game yang akan mereka mainkan. Karena matahari yang begitu terik hari ini membuat mereka memilih basket sebagai permainan mereka.
Hari ini jam olahraga kelas mereka kosong sebab guru olahraga mereka, Pak Lee, berhalangan hadir dan berpesan kepada ketua kelas untuk tetap mengisi jam pelajarannya dengan sebuah permainan daripada kosong.
Setelah memasuki lapangan luas itu, Choi Seungcheol, si ketua kelas membagi mereka menjadi dua tim dan melakukan pemanasan bersama-sama sebelum bermain bola basket secara bergantian.
Permainan berjalan sesuai rencana sampai saat ini, semua siswa tampak bermain seperti biasa walau teriakan dan sorakan terdengar memenuhi bangunan tertutup itu.
Menangkap bola, mengoper, dan memasukkan ke dalam ring. Kerjasama sangat diutamakan di sini, jadi tak heran seruan terdengar disela permainan ini.
BRUK!
Seluruh atensi mengarah di dekat ring, seorang pemuda tersungkur setelah didorong keras oleh rekan timnya yang baru saja memasukkan bola orange itu ke gawangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ashən [completed]
FanfictionAshen [ 'aSHən ] (adj) as, relating to, of a pale gray color ; exposed to stressful or depressive situations. Aku dengar orang berkata bahwa langit kelabu menempatkan kebanyakan orang dalam suasana hati yang dekat dengan kesedihan. Joshua Jisoo Hong...