fôr

270 19 0
                                    

_____________________

Dua orang pemuda dan seorang perempuan tengah duduk di sofa ruangan yang tak besar yang ada di kediaman Jisoo. Sementara yang pemilik rumah sibuk mengambil air dingin untuk mereka.

Seungcheol, Jeonghan, dan Yoobin terdiam dengan rasa canggung di sana. Seungcheol yang menatap sekelilingnya secara acak, Jeonghan yang sibuk memainkan ponselnya, dan Yoobin yang tertunduk memainkan jemarinya sendiri.

"Jadi, kau adiknya?" ucap Seungcheol mencoba mencairkan suasana di sekitarnya. Bertanya dengan ragu walaupun sudah tahu jawabannya.

Yoobin mengangkat wajahnya dan mengangguk dengan tersenyum yang mana membuat Seungcheol menyadari bahwa senyum itu terlihat mirip dengan Jisoo.

"Iya. Namaku Jesselyn atau kakak bisa memanggil dengan nama Korea ku, Yoobin," ucap Yoobin menatap kedua laki-laki yang ia yakini teman dekat sang kakak.

"Ah begitu, aku tidak tahu jika Jisoo memiliki adik," Seungcheol berkata untuk menanggapi adik dari Jisoo itu.

"Maaf aku tidak pernah menceritakannya," sahut pemuda lain.

Jisoo datang dengan empat gelas ice lemon tea yang dibawanya menggunakan nampan persegi panjang berwarna hitam. Ia letakkan di atas meja kaca di depan mereka tanpa berniat menurunkannya dari nampan.

"Baiklah, Jesselyn ah maksudku Yoobin, yang berbicara padamu tadi namanya Seungcheol, dan yang sebelahnya adalah Jeonghan. Kau bisa memanggil mereka dengan sebutan kakak," kata Jisoo bermaksud memperkenalkan kedua temannya kepada sang adik yang disambut acungan kedua jempol untuknya.

Setelahnya ketiga pemuda tadi melanjutkan apa yang mereka rencanakan sebelumnya. Menonton film aksi, mengobrol, dan menghabiskan cemilan yang mereka beli sebelum pulang ke apartemen Jisoo.

Yoobin pun juga turut mengikuti mereka, ikut menimpali obrolan sang kakak dan dua pemuda lainnya. Ia begitu cepat akrab dengan mereka seolah Seungcheol dan Jeonghan adalah kakak kandungnya.

Jisoo tentu senang melihatnya, Yoobin tidak sepertinya. Adiknya lebih banyak berbicara daripada dirinya yang cenderung diam. Tanpa sadar ia tersenyum melihat interaksi sang adik dengan kedua temannya.

"Kau ingin makan apa?" tanya Jisoo kepada sang adik.

Ia baru saja keluar dari kamar mandinya dengan handuk yang masih tersampir di lehernya. Rambutnya belum sepenuhnya kering.

Tangannya membuka lemari pendingin di dapur kecilnya, menengok isi di dalamnya. Menelisik sebentar lantas mengambil satu susu kotak.

Beralih mendekati adiknya yang sedang tiduran di sofa panjang sembari memainkan ponselnya. Terlalu asik sehingga tak mengindahkan pertanyaan sang kakak.

Mereka hanya berdua saat ini. Seungcheol dan Jeonghan sudah pulang pukul lima sore tadi, tidak jadi melaksanakan niat mereka untuk menginap karena adanya Yoobin.

"Oh my god! What are you doing, Joshua?! This hurts! " seru Yoobin terkejut sekaligus kesal.

Bagaimana tidak kesal? Wajahnya baru saja tertimpa ponselnya sendiri karena ulah sang kakak. Jisoo yang berdiri di samping sofa yang dipakai Yoobin, dengan seenaknya mengetuk ponsel adiknya membuat benda pipih itu jatuh dan bertemu dengan wajah sang adik.

"Aku bertanya padamu," kata Jisoo tanpa rasa bersalah. Masih menatap sang adik yang juga menatapnya dengan sengit, "Bangun," imbuhnya.

"Ish!" dengus kesal Yoobin namun tetap menuruti kakaknya.

ashən [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang