nīn

307 21 2
                                    

_____________________

Past, three years ago.

Siang itu, langit cerah mulai diselimuti awan kelabu. Suasana masih ramai meski acara sudah selesai tiga puluh menit yang lalu. Beberapa orang di sana sibuk berfoto mengabadikan momen indah hari itu.

Senyum bahagia mereka tampilkan dan tangis haru turut menyertainya. Hari itu adalah hari wisuda.

"Josh, are you done? Ayo kita pulang sebelum hujan turun," ucap pria paruh baya kepada sang putra yang menjadi tokoh utama hari itu.

Laki-laki yang dipanggilnya menggeleng pelan, "May I take a picture there with Jesselyn? " ujarnya bersamaan telunjuknya mengarah pada taman sekolahnya yang tampak terawat.

"Okay, don't take too long," balas pria paruh baya itu disetujui oleh putranya sebelum kedua anaknya berlari ke taman dan mengambil foto.

Keduanya kembali mendekati ayah dan ibu mereka, mengecek barang yang mereka bawa, lantas pergi dari sekolah itu.

"Are you happy, Josh?" tanya wanita yang duduk di sebelah kemudi. Putranya, Joshua Jisoo Hong bergumam dengan senyum yang tak bisa dielakkan, ia sangat bahagia.

"I'm happy for you, my son. Mama harap kau bisa melanjutkan mimpimu dengan baik. Papa bilang kau ingin menjadi seorang dokter, kan? Kejar mimpimu, Jisoo, perjalananmu masih sangat panjang."

Wanita itu bernama Lee Dami, Ibu Jisoo, berkata kepada putranya dengan senyum lembut yang terpatri diwajah cantiknya yang tak lagi muda.

"Apapun itu, jika kau sudah tidak mampu menyimpannya, kau bisa bertanya dan bercerita pada kami atau pada siapapun yang kau percaya, Ji. Jangan menyimpannya seorang diri terlalu lama," imbuh sang Ibu, wanita dewasa itu menatap kedua anaknya yang duduk di belakangnya.

"Kalian berdua sangat berharga untuk papa dan mama. Papa ingin kalian tumbuh menjadi orang yang baik, tumbuh bersama dan saling melengkapi. You both are siblings, someday you will need each other," sang ayah ikut berbicara disela-sela mengendarai mobilnya.

"I love you," kata Jisoo dan Yoobin bersamaan menanggapi kedua orangtua mereka. Kedua anak muda itu menoleh dan saling menatap satu sama lain karena terkejut.

Kedua orang dewasa itu tertawa akan kelucuan dan kekompakan anak-anaknya. Sang ayah, Hong Siwon, menatap kedua anaknya melalui cermin kecil yang bertengger di atas.

"You both are so cute. I love you more, my kids," kata sang ayah disambut tawa.

"Papa awas!!" teriak lelaki berusia enam belas tahun dengan histeris disela-sela perbincangan penuh tawa, telunjuknya mengarah ke depan sana.

Ketiganya spontan melihat ke depan, sebuah kendaraan melaju dengan kencang ke arah mereka.

"Jisoo adikmu!" ujar wanita empat puluhan dengan panik.

Pemuda bernama Jisoo itu lantas memeluk adiknya, melindungi sang adik dan menutupi telinga kecil itu sebelum suara keras terdengar mengerikan.

BRAK!

Jisoo memejamkan matanya erat, menahan tubuhnya dari guncangan keras mobil yang mereka tumpangi. Kedua bersaudara itu saling memeluk satu sama lain.  Napas keduanya bergemuruh diikuti suara ricuh yang lain.

"Papa awas!"

Teriakkan terdengar menggema dari salah satu ruangan yang ada di apartemen Jisoo. Sontak ketiga pemuda yang sedari tadi sibuk dengan pikiran masing-masing berlari ke arah ruangan persegi di sana, kamar Jisoo.

ashən [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang