_____________________
"Terima kasih, Tuhan."
Aku ingin mengatakannya sekali lagi, terima kasih, Tuhan. Terima kasih semua. Walaupun aku tidak sepenuhnya melupakannya, tapi aku sudah lebih baik.
Apa yang teman-temanku katakan, aku menyetujuinya.
Aku harus berdamai, aku harus menerima dengan suka rela apa yang sudah Tuhan takdirkan untukku, untuk keluargaku.
Yoon Jeonghan dalam cerita ini bilang padaku, jika setiap orang memiliki jalan pikir mereka masing-masing dan dengan begitu mereka juga dapat menentukan cara seperti apa yang akan mereka pilih untuk menyelesaikan masalahnya.
Benar, mungkin yang harus aku lakukan saat ini adalah berdamai, berdamai dengan masa laluku. Dengan begitu aku bisa melepaskan traumaku dengan perlahan.
"Ayo buka matamu dan lihatlah, ini kami temanmu, Ji."
"Kami ada bersamamu, menemanimu di sini."
"Tidak apa-apa. Kau tak perlu takut, Jisoo, semua akan baik-baik saja."
"Kami selalu di sini bersamamu, kau akan baik-baik saja, Ji."
Rentetan kalimat mengalun dipikiranku dengan teratur, kalimat menenangkan yang diucapkan oleh ketiga temanku. Tidak ada lagi teriakan anak bodoh yang seolah ingin memecahkan kepalaku.
Sungguh, aku menyesal tak membukanya sedari awal atau paling tidak lebih cepat dari ini. Yang aku lakukan justru menyembunyikannya dari mereka, menyimpannya seorang diri berharap semuanya hilang begitu saja. Bodoh memang.
Aku ingat mama pernah bilang, "Jangan menyimpannya seorang diri terlalu lama."
Dan benar.
Mama, maafkan aku tidak mendengarkanmu. Aku ingin mengerti mengapa mama bilang begitu, agar aku tak menyiksa diri terlalu lama, kan? Agar aku tak merasa sakit sendirian? Maafkan Jisoo, Ma.
Memang benar jika sakit tak selamanya akan sakit, pasti akan ada kesembuhan. Sedih tak selamanya akan sedih, pasti akan ada kebahagiaan.
Seperti langit kelabu yang akan kembali menjadi langit cerah yang indah setelah menumpahkan air hujan yang disimpannya.
Air hujan di sini layaknya air mata yang turun dengan kesedihan, ketakutan, dan kegelisahan yang serta merta dibawanya.
Membiarkannya jatuh dan bertemu tanah atau objek lain, membuangnya jauh dengan harap akan menjadi kecerahan, kesembuhan, dan kebahagiaan yang dapat menggantikannya di atas sana.
Jangan menyimpannya seorang diri terlalu lama, bagikanlah, ceritakanlah kepada siapapun yang kau percaya. Dengan begitu kau akan merasa jauh lebih baik.
You must forgive, but never forget.
Masa lalu tidak untuk dilupakan, melainkan untuk menjadi sebuah kenangan yang dapat menjadi pelajaran untukmu ke depannya. Maafkanlah jika kau tidak menyukainya dan berdamailah agar kau tidak semakin melukai dirimu sendiri.
Sejatinya masa lalu adalah bagian dari dirimu, bagian dari lembaran cerita hidupmu. Tidak peduli apakah bahagia atau justru penuh dengan luka. Tidak semua lembar kehidupanmu berisi kebahagiaan.
Mungkin hanya itu yang ingin aku katakan pada kalian. Aku tidak tahu harus bagaimana mengakhiri ini, tapi aku harus segera pergi sekarang.
Sampai jumpa, teman.
Joshua Jisoo Hong
_____________________☆
halo, terimakasih kalian yang bersedia meluangkan waktu untuk cerita ini.
mohon maaf jika masih banyak kekurangan pada cerita ini, aku harap kalian ngga menyesal membacanya.
sekali lagi, terimakasih semuanya, sampai jumpa di lain waktu. ♡
Asaa
____________________
KAMU SEDANG MEMBACA
ashən [completed]
FanficAshen [ 'aSHən ] (adj) as, relating to, of a pale gray color ; exposed to stressful or depressive situations. Aku dengar orang berkata bahwa langit kelabu menempatkan kebanyakan orang dalam suasana hati yang dekat dengan kesedihan. Joshua Jisoo Hong...