Chapter 04. Dia yang menanggung beban sendirian.

305 49 0
                                    

***

Saat itu di aula pertemuan besar Tempest, Rimuru duduk di meja tunggal menatap para bawahannya yang hadir. Sudah lebih dari 6000 tahun terlewati, yang masih hidup saat ini hanyala 12 penjaga Rimuru saja. Sedangkan yang lainnya adalah generasi muda yang meneruskan.

"Apakah tidak apa-apa Rimuru-sama? Pergi seorang diri?"

"Tenang saja, tidak akan terjadi apapun padaku." Rimuru tertawa ringan menjawab pertanyaan Benimaru.

"Aku hanya akan pergi 2-3 tahun, paling lama 5 tahun. Jadi Benimaru, untuk kedepannya pimpinlah Tempest selagi aku pergi ok?" Rimuru tersenyum lembut menatap Benimaru, kemudian dia menatap seluruh orang yang ada di ruangan ini.

'Pimpinlah Tempest selagi aku pergi.'

Yang mereka pikirkan Rimuru akan kembali dalam waktu yang sudah di tentukan, namun kenyataan tak sesuai dengan yang di harapkan. Hal hal yang aneh selalu muncul di Tempest akhir-akhir ini. Sosok tuan mereka yang terlihat memaksakan diri untuk bertingkah biasa. Rasa sakit yang menjalar ke jiwa semua orang tanpa tau penyebab nya, kepergian tuan mereka yang mendadak. Tidak ada yang tau penyebab semua hal itu terjadi.

***

"Hngg ..."

Saat aku membuka mata, sinar matahari pagi menyinari sebagian besar hutan melalui celah dedaunan. Di dekat api unggun yang sudah padam, ada Schyte yang berbaring masih tidur.

Jadi ... Itu mimpi ya.

Sudah berapa lama aku tidak bermimpi? Yang pasti itu semua sangat lah jarang terjadi. Sudah lebih dari 1000 tahun aku meninggalkan Tempest. Bagaimana dengan Benimaru yang memimpin Tempest, apakah dia baik-baik saja? Jika itu Benimaru, aku yakin dia akan menjadi pemimpin yang bisa di andalkan, aku seharusnya tidak terlalu khawatir.

Milim, Ramiris, dan juga Veldora, apa yang mereka lakukan ya. Apakah milim sedang menangis sekarang? Atau kah dia marah kepadaku? Jika itu Ramiris, jika kita bertemu kembali. Mungkin dia akan mengomeli ku 24 jam nonstop.

Dan Veldora ...

Kuharap dia baik-baik saja.

Ciel juga, aku sudah jarang berbicara dengannya. Dia sibuk dengan apa yang sedang dia lakukan, hal hal yang tidak bisa ku bantu. Kanker yang ada di dalam diriku benar-benar merepotkan.

"Dia masih belum bangun ya."

Untuk sekarang mari kita pergi dari sini, meninggalkannya sendirian sekarang sudah tidak apa-apa, lukanya juga sudah lumayan sembuh.

Deg!

"Kuhh!!"

Itu datang lagi, dada ku sakit. Lebih tepatnya sesuatu di dalam jiwaku seperti Terkoyak, bahkan jika aku meremas dadaku dengan keras. Rasa sakit yang ku rasakan tidak akan pernah menghilang. Ku harap Ciel memenuhi tugas nya dengan baik.

Aku bisa merasakan tangan ku gemetar saat mencengkeram erat pakaian ku, semuanya terasa sangat dingin. Aku tidak bisa berjalan dengan baik karena rasa sakit ini. Bertumpu dari sisi pohon ke pohon lainnya, meninggalkan Schyte yang masih terbaring.

Perlahan rasa sakit itu mulai memudar, sepertinya Ciel berhasil menahannya untuk kali ini. Rasa sakit yang ku rasakan saat ini lebih ringan dari pada 500 tahun yang lalu. Aku sudah memutus seluruh koridor jiwa dengan semua orang. Kecuali Veldora, seberapapun berusaha aku memutus koridor jiwa dengannya. Aku tetap tidak bisa melakukannya jika salah satu pihak tidak menginginkan nya.

Jadi aku membuat ide untuk menutup sementara koridor jiwaku dengan Veldora, lebih tepatnya sesuatu seperti segel.

Mungkin hanya Veldora saja yang setidaknya memahami apa yang sebenarnya terjadi kepadaku.

"Hah ..."

Sepertinya aku sudah berjalan sangat jauh, tempat seperti ini terkadang banyak monster. Namun aku dapat membunuh mereka dengan mudah.

Sudah berjam-jam aku berjalan menyusuri hutan yang lebat ini, dan akhirnya aku keluar dari area hutan. Menemukan sebuah desa atau bisa di sebut kota kecil beberapa kilometer di depan sana.

Namun sebelum pergi ke kota tersebut, aku memutuskan untuk beristirahat sejenak. Meskipun tidak merasakan kelelahan, entah kenapa hal hal seperti ini bisa membuat ku lebih santai. Apalagi ini adalah pinggiran hutan, jadi jarang ada monster. Waktu dan tempat yang pas untuk makan yang tenang.

Entah kenapa aku merasa sudah terbiasa dengan kesendirian seperti ini, jauh lebih nyaman. Meninggalkan mereka karena tidak ingin melihat dirimu di tinggalkan, benar-benar ironis.

Ada beberapa alasan kenapa aku pergi dari Tempest, satu untuk kepentingan pribadi ku, dan satunya lagi untuk kepentingan mereka.

"Damai sekali dan juga ... Sangat sepi."

Rasa sakit dari sebelumnya juga, sudah benar-benar hilang. Jika Ciel tidak dapat melakukannya, maka aku akan benar-benar mati. Itulah kenapa dia sangat sibuk di 1000 tahun terakhir. Sedangkan aku tidak dapat berbuat apapun, aku hanya bisa mengandalkan Ciel. Perang internal itu benar-benar membuat ku tak berdaya.

"Akhirnya selesai juga."

Melihat ke atas panci panas yang telah siap, memisahkan nya ke mangkuk kecil. Sup daging yang telah ku buat akhirnya telah matang.

Semua nya sama saja, rasa yang ku buat tidak pernah mengecewakan. Namun ada sesuatu yang kurang, yang tidak ku sadari. Entah apa itu. Mengabaikan nya dan melanjutkan makan ku.

Namun itu datang lagi, rasa sakit di dadaku kembali berdenyut berkali kali. Membuat tanganku gemetar, mangkuk yang ku pegang otomatis jatuh, makanan yang ada di mulutku keluar kembali.

"Arrgghhh.."

Terkoyak, tubuh ku seakan terkoyak menjadi ribuan. Rasa sakit itu sangat terasa jauh di dalam diriku, namun aku tetap menggaruk dadaku dengan sangat keras saat tergeletak di tanah. Ini jauh lebih menyakitkan dari pada sebelumnya.

"Arrgghhh!!"

Tangan ku terus menggaruk dadaku dengan keras seolah ingin membelahnya ketika aku berbaring di tanah. Aku tidak bisa berpikir dengan jernih, pandangan ku terasa sangat kabur.

Ciel!!!??

"Arrgghhh CIELL!!??"

<<M-master, Kumohon tahan untuk sebentar lagi.>>

"Lakukan sesuatu!!"

Jawaban yang sangat jarang dari Ciel, namun tidak ada jawaban kembali darinya. Sepertinya dia sedang berusaha menahan apa yang sedang terjadi sekarang.

Jiwaku seperti Terkoyak, itu sangat menyakitkan.

Pandangan ku semakin kabur, aku tidak bisa melihat dengan jelas. Telingaku berdengung kencang.

Namun aku merasakan sepasang tangan yang hangat mengangkat tubuhku, tidak bisa melihat siapa itu. Bahkan mengherankan sedikit kepalaku saja sudah kesulitan, tidak lama lagi aku akan hilang kesadaran.

"Akhirnya aku menemukan mu, Rimuru. Sangat jarang mendapatkan kesempatan emas seperti ini."

Ahh ... Suara itu ...

Veldora.

Bersambung.

A Long Lost FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang