Matahari sudah bersinar melalui jendela yang terbuka dengan gorden yang terhempas oleh angin.
"Rimuru, sejak kapan kau memiliki Payudara?" Veldora yang berbaring di sisiku bertanya dengan penasaran.
"Setelah selesai Evolusi. Aku mendapatkan pilihan untuk gender ku. Jadi aku memilih yang lebih identik dengan wajahku."
"Dan itu perempuan."
Aku mengangguk kecil dan menatap payudaraku.
"Bisakah kau berhenti meremasnya?"
"Ohh, maaf. Aku hanya penasaran." Veldora menarik tangannya dan bangun dan ranjang.
Sedangkan aku kembali berbaring dengan tengkurap memeluk kembali guling mencari posisi yang nyaman, tentu saja untuk tidur kembali.
"Kau akan ketinggalan sarapan jika tidur kembali."
"Aku tidak perduli, lagian aku tidak perlu makan."
Aku bisa mendengar helaan nafas dari Veldora, ia berjalan menuju kamar mandi.
"Veldora, ngomong-ngomong bagaimana keadaan Tempest?"
"Tempest? Ahh, mereka baik-baik saja." Veldora sedikit berteriak dari dalam kamar mandi.
"Lebih tepatnya mereka melakukan pekerjaan mereka dengan baik, apalagi Benimaru yang memimpin Tempest dengan bijaksana."
Yah, seperti yang di harapkan dari Benimaru. Dia memiliki sifat pemimpin sejati yang di butuhkan, memang kekuatannya di bawah Diablo dan Zegion, namun jika memilih antara mereka dan Benimaru untuk memimpin sebuah negara. Aku tidak akan berpikir dua kali untuk memilih Benimaru.
"Diablo sudah tidak tinggal di Tempest, dia sudah pergi ke dunia bawah dan mengurung diri. Aku juga jarang melihatnya."
Diablo ya. Yah, aku sudah tau kalau hal seperti ini akan terjadi. Tapi cukup menganggukkan kalau dia tidak menjadi gila.
"Ultima bilang kalau dia selalu menangis mengurung diri di gua."
Apa dia sedang bertapa?
"Semuanya berjalan lancar seperti biasanya. Tidak ada hal-hal buruk yang terjadi."
"Begitu ya."
"Shion selalu merengek, apalagi dengan tidak adanya Shuna. Tapi dia kembali pulih setelah beberapa tahun."
Shuna ....
"Sisanya berlaku seperti biasanya, namun tidak di pungkiri kalau mereka sangat merindukan mu. Apalagi generasi baru yang tidak pernah melihat wajahmu secara langsung. Mereka hanya dapat melihat patung atau lukisan dari dirimu saja."
"Hmm."
"Para generasi baru benar-benar tidak bisa di andalkan, mereka benar-benar lemah dari pada generasi sebelumnya."
Mungkin itu tolak ukur mu, namun dari tolak ukur orang lain para monster dari Tempest itu memang sangat kuat entah generasi berapapun.
Pintu terbuka, membuka kembali Veldora yang telah mandi dengan pakaian biasanya. Memikirkan Tempest membuat ku memikirkan hal lain. Memikirkan hal lain, hal lainnya lagi ikut terpikirkan.
"Kau tidak ingin mandi?"
Aku menggeleng pelan sebagai jawaban. Veldora otomatis menjepit hidungnya dengan wajah jijik kepadaku.
"Tidak lucu pak tua."
"Maaf."
"Huhh."
Aku dengan enggan bangun dan bersiap, setelah semua selesai. Kami mulai keluar dari kamar menuju ruang makan. Yah, jika bukan para pahlawan itu yang sedang sarapan. Ada beberapa penjaga seperti biasa yang menemani di dekat mereka.
"Rimuru-san, pagi." Gadis yang mengenalkan dirinya sebagai Hanabi itu melambai dengan ramah.
Aku hanya mengangguk kecil sebagai balasan sebelum menarik kursi dan duduk, sedikit jauh dengan meja yang mereka pakai. Namun hal tidak terduga terjadi, Hanabi juga pindah bersama dengan Mashima. Sedangkan untuk pria yang bernama Vint, tetap setia di tempat duduk dan menikmati makanannya.
"Kalian mau apa?" Aku bertanya sambil memasukkan makanan ke dalam mulutku menggunakan sendok yang telah tersedia.
"Aku hanya ingin sarapan bersama mu." Dia tersenyum lembut.
Tapi aku mengabaikan nya dan fokus kepada makanan ku, sama halnya dengan Veldora.
Setelah selesai makan, Hanabi angkat bicara.
"Rimuru-san, kami telah memikirkan nya dengan baik semalaman. Bagaimana kalau–."
"Aku menolak."
"Eh, tolong dengarkan kami terlebih dahulu." Mashima angkat bicara.
"Tetap menolak. Itu percuma jika kalian ingin mengajak ku bergabung bersama kalian."
Mashima dan Hanabi saling melirik satu sama lain sedangkan Vint mengamati dari sudut matanya.
"Hanabi merasa kalau kau memiliki kemampuan yang tinggi, memiliki teman yang dapat di andalkan dapat menaikan peluang untuk mengalahkan raja iblis."
"Kenapa kalian ingin melakukan itu?" Membalas mereka berdua dengan acuh, aku menarik sebatang rokok yang di sodorkan Veldora dan menyalakan nya.
Mereka berdua kembali saling menatap satu sama lain.
"Kenapa? Tentu saja karena mereka adalah ras yang jahat dan harus di hancurkan."
"Dari mana kalian tau?"
"Dari mana? .... Itu ... Itu memang kenyataannya bukan? Semua yang mereka lakukan telah menjadi bukti."
"Kalian melihat dengan mata kepala kalian sendiri? Bagaimana jika ras iblis juga bertarung untuk melindungi keluarga mereka sama seperti ras manusia."
"Itu, itu tidak mungkin! Mereka hanya ras yang memikirkan peperangan saja dan menginginkan kehancuran." Mashima sedikit berteriak, seperti nya itu sudah tertanam dalam kepalanya kalau iblis adalah makhluk yang di ditakdirkan untuk menjadi kejahatan.
"Dan sekali lagi aku bertanya, dari mana kalian tau itu? Fiuhhh ... Veldora, ayo pergi. Kita hanya membuang-buang waktu."
"Ohh."
"Dasar para pendosa!! Aku sudah tau kalau mereka adalah mata-mata dari ras iblis!! Bukti kalau mereka tidak menentang kalau iblis itu jahat sudah cukup!!" Penjaga yang sepertinya mendengar percakapan kami berteriak dengan marah. Membuat beberapa penjaga menarik pedangnya dan menatap kami dengan niat permusuhan.
"Kami bukan mata-mata." Membalas mereka dengan acuh, aku mengabaikan mereka dan pergi. Sebelum mereka mengepung kami, mereka mengelilingi kami dengan niat permusuhan yang nyata.
"Kami lah yang memutuskan apa kalian mata-mata atau bukan."
Veldora segera berdiri di sampingku, entah kenapa situasi ini menjadi merepotkan.
"Kalian tangkap mereka berdua." Penjaga itu memerintah kan bawahannya. Aku menatapnya dengan malas ketika penjaga itu berjalan menuju ke arah kami, sementara Veldora menghembuskan asapnya dengan wajah yang dingin.
"Satu langkah lagi dan kau mati." Veldora mengambil rokok itu dan mengarahkan jarinya yang akan menyentil batang rokok yang menyala tersebut kepada para penjaga yang mendekat.
"Tunggu kalian, jangan membuat masalah." Hanabi berteriak untuk melerai. Namun sang komandan mengacuhkannya dan menyuruh kembali bawahannya untuk melanjutkan. Dan ...
Bamm!!
Veldora mengjentikan jarinya membuat rokok yang ada di ujungnya terpental dengan ledakan yang besar. Memiliki garis lurus hampir mencapai seratus meter dengan api yang membumbung tinggi. Bukan hanya kedua penjaga itu saja, tapi penjaga yang ada di belakang nya ataupun penjaga yang ada dalam area ledakan Veldora kini telah menghilang menjadi debu. Tak bersisa apapun.
Untung saja penginapan ini ada di sebelah ujung desa, sehingga tidak ada warga desa yang menjadi korban.
"Aku sudah bilang sebelumnya bukan, satu langkah lagi mendekat dan kau mati."
Bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Long Lost Feeling
FantasyBagaimana rasanya kehilangan? sejujurnya ... Aku tidak tau. __&&&&__ di cerita ini yang jadi monster abadi hanya 12 patron Rimuru doang, yang lainnya enggak. saya enggak tau di Canon contohnya shuna, atau Rigurd, apa mereka itu abadi atau engga, s...