Chapter 09. Menuju wilayah Iblis.

300 45 2
                                    

Suasana itu menjadi mencekam, suara batuk seseorang dari asap terdengar. Hm, ternyata penjaga yang di ledakan oleh Veldora masih hidup.

Aku melihat ke belakang menemukan kedua tangan dari Hanabi yang terulur dengan wajah yang lega. Sepertinya dia menggunakan kemampuannya tetap waktu. Bukan hanya dapat membaca pikiran, namun dia juga dapat menggunakan Psikokinesis. Apapun itu tidak ada hubungannya dengan ku.

"Syukurlah tepat waktu." Hanabi terdengar menghela nafas lega saat melihat beberapa pasukan yang masih terlihat utuh.

"Hmm, situasinya jadi semakin kacau." Veldora menangkap tubuh ku dan melompat ke udara, meninggalkan teriakan yang memanggil kami.

Veldora membawa ku terbang menjauh dari area desa itu sampai tidak terlihat kembali.

"Sekarang kita kemana?"

"Entah."

Aku juga tidak tau harus kemana sekarang, Veldora membuat pilihan yang baik dengan kabur dari sana. Jika tidak masalah merepotkan malah akan semakin timbul lebih jauh.

Merasakan jejak yang familiar, aku kembali menunjuk ke arah hutan yang sebelumnya kami bertemu. Terasa ada 3 orang yang sepertinya menyelidiki sesuatu.

"Apa kau mengenal mereka? Mereka sepertinya dari ras iblis." Veldora sedikit menyipitkan matanya untuk mempertajam penglihatan, sepertinya dia juga menyadari melalui energi dan telinga mereka yang berbeda dari ras manusia.

"Aku mengenal salah satu dari mereka."

"Ingin pergi ke sana?"

Aku mengangguk kecil, dan Veldora terbang mendekat ke arah ketiga orang tersebut. Semak-semak berbunyi membuat ketiga orang tersebut waspada.

"Siapa di sana!?"

Suara yang familiar terdengar oleh telingaku, aku berjalan menghampiri mereka dengan Veldora di sampingku.

"Ini aku, Rimuru."

"Ahh, itu kau!! Aku belum sempat mengucapkan terimakasih saat itu. Terimakasih telah menyelamatkan ku ketika sekarat." Itu adalah Schyte dengan senyum ramahnya, sementara dua pria yang berada di sisinya keheranan.

"Apa dia yang di ceritakan Schyte?"

"Mungkin. Seperti yang dia katakan, dia memiliki wujud manusia, namun baunya tidak seperti mereka. Bahkan energi nya juga terlihat misterius."

"Ngomong-ngomong, Rimuru. Emm, siapa yang ada di sampingmu." Schyte bertanya menatap Veldora.

"Dia? Ini Veldora, temanku."

Veldora hanya sedikit mengangguk sebagai salam.

"Sepertinya kau sudah sembuh total ya."

"Ya, ini berkatmu. Aku jadi bisa kembali betugas setelah semua luka yang ku dapat sembuh total dalam waktu singkat."

Aku mengangguk kecil, menatap sesaat ke arah dua pria yang ada di sampingnya. Lalu menatap Schyte kembali.

"Ada urusan apa kalian datang kemari?"

"Sebenarnya setelah aku sembuh, sempat ada pertarungan yang terjadi di hutan ini. Jadi kami di suruh oleh Maou-sama untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Kami menemukan jejak pertarungan dengan gelombang energi yang sangat tinggi."

Aku dan Veldora saling menatap untuk sesaat, untuk mereka tidak menyadari nya.

"Lalu?" Aku bertanya kembali, namun sebelum Schyte menjawab. Salah satu pria yang di sampingnya berbisik.

"Schyte, apa tidak masalah untuk memberitahu mereka?" 

"Tidak apa-apa, mereka dapat di percaya."

Schyte menatap kami kembali dengan ramah.

"Kami belum menemukan bukti yang jelas dari siapa jejak pertarungan ini terjadi, namun Maou-sama bilang kalau energi yang terpancar oleh pertarungan ini benar-benar berbahaya. Individu yang patut di awasi. Apa kau tau sesuatu, Rimuru? Soalnya kau dan aku ada di hutan ini sebelumnya."

"Hmm, aku tidak tau kalau ada pertarungan seperti itu terjadi. Bagaimana dengan mu Veldora?"

"Aku baru datang kemari, aku tidak tau menahu soal hal itu." Veldora mengangkat bahu dengan ringan.

"Begitu ya, sangat di sayangkan. Ku pikir aku akan mendapatkan informasi yang jauh lebih berguna."

Kemudian Schyte melirik kembali ke arah pepohonan yang telah banyak rusak dengan banyak tanah yang berlubang serat retak di area ini.

"Kami masih belum tau jelas siapa individu yang melakukan hal ini."

"Hmm, apa yang akan kalian lakukan jika kalian mengetahuinya."

"Maaf Rimuru, tapi aku tidak bisa memberitahu mu lebih jauh."

"Tidak apa-apa."

Aku tidak berpikir hal ini akan terjadi. Sepertinya pertarungan ku dengan Veldora lebih menarik perhatian dari pada yang aku pikirkan. Setelah ku pikir lagi, bisa jadi juga party pahlawan dan beberapa pasukan yang di kirim bukan untuk membasmi monster, namun untuk mengecek lokasi pertarungan ku.

Itu memang bisa menjadi kemungkinan yang tidak mustahil.

"Oh, aku tidak tau informasi ini akan berguna untuk kalian atau tidak. Tapi party pahlawan dan pasukan ras manusia sedang menuju ke arah sini."

"Eh?" Mereka bertiga terkejut secara bersamaan.

"Pahlawan? Apakah itu benar? Darimana kau tau itu!?" Salah satu pria berteriak.

"Aku bertemu mereka di desa yang ada di sisi hitam sebelumnya, ku pikir mereka ke sini ingin melawan monster. Namun setelah melihat kalian, aku yakin tujuan mereka juga sama untuk menginvestigasi tempat ini."

"Bagaimana, Schyte? Apa yang harus kita lakukan? Sepertinya mereka membawa jumlah pasukan yang lumayan banyak."

Schyte menatap rekannya untuk sesaat kemudian masuk ke dalam pose berpikir.

"Sepertinya kita harus mengawasi terlebih dahulu dari jarak yang tidak dapat terjangkau oleh mereka. Kita juga masih belum tau kekuatan party pahlawan seperti apa, bertindak sembarangan hanya akan menimbulkan kerugian yang tidak perlu."

Hmm, ternyata di luar dugaan Schyte tipe orang yang berpikir rasional. Ku pikir dia akan berbicara 'Kita akan membunuh mereka sekarang juga' melihat dari kepribadian nya yang cukup kasar di saat pertama kali kita bertemu.

"Bagaimana Rimuru? Ingin ikut dengan kami, sebenarnya Maou-sama juga ingin bertemu dengan mu setelah mendengar ceritaku."

Aku sesaat menatap Veldora, sebenarnya aku sudah mengunjungi kerajaan manusia. Namun masih belum mengunjungi kerajaan iblis, ini juga waktu yang tepat untuk pergi ke sana..

"Boleh, aku terima tawaranmu."

"Tapi pertama kita akan mengawasi party pahlawan terlebih dahulu sebelum pulang ke rumah."

Rumah ...

Aku juga mempunyai nya, dulu.

"Aku tidak keberatan. Bagaimana dengan mu Veldora."

"Aku hanya akan ikut denganmu kemanapun kau pergi."

Sepertinya Veldora juga tidak keberatan, jadi kami menerima usulan dari Schyte. Kami sedikit menjauh dari itu bersama Schyte dan rekannya, mengawasi dari kejauhan. Ternyata apa yang ku pikirkan benar. Party pahlawan dan para penjaga itu di tugaskan untuk mencari tahu jejak pertarungan antara diriku dan Veldora.

Bersambung.

A Long Lost FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang