Epilog.

517 51 24
                                    

Kicauan burung membangunkanku dengan matahari yang bersinar dengan hangat. Pergi berjalan ke arah kaca untuk melihat diriku sendiri, ternyata itu masih sama. Wajah ku yang memiliki fitur feminim, dengan jenis kelamin ku perempuan. Itu semua masih ada.

Untuk pertama kalinya setelah ribuan tahun, air mataku mengalir tanpa pemberitahuan apapun. Itu mengalir begitu saja, emosi yang ku rasakan saat ini sangat campur aduk, aku tidak bisa memastikan apa emosi yang ku rasakan saat ini. Itu benar-benar membingungkan.

Ketika pintu di ketuk, secara refleks aku menghapusnya secepat mungkin.

"Rimuru-sama, saya datang untuk membangunkan Anda. Permisi."

Pintu terbuka, menampilkan sosok yang ku rindukan.

"Rimuru-sama, anda baik-baik saja!? Kenapa anda menangis."

Dia berlari ke arahku dengan raut wajah yang khawatir, membantuku menghapus air mata yang kembali mengalir begitu saja setelah melihatnya.

"Shuna ..."

"Ri-Rimuru-sama!! Apa yang terjadi!?" Suara lain yang panik terdengar di dekat pintu, itu adalah Shion yang juga bergegas ke arah ku dengan raut yang khawatir. Sepertinya Shuna datang terlebih dahulu untuk membangunkan ku, jadi dia datang pertama.

Menarik nafas dalam-dalam, dan menghela nafas.

"Aku tidak apa-apa, sepertinya aku habis bermimpi buruk." Memegang tangan Shuna untuk menenangkannya, dia masih menatapku sama seperti sebelumnya.

"Apa benar seperti itu?" Shuna bertanya mencoba meyakinkan, sementara Shion menepuk dadanya dengan bangga.

"Rimuru-sama, jika ada apa-apa, anda bisa mengandalkan ku!"

"Aku mengerti, bisakah kalian membiarkan ku sendirian untuk saat ini?"

"Hmm, sepertinya itu tidak apa-apa. Meskipun banyak hal yang harus di urus, tapi aku juga setuju jika Rimuru-sama istirahat untuk sekarang. Oni-sama bisa mengurus masalah Tempest."

"Ya, aku sangat terbantu oleh itu." Aku mengangguk dan membiarkan mereka pergi. Sebelum keluar kembali, Shuna berbalik sedikit dan membungkuk dengan sopan.

"Panggil aku jika anda membutuhkan sesuatu, Rimuru-sama."

Mengangguk kecil sebagai balasan, Shuna pergi. Namun dia pergi sambil melirik ku curiga sekaligus khawatir dan penasaran.

Oh, aku lupa untuk tersenyum. Jadi wajahku sedari tadi tidak memunculkan ekspresi apapun. Dan ternyata itu benar ketika aku melihat kembali ke cermin. Itu datar tanpa ekspresi apapun. Mungkin Shuna merasakan kesan kalau aku tiba-tiba menjadi lebih dingin dari pada sebelumnya. Apa aku harus belajar tersenyum mulai dari sini?

Soalnya, aku sudah tidak lagi tersenyum selama lebih dari 1000 tahun.

"Sepertinya aku harus mengabari mereka juga untuk bermain. Lagian sekarang aku sedang libur."

Nah, sekarang aku melihat hal yang tidak bisa ku temukan. Entah itu di dalam laci maupun di atas meja kecil dekat ranjang tidurku.

Kunci jawaban nya adalah Veldora, tidak lupa aku mengundang mereka sebelum pergi ke tempat Veldora berada.

Itu di lantai labirin paling atas, tempat tinggal pribadi Veldora.

Setelah sampai di sana, aku membuka pintu tanpa permisi. Memasuki ruangan Veldora yang seperti tempat sampah, benar-benar berantakan dengan banyak manga berserakan dimana-mana.

Merasakan keberadaan nya, aku tau kalau Veldora sedang ada di kamarnya.

"Oh, Rimuru."

Dia sedikit berbalik dengan rokok yang menempel di mulutnya, semenyara kedua tangannya sedang mengoperasikan Joystick. Dia sedang bermain game duel pertarungan.

A Long Lost FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang