Chapter 07. Party pahlawan.

305 43 2
                                    

Karena tidak ada tujuan selanjutnya, kami memutuskan untuk singgah di kota kecil terdekat. Yah bisa di bilang itu adalah sebuah desa yang sangat jauh dari ibukota kerajaan. Tapi banyak orang yang beraktifitas di sepanjang jalan, entah itu pedagang maupun orang yang akan mulai bertani.

"Rimuru, perasaan ku saja atau rambut mu lebih ke warna perak? Apakah sebagian warna birunya hilang?"

"Ohh, ini? Azatoth yang melakukannya. Sepertinya dia sebentar lagi dapat mengambil alih tubuhku."

"Begitu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Begitu. Mungkin aku tidak bisa membantu masalah mu, namun kau harus mengingat ini Rimuru. Aku tidak akan pernah membiarkan mu mati."

Dia memukul dadanya sendiri dengan menyeringai kecil menatapku.

"Ohhh, tentu."

"Ayolah, bisakah kau lebih berekspektasi sedikit saja. Ngomong-ngomong, apakah rokok ada di dunia ini?"

"Benda semacam ini selalu ada di dunia manapun. Tak jarang banyak ketua guild atau pun para orang tua yang merokok juga, hanya saja harganya yang tercakup mahal. Jadi hanya kalangan atas saja yang mempunyai nya."

Veldora ingin kembali berbicara, namun perhatian kami teralihkan oleh kerumunan orang yang berdiri di sisi jalan sambil bersorak ke arah kereta kuda yang datang.

"Ada apa ini? Apakah di desa kecil juga ada semacam parade."

"Sepertinya bukan seperti itu. Lihat ..." Aku menunjuk ke arah orang yang melambai di jendela kereta kuda yang mewah itu.

"Ohh, manusia itu ternyata memiliki sedikit kemampuan dari pada yang lainnya."

"Dia pahlawan bodoh."

"Begitu, sepertinya masih ada dua orang yang ada di kereta kuda itu."

Ternyata dia orang Jepang, wajahnya sangat identik dengan wajah orang Jepang. Di lihat sekilas memang dia memiliki kepribadian yang ramah melihat dia menyapa beberapa penduduk dari desa dengan senyum ramahnya.

"Apa mereka akan bertugas melawan monster?"

"Mungkin, karena desa ini cukup dekat dengan perbatasan hutan di sana."

Setelah melihat pahlawan yang di rumorkan itu, ternyata dia memiliki pasif yang sangat unik. Entah sekuat apapun raja iblis dia pasti akan menang melawannya, sebab meskipun energi nya terkuras habis. Jika dia bertarung secara langsung dengan raja iblis, inti energi dari dunia ini akan mengisi kembali kekuatannya sampai raja iblis di kalahkan. Lebih banyak faktor yang tidak menguntungkan.

Lalu ada satu gadis dengan rambut sepunggung, dia memiliki kekuatan Esper. Aku yakin meskipun dia bisa membaca pikiran orang lain, tapi dia tidak bisa membaca pikiran sang pahlawan dan satu temannya lagi.

Masih ada beberapa kereta kuda yang mengikuti para pahlawan itu. Mereka sepertinya adalah pasukan yang di tugaskan untuk menjaga pahlawan. Atau mungkin mengawasi.

Kereta mewah dari sang pahlawan itu terus melaju hingga tatapan ku bertemu dengan gadis yang ada di samping pahlawan itu.

Dia terkejut, sepertinya dia tidak bisa membaca apa yang ku pikirkan. Di lihat dari ekspresi nya, dia sepertinya bisa membaca seluruh pikiran orang yang ada di desa ini.

"Veldora, ayo."

"Eh, kemana?" Veldora yang baru saja kembali entah dari mana, membawa banyak makanan daging bakar yang dia beli. Sepertinya dia tidak terlalu perduli dengan orang-orang ini. Yah, aku juga sebenarnya tidak terlalu perduli dengan mereka. Hanya penasaran saja.

"Jadi mereka pahlawan nya. Berarti ada ras iblis juga di dunia ini?"

"Yah, dunia ini tidak jauh berbeda dengan dunia kita."

"Ohh, apakah ada naga juga!?"

"Tidak ada."

"Tch, membosankan."

"Kalau begitu pergilah."

"Kenapa kau selalu jahat Rimuru, padahal aku sudah sangat merindukan mu."

Karena desa ini cukup kecil, sepertinya aku akan tidur di luar saja kali ini. Tidak ada juga penginapan. Tidak, memang ada penginapan, hanya satu. Dan itu sudah penuh, semuanya di sewa untuk party pahlawan sialan itu.

"Jadi, sekarang kita kemana?"

"Entah."

"Heii!!"

Teriakan yang cempreng terdengar di belakang kami, ada gadis yang melambai dengan senyum ramah kepada kami. Aku dan Veldora refleks berbalik untuk melihat siapa mereka. Ternyata itu adalah gadis yang duduk di samping pahlawan sebelumnya, aku juga melihat sang pahlawan yang berjalan di sampingnya dengan senyum ramah. Lalu ada satu lagi dengan rambut merah dan badan yang tegap, mempunyai tombak di belakang tubuhnya.

"Ada apa?"

"Pakailah tata Krama di depan pahlawan yang di berkati!!" Penjaga yang mengikuti mereka berteriak sambil mengarahkan senjatanya ke arahku dan Veldora. sementara itu Veldora berdiri di depanku menatap mereka dengan dingin. Entah kenapa ini menjadi merepotkan.

"Ahh, tolong tenanglah. Aku ingin berbicara dengan kedua orang ini." Gadis yang memiliki rambut hitam sepunggung yang tergerai melerai para penjaga. Kemudian dia berbalik lagi kepada kami.

"Apa kau sedang mencari penginapan? Bagaimana kalau kami memberikan satu kamar untuk kalian."

"Apa yang kau inginkan?" Masih menjawab dengan datar, penjaga itu kembali berteriak.

"Dasar tidak sopan!! Hanabi-sama sudah baik hati menawarimu kamar! Seharunya kau bersyukur!!"

"Tentu, terimakasih." Mendapatkan balasan ku yang datar, penjaga itu menjadi lebih marah.

"Ahh, tolong tenanglah kalian. Bisakah kalian membiarkan ku berbicara dengan mereka?"

Para penjaga itu sedikit ragu dan curiga menatap kami, namun mereka pergi meninggalkan 3 orang asing ini dan kami.

"Aku tidak ingin apa-apa, sepertinya kalian juga sedang mencari penginapan untuk istirahat. Jadi aku ingin membantu kalian."

Tidak, justru dia kesini karena tertarik dengan kami. Cepat atau lambat, dia pasti akan mengajak kami untuk memasuki party nya.

Pahlawan yang membawa pedang memang memiliki wajah orang Jepang, begitu pula dengan gadis ini. Namun pria yang menatap kami dengan tajam sedari tadi identik dengan orang barat. Dia memiliki rambut merah yang menyala dengan wajah yang tegas.

"Perkenalkan, namaku Tachibana Hanabi."

"Yamaguchi Mashima."

"Vint Robert."

Aku sedikit mengangguk lalu melirik Veldora untuk sesaat.

"Rimuru. Salam kenal."

"Veldora."

"Kalian bilang ingin memberikan satu kamar untuk kami, tapi bukankah kamar yang ada di penginapan sangat terbatas?"

"Tidak apa-apa, Vint dan Mashima-kun dapat tidur bersama. Jadi ada satu kamar kosong untuk kalian." Hanabi menjawab pertanyaan ku.

"Ikut dengan ku, aku akan menunjukan jalannya."

Aku mengangguk, tak jarang lelaki yang bernama Yamaguchi itu bertanya kepada kami. Meskipun aku selalu mengabaikan nya, hanya fokus menghisap rokok yang ada di mulutku.

Sedangkan untuk pria yang bernama Vint, sepertinya dia irit bicara.

Setelah mengantarkan kami ke kamar yang kosong, mereka meninggalkan kami dan ingin berbicara dengan kami besok pagi.

"Hah, selamat malam Veldora."

"Ohh, selamat malam."

"Bersambung.

A Long Lost FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang