Chapter 11. Mastermind.

279 46 3
                                    

Ruangan itu masih hening, iris emas milik Rimuru melirik ke sekitar. Ternyata Azatoth telah memasang penghalang yang membuat mereka berada di dimensi lain.

Rimuru masih duduk di tepi ranjangnya dengan asap dari batang rokok yang sebelumnya dia nyalakan, itu masih tertempel di antara bibirnya. Namun sekarang dia tidak bisa menggerakkan seujung jarinya sekalipun. 

Sosok yang tak asing muncul di hadapan Rimuru, itu sangat mirip dengannya. Namun dengan rambut putih perak dengan mata Crimson merah menyala. Bibirnya sedikit terangkat menatap Rimuru dengan penuh kemenangan.

"Heh, hebat juga kau masih menggunakan wajah apatis mu. Ciel sudah mati loh, aku sudah memakan dan menghapus eksistensi nya. Jadi meskipun kau kembali ke masa lalu, dia tidak akan pernah ada. Itu juga jika kau bisa pergi dengan kekuatan mu yang sekarang, Hahahaha."

Rimuru masih tidak bergeming, menatap Azatoth dengan tidak tertarik. Tatapannya yang membosankan masih menempel di wajahnya, kekesalan melanda Azatoth ketika dia menarik batang rokok dan meremasnya dengan kesal. Dia mencengkram dagu Rimuru dengan keras, membuatnya mendongak menatap langsung pada Azatoth.

"Apa kau tau bagaimana saat saat terakhir dari Ciel? Dia menangis, menyesal untuk melawan ku dan melayani mu!"

"Heh, ku pikir kau akan memanfaatkannya jika Ciel melakukan itu, namun dengan kau langsung segera membunuhnya. Aku berasumsi kalau Ciel bertarung sampai akhir tanpa penyesalan. Benarkan?" Pertama kalinya Rimuru menampilkan seringai kecilnya.

" ... "

Azatoth menatap dingin Rimuru.

"Apa kau tau aku bisa membunuh mu kapan saja jika kau membuatku kesal?"

"Aku tau." Rimuru menjawab dengan acuh, Azatoth juga tidak merasakan kepanikan dalam emosi Rimuru. Itu stabil seolah semua yang terjadi tidak ada hubungannya dengan dia.

"Itu mengejutkan, padahal sebelum membunuh mu aku ingin melihat ekspresi putus asa seperti Ciel saat itu."

"Kau yang membuat ku terkejut, ternyata kau bisa membuat Ciel menjadi putus asa hanya karena skil rendahan seperti mu."

"Kek!! Kehahaha!! Menarik, benar-benar menarik!! Aku ingin tau seberapa lama kau memasang wajah apatis mu itu."

Azatoth sempat tersinggung pada awalnya, namun dia memutuskan untuk tertawa untuk menutupi semua itu. Di dalam dia terlihat sangat kesal dan penuh amarah karena ucapan Rimuru yang menusuk.

"Bagaimana kalau aku membunuh naga yang sedang ada di luar sana."

Naga yang di maksud itu tentu saja Veldora, Rimuru sempat menyapa ke arah pintu keluar untuk sesaat. Namun dia kembali menatap Azatoth tanpa emosi kembali.

"Ohh, itu sepertinya masih kurang. Bagaimana kalau aku mengirim mu ke Tempest dan membuatmu membunuh seluruh orang yang ada di sana?"

" ... "

"Bwahahaha!! Aku merasakannya, aku merasakan emosi mu di dalam sana! Itu benar-benar menyenangkan."

Tangan Rimuru gemetar, bukan hanya tangan. Namun seluruh tubuhnya bergetar, tak terkecuali dengan Iris emasnya yang bergetar. Menatap Azatoth dengan ekspresi mengerikan meskipun dia tidak bisa bergerak sama sekali.

"Kenapa kau tidak membunuhku sekarang juga dan mengambil inti jiwa ku? Bukankah itu yang kau mau?"

"Ayolah, aku bisa mengambilnya kapan saja. Jadi tidak ada salahnya bermain terlebih dahulu, lagian aku lah yang mengontrol seluruh kekuatan mu sekarang. Ups, maksudku kekuatan ku. Lagian kau tidak bisa menggunakan sepeser pun kekuatan yang ada di dalam dirimu. Jadi semuanya aman."

"Jangan terlalu besar kepala, Azatoth. Bahkan seekor tikus pun dapat melawan layaknya seekor singa jika dia sedang terpojok."

Azatoth menutup mulutnya, menyembunyikan tawanya yang hendak meledak.

"Oh, maaf maaf, aku tidak bermaksud memotong perkataan mu yang sok bijak itu. Tapi itu benar-benar lucu!!" Dia sekali lagi tertawa terbahak-bahak.

"Sebenarnya apa tujuan mu sebenarnya?" Rimuru bertanya membaut Azatoth berhenti tertawa. Azatoth mengambil pose berpikir.

"Hmm, tentu saja itu kekuatan. Dan inti jiwamu sangat membuat ku tertarik, sepertinya itu mengandung kekuatan yang sangat besar jika aku mengekstraknya menjadi bagian diriku. "

"Kau akan menyesal, Azatoth."

"Hahaha!! Itulah perkataan orang yang kalah dalam pertempuran!!"

"Aku memang kalah dalam pertempuran, namun aku menang dalam perang."

Tawa Azatoth terhenti, dia menatap Rimuru dengan menyipit penuh kecurigaan.

"Apa maksudmu!?"

"Menurutmu?"

Azatoth sedikit gelisah mendapat kan jawaban acuh dari Rimuru, dia mengolah semua informasi yang ada di dalam tubuh Rimuru dan dirinya secara bersamaan. Tanpa ada yang terlewat sama sekali, namun dia tidak menemukan apapun. Rimuru juga tidak menyembunyikan sesuatu.

"Hebat, gertakan mu benar-benar membuatku waspada. Seperti yang di harapkan dari Rimuru."

Wajah Rimuru menjadi gelap, ternyata itu tidak berhasil sama sekali. Azatoth mengangguk sesekali.

"Ok, aku sudah memutuskan jadwalnya. Pertama adalah menghancurkan Tempest sekaligus dunianya. Kita akan menyisakan kadal tersayang mu itu terakhir. Bagaimana menurutmu?"

Azatoth membelai lembut pipi Rimuru dan menyelipkan sehelai rambut di belakang telinganya.

"Aku tidak sabar untuk melihat wajah seperti apa yang akan kau tunjukan nanti, yang pasti itu bukan wajah apatis mu saat ini kan? Mereka keluarga mu kan? Kau menyayangi mereka bukan? Sampai-sampai kau pergi demi kepentingan mereka, agar tidak terseret dalam pertarungan kita. Jika kau masih berada dekat dan terhubung dengan koridor jiwa, aku bisa saja menghancurkan jiwa mereka dalam sekali serangan."

" ... "

"Jadi Rimuru, apa kau ingin membantu ku ingin menghancurkan Tempest yang sangat kau sayangi?"

"Apa aku punya pilihan?"

"Ckckck, sayangnya kau tidak mempunyai pilihan lain."

Rimuru menatap ke depan tanpa emosi, tidak mengubah wajahnya sedikit pun.

"Itu menyebalkan melihat ekspresi apatis mu."

"Semuanya telah terjadi, jika kau ingin aku membunuh mereka semua. Maka tidak ada yang bisa ku lakukan, lagian aku tidak bisa lagi melawan. Kau bisa mengendalikan ku sepenuhnya."

"Mari kita lihat, apakah kau masih bisa se tenang ini setelah membunuh mereka semua."

Keheningan mulai menghilang, dalam sekejap. Ruangan yang mereka tinggal sepenuhnya telah berganti. Tidak ada Azatoth di depannya saat ini, hanya ada dia. Dan ...

Dia tengah berada di alun alun kota Tempest yang sangat ramai. Para warga menatapnya dengan sangat terkejut dengan kemunculan nya yang tiba-tiba, mereka merasakan kehadiran yang sangat familiar. Apalagi dengan ke dua belas patron atau penjaga pribadi Rimuru itu sendiri.

Merasakan hawa kehadiran yang sangat mereka nantikan, mereka tiba di tengah alun-alun kota bersama para warga. Tidak ada yang tidak terkejut melihat sosok tuan mereka yang sudah menghilang lebih dari 1000 tahun.

Rimuru menatap mereka semua, sesuatu terasa jauh dalam lubuk hatinya. Itu hangat. Namun mereka tidak mengetahui tujuan dari kedatangan dari Rimuru.

Hanya teriakan dan ketidak percayaan yang tengah mereka saksikan.

Bersambung.

A Long Lost FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang