21 Epilog

612 32 0
                                    

Vote comment jusseyo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote comment jusseyo

.

.

.

.

Hari ini Taeil dan Johnny ditemani si lumba-lumba kecil tentunya, berkeliling komplek rumah dan taman disekitar rumah tersebut. Chenle benar-benar bahagia bahkan menarik Johnny kesana-kemari untuk menemaninya bermain ditaman anak-anak itu. Diusia Chenle yang baru genap 2 tahun itu terlihat seperti sepasang ayah dan anak yang ingin bermain sendirian. 

Taeil tersenyum bahagia tentu saja, bahkan dirinya sempat memotretnya kemudian mengirimkan gambar  itu ke nomor Renjun. Dirinya yakin pilihan menerima pernikahan Johnny bukanlah untuk menerima obsesi Johnny atau karena dirinya tidak ingin meninggalkan calon anaknya ini, tapi kesetiaan Johnny dan cinta Johnny yang diberikan kepadanya sudah sangatlah cukup untuk kehidupannya sekarang ini. Taeil semakin bahagia ketika melihat Chenle begitu aktif dengan pamannya Johnny.  

Kini Taeil berusaha menidurkan Chenle diranjang box bayi setelahnya dirinya berjalan menuju kekamarnya yang tersambung dengan kamar bayi. Johny sudah tertidur karena aktifnya Chenle, jika keponakannya sudah begitu aktif dan membuatnya tidur sepulas ini bagaimana dengan anaknya besok. Mungkin bisa membuat Johnny kewalahan. 

"Tidurlah yang nyenyak." bisik Taeil dan mencium dahi sang suaminya itu. Kemudian menyusul Johnny ke alam mimpi bersama.

Malam ini tidur seperti biasanya, tapi Taeil gelisah karena rasa mulas yang dirinya alami. Mulas yang membuatnya menahan semuanya jeritannya hari itu. Hingga tangannya mencakar tubuh Johny yang tak terbalut baju. 

"J-Joohnnnyhh.. Akhh" mata Johnny terbangun melihat sekitar dengan air liur yang masih menetes dibibirnya. 

"Ouh hmm.. ada apa sayang?"

"Perutku.. perutku sakit.." Johnny membola seketika dirinya bingung dan berusaha menghubungi ibunya. 

"Khenapa memanggil ibu, bawa aku kerumah sakithh.. akhh"  tanpa banyak bicara dirinya mengambil baju kemudian menyiapkan mobil dan membantu Taeil untuk duduk di mobil serta pergi kerumah sakit, tak lupa membawa Chenle yang masih terlelap tentu saja. 

Taeil masuk keruang IGD bagian obgyn, dokter juga sudah menangani Taeil didalam, dan cepat juga keluar. "Tuan anda suaminya?"

"Iya aku suaminya, bagaimana dok istri saya?"

"Nyonya Taeil masih belum bisa dinyatakan untuk melahirkan pembukaannya masih belum sempurna." Johny gelisah setengah mati. 

"L-lalu apa yang harus saya lakukan dok?" 

"Untuk saat ini nyonya sudah kami bantu infus, dan pereda nyerinya. Besok pagi, ajaklah nyonya untuk berjalan-jalan agar memudahkan melahirkan calon anak anda tuan." Johnny mengangguk paham dan dokter meninggalkannya. 

Johnny masuk kekamar Taeil melihat kondisi Taeil yang begitu pucat, astaga. Johnny bahkan tidak bisa meminta rasa sakit itu dan kini Taeil benar-benar tertidur seperti orang lemas. 

Wanna a Baby (Johnil) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang