Bab 4. Yang Patah, Hilang dan Berganti

38 6 0
                                    

Minggu ke sekian ku dengannya, merasakan bagaimana rasanya dicintai dengan tulus sepenuh hati dan diperlakukan baik olehnya. Tetapi untuk kali ini perasaan ku berbeda, ketakutan masa lalu ku kini kembali datang membuat otak dan hati ku bekerja dua kali lipat dari biasanya hanya untuk sekedar meyakinkan diriku bahwa hal itu tidak akan pernah terjadi lagi. Pagi itu suasana mood ku berubah menjadi hancur, hancur sehancur-hancurnya beda dengan hari biasanya.

"Mey, lo benaran jadian sama anak kelas sebelah?" Tanya teman ku

"Iya!" Jawab ku singkat sambil membuka helaian buku "Hati-hati Mey, kelas sebelah belum move on sama yang beda agama!" Ucap Dyah

Deg... otak ku langsung bekerja berkali-kali lipat memikirkan perkataan yang Dyah katakan tadi. Apa benar perkataan Dyah bahwa Haris belum sepenuhnya move on dari masa lalunya? Aku tahu sebelum Haris dekat dan membuat ikatan dengan ku, ia pernah memiliki hubungan yang entah aku tidak tahu namanya apa dengan seorang perempuan cantik, walaupun sebelum itu aku sekedar memastikan bahwa mereka hanyalah sebatas kata 'teman'

"Hehe... Katanya sih mereka berdua cuma sebatas temen!" Ucap ku

"Ya... Mey semua juga berawal dari kata temen! Kayak lo sama dia, berawal dari kata temen kan?" Ucap Dina. Aku meringis mendengar perkataan dan pertanyaan yang di keluarkan Dina barusan. Memang benar semua yang Dina ucapkan bahwa semua ini berawal dari kata teman, tetapi aku disini mencoba meyakinkan diri ku bahwa Haris sepenuhnya sudah move on dan menganggap perempuan itu hanya sebagai teman.

"Lagian lo kenapa ngga sama Bagas aja! Udah bener lo sama dia! Lo juga udah dikasih lampu ijo kan kalau sama Bagas? Kenapa milih sama kelas sebelah?" Tanya Sifa

"Udah Sif biarin aja itu pilihan Niamey, dia yang ngejalanin! Nanti dia juga yang ngerasa kenapa ngga pilih Bagas! Udah kita mah liatin aja berapa lama kuatnya!" Ucap Dewa dengan ketus

"Iya dah, tapi tetep aja gue ngga rela ngeliatnya! Kasian gue sama Bagas!" Jawab Sifa Lagi-lagi Bagas yang selalu menang di antara Haris dan lainnya. Memang sudah jelas efforts yang bagas keluarkan untuk ku dan aku akui Bagas adalah laki-laki sempurna untuk di jadikan sebagai pasangan. Tidak lain dari pemikirannya yang lebih dewasa dari ku, sikap dan perlakuannya kepada perempuan menggambarkan dirinya yang sangat menghargai seorang perempuan. Tetapi apakah tidak bisa Haris seperti itu dimata teman-teman ku? Konon katanya hubungan yang tidak di setujui oleh teman tidak akan berlangsung lama.

"Tapi Mey, kalo gue jadi lo udah pasti Bagas langsung gue terima tanpa pikir panjang! Bahkan gue rela kalau nanti nya gue harus kejar dia dulu!" Ucap Dina

"Sayang nya Din, Niamey bukan kayak lo!" Saut Sifa dengan kesal "Bener tuh! Gue juga akan mikir kayak gitu!" Timpah shani dengan mulut yang penuh dengan makanan

"Mey kesempatan ngga akan datang dua kali! Jangan sampe salah pilih" Ucap Husaini sambil berjalan meninggalkan

"Iya weh gue tahu!"

***

"Kok lo bisa jadian sama Haris Mey? tiba-tiba banget!" Tanya Dewa

"Emang tiba-tiba banget ya? Gue jadian sama dia udah lama, cuma baru terungkap nya sekarang! Gue juga ngga tahu alasan gue nerima dia apa. Mungkin karena gue anaknya physical touch kali ya, dan dia juga gitu walaupun ngga act of service kayak Bagas!" Jujur ku

"Terus tentang cowok kemarin yang lo mau cari tahu gimana? Ilang gitu aja?" Tanya Dewa. Hanya sebuah gelengan kepala ku pada saat itu yang bisa mewakilkan semua jawaban atas pertanyaan yang Dewa berikan.

FiorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang