Bab 11. I Made Your Playlist

30 4 0
                                    

Siang telah berganti menjadi sore hari waktunya aku pulang menuju rumah, tepat pukul 15.30 Wib bell sekolah berbunyi pertanda mata pelajaran hari ini telah berakhir. Di sekolah ku untuk kelas dua belas memang pulang lebih cepat dibandingkan dengan kelas sebelas ataupun sepuluh, mungkin karena mata pelajaran nya yang tidak banyak tetapi untuk jam produktif nya jelas yang lebih padat. Seperti biasa aku tidak langsung pulang melainkan diam berdiri di depan kelas sambil melihat sekeliling lapangan utama. Memperhatikan orang-orang yang jalan dengan cepat meninggalkan sekolah menuju rumah untuk melepas lelah nya karena belajar seharian.

Aku berdiam mengamati orang-orang sekitar sambil mencari keberadaan diri mu, aku bertanya apakah kamu sudah melewati lapangan utama saat ini? Aku mencari keberadaan mu dengan teliti, memperhatikan setiap orang yang melewati lapangan dan menunggu sampai akhirnya kamu melewati lapangan utama dengan seorang teman mu yang pernah aku sebutkan ciri-cirinya waktu itu. Mata ku terpaku mengikuti arah mu berjalan, ponsel yang ku genggam dengan pengaturan kamera yang sudah di atur sejak awal aku menunggu mu sudah siap untuk aku gunakan. Pada saat itu aku seperti agen rahasia yang mempunyai misi untuk memata-matai setiap langkah jalan mu.

Teman ku juga begitu, mengikuti sekaligus membantu diri ku untuk mendapatkan foto candid jalan mu. "Dewa cepet Dewa foto! Itu Fi lagi jalan buruan!" Suruh ku kala itu.

Dengan cepat Dewa memotret diri mu yang sedang berjalan, kami berdua seperti Dispatch Korea yang memata-matai idolnya dengan tujuan hanya untuk memotret diri nya. Pada saat itu banyak foto yang Dewa dapatkan. Tenang saja foto itu tidak aku gunakan untuk sebuah bisnis ilegal atau lain sebagainya. Melainkan hanya sebuah dokumentasi biasa, untuk lebih detail lagi aku mengenal diri mu. Mungkin, seperti merek sepatu apa yang kamu pakai atau model tas seperti apa yang kamu gunakan setiap hari.

Dewa mengirimkan semua foto yang dia potret kepadaku.

"Mey, kalau gue liat-liat dari hasil fotonya masih cakepan temennya Fior, Mey! Candid nya bagus! Coba dah lo liat sendiri!" Ucapnya sambil memberikan ponselnya

"Gue bisa liat di handphone gue Dew! Iya... kok bener sih! Tapi tetep lah Fior juaranya!" Balas ku

"BELOON! Lo punya mata kan Mey? Nah kan katanya lo mau tulis cerita tuh, lo pake aja temennya Fior! Dan seharusnya yang jadi peran utamanya temen nya Fior Mey, lebih cocok aja! Udah pepet temennya aja Mey, tapi gue aja deh!"

"Saran lo terlalu bagus Dew! Ngga habis thingking gue!"

Tidak pemeran utama nya tetap kamu, tidak ada yang lain dan tidak tergantikan oleh siapa pun. Itu hanya lah opini serta penilaian yang Dewa miliki, atau mungkin Dewa sekedar tertarik dengan teman mu pada saat itu. Jelas, tidak ada yang tidak tertarik dengan teman mu yang satu ini. Postur tubuhnya boyfriendable sekali dan sudah sangat sempurna di mata anak pembaca novel fiksi yang selalu mengharapkan pacarnya seperti itu. Tidak perlu ku sebutkan ciri-ciri nya kembali, sudah sangat sempurna. Tetapi, menurut ku kamu tidak akan pernah kalah. kamu akan tetap menang dan abadi dalam cerita ini.

***

Kali ini aku memilih untuk pulang dengan menaiki angkutan umum, sambil mendengar kan lagu yang di putar secara acak oleh spotify. Aku selalu memilih tempat paling pojok setiap naik angkutan umum, karena tidak lain tempatnya yang sangat strategis untuk digunakan tidur dengan kaca yang terbuka lebar menikmati angin yang berhembus dengan bebas.

Kata teman ku bahaya sekali jika, tidur di angkutan umum. Aku mengakui kebenaran itu, tetapi apakah kalian sudah merasakan nya betapa indah nya ketiduran di angkutan umum? Atau terbangun terbentur karena sopir angkutan umum yang mengerem secara mendadak? Atau mungkin mendengar kan omelan ibu-ibu di saat sopir angkutan umum yang membawa mobilnya tidak sadar dengan kecepatan nya? Atau lainnya, mendengar kan suara mainan anak kecil yang ia bawa? Sungguh pada saat itu aku tidak bisa tertidur dengan tenang karena suaranya yang jelas-jelas tepat berada di samping telinga ku.

FiorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang