Bab 6. Pengakuan Yang Terlambat

39 6 0
                                    

"Hargain yang ada sebelum pergi Mey, orang yang sama ngga bakal dateng 2 kali"

-Husaini-

Pertemanan ku dan Bagas tidak mengalami perubahan setelah Bagas jujur tentang apa yang ia rasakan kepadaku. Walaupun hal ini yang paling Bagas takuti setelah ia jujur tentang apa yang ia rasakan kepada ku. Ia takut terjadi kerenggangan antara kami berdua hingga nantinya salah satu dari kami harus pergi meninggalkan pertemanan ini. Konon katanya jika seseorang yang jujur akan perasaannya maka nanti orang itu harus merelakannya jika ia pergi meninggalkannya.

Bagas berpikir setelah ia mengatakan tentang perasaannya aku akan menjauh bahkan menghindarinya atau yang lebih parahnya aku akan meninggalkannya, ternyata itu tidak akan pernah terjadi. Keadaan itu tidak akan terjadi pada kami sampai kapan pun itu, aku jamin hubungan pertemanan kami akan berjalan baik seperti sebelumnya. Seperti tidak pernah terjadi apa-apa antara aku dengannya, walaupun yang terjadi sangat menyakitkan bagi Bagas.

Kini Bagas tidak mengetahui tentang aku yang tengah menjalin kisah asmara dengan Haris, yang ia tahu hanyalah aku yang hanya sebatas menyukai Haris saja tanpa ada status di antara kami. Mungkin akan lebih menyakitkan jika pada saat itu Bagas mengetahui semuanya tentang hubungan ku dengan Haris, atau memang sebenarnya tanpa sepengetahuan ku Bagas sudah tahu tentang itu semua? Jika memang harus membandingkan untuk memilih antara Bagas dengan Haris sudah pastinya semua orang akan memilih Bagas. Aku akui itu memang akan terjadi nantinya, entah mantra apa yang Bagas gunakan untuk ini. Sangat mudah sekali membuat semua orang terpikat pada dirinya.

Menghindari atau meninggalkan Bagas itu tidak mungkin aku lakukan sampai kapan pun. Walaupun fakta nantinya semua orang akan datang dan pergi dalam perjalanan hidup, aku berharap Bagas tidak pergi meninggalkan ku dalam keadaan apapun. Aku akan meminta kepada semesta untuk mengabulkan permohonan ku yang ini agar Bagas tetap bersama ku, tetap dengan ke tidak jelasan pertemanan ini. Egois? Sudah jelas aku seperti itu. Aku sadar aku tidak memiliki hak dan kuasa atas ini, tetapi apakah kehilangan-kehilangan yang dulu bisa di gantikan oleh hadirnya Bagas selalu?

Dan apakah ada seseorang yang ingin berdiam di dalam hubungan seperti ini, di dalam pertemanan yang terdapat dua insan yang tidak memiliki tujuan yang akan di tuju? Sangat jelas tidak ada. Lantas apakah suatu saat Bagas akan pergi meninggalkan ku? Atau nantinya Bagas akan melepaskan diri ku untuk mencari kejelasan yang lain? Sungguh aku sangat takut jika itu benar terjadi.

***

Seiring berjalannya waktu, kisah asmara ku yang manis dengan Haris harus berujung dengan kata pisah atau mungkin dengan kata lain kandas di makan oleh keegoisan ku. Aku mengucapkan kata pisah pada Haris dan tidak ada usaha yang aku usahakan untuk sekedar mempertahankan hubungan itu. Aku selalu berharap bahwa nantinya Haris akan di pertemukan dengan aku yang lain, tetapi aku akan sangat bahagia jika Haris nantinya akan dipertemukan yang jelas sangat berbeda dengan diri ku, yang pastinya akan membuat dirinya selalu bahagia dan merasa cukup akan hal itu.

"Mey denger-denger lo putus ya sama Haris? Karena balik lagi lo sama Bagas?" Tanya teman ku

"Hahaha ngga ada hubungannya sama Bagas!" Jawab ku

"Niamey udah di bilangin batu banget, tetep aja lo bakal balik lagi sama Bagas! Emang udah lo berdua cocok!" Sahut Sifa.

Aku heran sekaligus bingung tentang teman ku yang berpikir aku mengakhiri hubungan ku dengan Haris hanya karena aku ingin kembali bersama Bagas. Jelas tidak, alasan ku mengakhiri ini semua bukan semata aku ingin kembali pada Bagas. Ada satu hal yang membuat ku memutuskan untuk mengakhir hubungan ini, lagi pula sudah aku pikirkan baik-baik semua itu.

FiorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang