15 [marsha]

1.8K 187 24
                                    

[Zee pov]

Aku menyenderkan badanku pd tembok dingin yg berada dirooftop ini, ingatan akan insiden itu terus berputar di otakku, ingatan itu msh sangat jelas terekam dlm memoriku seperti terjadinya baru kemarin. Tumpukan-tumpukan penyesalan dan rasa bersalah itu semakin menggunung dan seakan menimpaku saat ini. Dadaku sesak dan kepalaku rasanya mau pecah saat ini jg. Aku memegangi kepalaku seraya meremas-remas rambutku berharap itu bisa sedikit meredakan sakitnya namun cara itu tdk berhasil. Air mataku terus mengalir tanpa bisa ku tahan, rasa penyesalan dan rasa bersalahku pd mami rasanya semakin membeludak setelah melihat kondisinya terbaring tak berdaya dgn byk alat-alat yg terpasang pd tubuhnya itu, bahkan wajah cantiknya harus tertutupi masker oksigen utk membatunya bernafas belum lg terpasang selang utk mengantarkan makanan ke perutnya.

Sudah lebih dr setahun insiden itu berlalu namun keadaan mami terlihat masih sama seperti saat terakhir kali aku melihatnya sebelum papi mengusirku saat itu. Aku pantas mendapatkannya bahkan lebih dr itu aku pantas. Aku terus mengutuk diriku akan hal yg telah ku perbuat tahun lalu yg menyebabkan byknya timbul rentetan permasalahan dalam keluargaku.

Beberapa saat kemudian aku mendengar suara langkah org berlari ke arah ku, kemudian org itu mendekatiku dgn nafas yg msh tersengal-sengal. Dari aroma tubuhnya aku bisa menebak bahwa org itu adalah marsha.

"Kak zee" ucap marsha pelan sambil mengusap lembut bahuku.

" ini semua salah aku sha, salah aku sha" ucap ku berulang-ulang pd marsha agar ia tau bahwa aku lah penyebab dr semuanya, emosi ku sangat tdk stabil , aku semakin meneriaki kata-kata itu pdnya.

Bukannya pergi meninggalkanku Marsha malah memelukku dan mengusap-usap punggungku. Tangisku semakin pecah mendapat perlakuan seperti itu dr nya, Aku pun menyandarkan kepalaku pd bahu milik marsha sambil terus menangis dan mengulang kata-kata tersebut namun perlahan suaraku semakin rendah hingga nyaris tak terdengar olehnya.

[pov end]

_______________________________
[rooftop]

Zee msh terus menangis dlm pelukan marsha, ia menumpahkan seluruh rasa yg menyeruak dihatinya. Rasa rindu, rasa sedih , rasa sesal dan juga rasa bersalah bercampur aduk memporak-porandakan hati sang empunya yg sudah tertunduk lesu dalam pelukan gadis yg baru dikenalnya bbrp minggu lalu. 
Sesekali kata demi kata yg menyiratkan penyesalan dan rasa bersalah ia lontarkan disela-sela tangisannya.

" maafin aku sha" cicit zee lirih namun masih terdengar oleh marsha.

" it's okay kak, nangislah sepuasnya kak sampe perasaan kakak lega, tp abis itu janji sama aku utk balik keruangan td ya?" Ucap marsha lembut sambil terus mengusap punggung zee dgn tak kala lbh lembut dr ucapannya barusan.

"Engga sha, aku gamau" ucap zee yg msh bersandar pd bahu marsha.

" kenapa gamau? Bukannya kakak kangen bgt sama mami kakak?" Ucap marsha yg teringat td saat tertidur dirooftop zee terus melontarkan kata bahwa ia sangat rindu pada maminya itu.

"Iya aku kangen bgt sama mami, tp aku gamau nanti keadaan mami makin buruk grgr ada aku sha" -zee.

"ga boleh bilang kek gt kak"

" itu bener sha" -zee

"Kak zee dengerin aku baik-baik ya"
ucap marsha memangkup wajah zee dgn kedua tangannya.

Marsha pun menatap mata zee yg sudah sangat basah dgn air mata tsb. Ia menatap lekat-lekat mata itu, terlihat pancaran kesedihan sekaligus ketakutan didlmnya. Sedetik kemudian marsha pun mengusap mata tsb dgn lembut menggunakan ibu jarinya.

" jgn takut dgn hal yg ga berdasar kak, terkadang kita cmn terperangkap dlm pikiran buruk yg kita ciptakan kita sendiri tanpa menyadari hal yg sebenarnya kita takutkan itu cmn lah ilusi semata yg terbentuk oleh pikiran kita krn hati kita yg sdg tidak baik-baik saja"

Eurika milik kitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang