2. I Didn't Except This

170 9 0
                                    

"Sial! Gue lupa bawa almet lagi!" Gumam Renjun, begitu tiba di kampus, dirinya malah lupa membawa almamater kampusnya, yang mana hari ini emang di suruh pakai almamater kampus.

Untung saja tidak ada kakak tingkat ospek yang jaga di depan. Kalau tidak? Udah habis di tahan di depan.

Tapi yang jadi permasalahan saat ini, dia itu masih mengikuti masa ospek. Kalau ada kesalahan sedikit pun? Kakak tingkatnya pasti menghukum dirinya. Panitia ospek kan suka sekali mencari kesalahan orang lain.

"Oy, Njun! Diem-diem aja lo!" Tegur Winter, yang saat ini sudah merangkul Renjun. Di iringi Karina yang ada di samping kirinya.

"Gue lupa bawa almet. Mana sebentar lagi waktu ospek di mulai lagi." Ujar Renjun, seraya mengigit bibir bawahnya karena gelisah.

"Wuah, bakalan gak lolos sih lo." Ujar Karina, yang Renjun sendiri udah tau resiko yang bakalan dia hadapi, kalau lupa bawa keperluan ospek hari ini.

"Kenapa gak minta ke abang lo aja? Bukannya dia senior di sini?" Seru Winter, memperingati temannya ini, kalau temannya ini punya abang yang berkuliah di sini.

Thanks to Winter! Karena ucapannya, dia jadi ingat kalau dirinya mempunyai abang. Renjun langsung menarik Winter untuk ikut bersamanya. Naik ke ruangan b22, untuk menemui abangnya.

Dia dan abangnya memang satu jurusan. Jadi, ya gak jauh-jauh amat buat ke abangnya. Untungnya dia sama abangnya punya minat yang sama.

Sampai lantai atas, Renjun langsung melangkahkan kakinya di menuju ruangan b23. Ruangan di mana abangnya berada. Soalnya, tadi dia sempet telepon abangnya, kalau abangnya ini ada kelas di ruang b23.

Renjun ingin mengetuk pintu lebih dulu, sebelum ia masuk ke dalam ruangan. Tapi ternyata ruangannya gak di tutup, jadi dia ketuk sebentar, setelah itu dia masuk. "Permisi kak. Cari yang namanya Huang Doyoung ada gak?" Tanya Renjun.

Belum sempat menjawab, suara seseorang dari belakang mengintrupsinya. "Renjun? Ngapain lo ke sini?" Tanya Doyoung, yang gak nyangka kalau adiknya bakalan ke sini. Ia kura cuma buat basa-basi doang.

Renjun langsung membalikkan tubuhnya, dan langsung berhadapan langsung dengan abangnya. Bukan hanya abangnya saja! Di sebelah abangnya juga ada cowo yang ia sukai, yang saat ini tengah tersenyum menatap dirinya.

Duh, meleleh Renjun kalo liat senyuman manis Taeyong ini. Rasanya ingin bawa pulang pria yang ada di hadapannya ini.

"Et dah ini bocah. Di tanyanya bukan jawab, malah diem." Ujar Doyoung, yang sepertinya belum menyadari kehadiran Winter, wanita yang ia sukai, yang saat ini ada di samping adiknya.

"Renjun!" Panggil Doyoung lagi, seraya menjentikkan jarinya di depan wajah adiknya.

Renjun pun tersentak. Ia langsung membuyarkan lamunannya. Pelet pria yang ada di hadapannya ini sepertinya sangat kuat buat dirinya. Bisa-bisanya seorang Huang Renjun yang biasanya memerankan karakter tsunder serta cool layaknya pemeran di novel, terpesona oleh senyum mempesona laki-laki yang bernama Lee Taeyong ini.

"Ah iya ini bang, Winter namanya. Dia yang kemaren minta nomor lo." Ucapan ngaco yang keluar dari mulut Renjun. Padahal bukan ini yang ingin dia bicarakan. Tapi kenapa malah keluar kalimat ini?!

"Ah iya Winter. Gue udah punya nomor lo kok. Nanti gue chat lo ya, jadi lo gak usah repot-repot chat gue sama cari nomor telepon gue. Biarin gue sebagai pihak laki-laki yang chatting lo duluan." Ujar Doyoung, yang langsung tersadar kalau ada wanita yang dia sukai.

"Btw, nama gue Huang Doyoung. Lo boleh manggil gue senyaman lo." Ujar Doyoung, seraya memberikan senyuman tipis untuk wanita yang ada di sampingnya ini.

"Kalo manggil sayang, boleh gak kak?" Ujar Winter yang sukses membuat pria yang ada di hadapannya ini memerah. Sedangkan Taeyong sendiri sudah mati-matian menahan tawanya.

"Eh kanjeng ratu! Gue tau lo ke sini bukan cuma mau bilang itu! Cepet kasih tau tujuan lo ke sini." Ujar Doyoung, mengalihkan suasana memalukan ini.

"Ah iya! Gue hampir lupa!" Seru Renjun, yang tersadar akan niat awalnya. "Itu bang. Gue pinjem almet lo dong. Gue lupa bawa almet. Tadi buru-buru karena lo bawel!" Ujar Renjun.

"Gak ada! Gue gak bawa almet cadangan." Tolak Doyoung mentah-mentah.

"Ya elah bang. Tolongin gue sekali ini aja. Gue gak mau di hukum pas lagi masa orientasi." Pinta Renjun, yang sangat frustasi.

"Gak!" Kekeh Doyoung, yang enggan memberikan almetnya.

"Bang--"

"Pake punya gue aja." Ujar Taeyong, yang langsung melepaskan almet yang sedang ia pakai. Lalu memberikan almet itu kepada adik dari temannya ini.

Renjun terdiam sejenak dengan tindakan mainly Taeyong. "Beneran gapapa bang--"

"Taeyong. Lee Taeyong." Ujar Taeyong, melanjutkan ucapan adik dari temennya ini.

"Ah iya. Emang gapapa nih, bang Tae?" Tanya Renjun ragu. Padahal mah hatinya udah menjerit-jerit karena di pinjemin sama orang yang dia sayang.

"Iya gapapa, pake aja. Lo gak mau di hukum kan?" Seru Taeyong yang langsung memberikan almet yang ia lepas, ke tangan Renjun.

"Terus lo gimana bang?" Tanya Renjun. Seraya menatap almet yang ada di tangannya, dan juga Taeyong secara bergantian.

"Selow aja sih. Gampang gue mah." Ujar Taeyong, yang emang cuek akan peraturan di kampus ini.

"Oke deh bang! Makasih ya. Nanti abis dasinya gue cuci, gue langsung balikin lo. Lo ingetin gue aja ya! Soalnya gue suka lupaan. Atau enggak, lo bisa langsung samperin gue di kelas 32B." Ujar Renjun.

"32B? Kelas unggulan kan. Pinter dong lo berati? Beda banget sama Doyoung." Ledekan Taeyong kepada temannya, sukses membuat temannya ini merengut kesal.

Berbeda dengan Renjun yang saat ini sedang terkekeh. "Jelas beda lah! Gue made in Jakarta. Dia made in Bandung!" Ujar Renjun.

"Kalau gitu gue permisi ya, bang. Sebentar lagi orientasinya di mulai!" Pamit Renjun, yang langsung menarik temannya pergi.

"Njun, abang lo mainly juga ya." Ujar Winter, yang saat ini sedang jalan di samping temannya, menuju kelas.

Renjun mendelik begitu mendengar ucapan yang seperti pujian dari Winter untuk abangnya ini. "Mainly apanya! Lo gak liat tadi kelakuannya? Gue minjem almet aja, dia langsung nolak." Protes Renjun.

"Ya kan lo adiknya. Biasanya emang gitu kalo abang-adik. Beda lagi kalo sama crushnya. Kayak lo sama bang Taeyong tadi aja. Bang Taeyong keliatan mainly banget bukan? Kayak yang di novel-novel gitu ya." Ujar Winter.

Mendengar kalimat Crush yang di ucapkan Winter saja, Renjun sudah senang. Secara tidak langsung, Winter mengatakan kalau Taeyong itu nge-crushin dia. Maka dari itu Taeyong dengan mudahnya memberikan dia almet.

Dan ya, ucapan Winter membuat rasa senang, dan kepercayaan Renjun semakin besar. Seperti peluang dalam mendapatkan pria bermarga Lee itu semakin besar.

Padahal mereka belum tau Taeyong iu kayak gimana orangnya. Banyak siswi yang terjebak akan sikapnya dia yang seperti ini.

"Emang iya ya?" Tanya Renjun, yang sudah sangat kegeeran akan ucapan temannta ini.

"Ya emang iya! Emang lo gak ngerasain dia mainly? Padahal kalo gue jadi lo, gue udah minta tolongin lo megangin gue, supaya gue gak terbang terlalu jauh." Ujar Winter.

Winter tidak tau saja, bahwa saat ini Renjun sedang menahan diri untuk tidak berteriak kencang. Padahal di hatinya sudah berteriak kencang. Serta detak jantungnya sudah berdetak tidak karuan.

Detak jantungnya seperti seseorang yang sedang jatuh cinta.

CRUSH ON HIM - TAERENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang