13. Warning or Threat?

160 5 0
                                    

"Kali ini nasi goreng?" Gumam Taeyong, yang sedang menatap bekal makanan yang di berikan Renjun.

Renjun menganggukkan kepalanya dengan antusias. "Jangan lupa di makan ya! Jangan sampe gak di makan. Apalagi di makan pas istirahat! Harus makan sekarang Bang!" Peringat Renjun.

"Makasih, Njun. Gue bakalan makan sekarang kok. Jangan kayak gini lagi njun. Gue gak enak ngerepotin lo." Ujar Taeyomg, yang merasa tidak enak karena Renjun yang terus memberikannya bekal untuk dirinya sarapan.

Dan lebih parahnya lagi, bekal yang di berikan Renjun selalu berbeda menu. Mulai dari hamburger, hotdog, spagethi, sandwich, ayam fillet mayonise, dan masih banyak lagi yang Renjun kirimkan kepada dirinya. Bagaimana dia tidak enak kalau kayak gitu?!

"Kalo gaenak ya tinggal kasih kucing. Lagipula gue gak ngerasa di repotin kok bang. Gue buat ini juga sekalian buat bekal gue sama abang gue. Jadi, jangan pernah berpikiran kayak gitu. Gue akan selalu memberikan bekal buat lo, gak perduli lo mau makan atau buang." Ujar Renjun dengan santainya.

"Ya kan tapi--"

"Tapi-tapian mulu lo kayak lagu! Udah ah, gue mau balik ke kelas! Ada pr yang belom gue kerjain!" Pamit Renjun.

"Jangan lupa di makan. Kalau mau cabut? Ajak gue!" Peringat Renjun, sebelum pergi meninggalkan crushnya.

"Njun hati---" peringatan Taeyong untuk Renjun pun terpotong, begitu Renjun sudah lebih dulu menabrak tembok yang ada di hadapannya, yang membuat Renjun langsung meringis dan memegangi kepalanya.

Taeyong hanya bisa menggelengkan kepalanya seraya terkekeh, begitu melihat Renjun yang menendang kembali tembok yang telah ia tabrak.

Setelah memastikan Renjun sudah hilang dari pandangannya, ia pun kembali ke dalam kelasnya. Ia langsung memakan bekal yang di berikan Renjun. Jujur saja, sebenarnya ia senang ketika memakan bekal buatan Renjun.

Ah! Lebih tepatnya ia senang akan perhatian kecil yang Renjun berikan. Itu alasan utama rasa senang dia, selain masakan Renjun yang memang enak untuk di makanan. Ya walaupun tidak seenak makanan yang ada di resto, tapi makanan Renjun masih layak untuk di makan.

"Wuih makan apaan, Yong?" Tanya Jennie yang baru saja datang ke kelas, bersamaan dengan Wendy, Jaehyun, dan Doyoung.

"Tumben-tumbenan si Taeyong bawa bekal!" Seru Wendy, yang langsung duduk di tempat duduknya. Sementara temennya bergegas duduk di samping Taeyong terlebih dahulu.

"Roman-romannya kayak kenal tuh tempat makan." Sahut Doyoung, melirik tempat makan yang sedang di pegang temannya ini.

"Wah kacau. Adek lo kenceng banget, Doy." Sambung Jaehyun, di iringi kekehan.

"Loh, ini dari Renjun adiknya Doyoung?" Tanya Jennie, yang sudah penasaran.

"Lah, lo gatau kalau misalkan beberapa minggu belakangan ini, Renjun kasih bekal tiap hari ke dia?" Tanya balik Jaehyun, menatap temannya tidak percaya.

Pasalnya, Jennie itu orang yang paling update, mengenai seseorang yang sedang mendekati Temannya, Lee Taeyong.

"Renjun niat banget ya deketin Taeyong." Gumam Jennie, menatap Taeyong yang tengah makan dengan lahap.

"Kayak lo, Wendy, sama Joy." Sambung Jaehyun, di iringi kekehan oleh temannya, Doyoung.

"Masih mending adik gue sih, Jae." Sahut Doyoung, mengingat kebodohan 2 wanita cantik yang ada di hadapannya, plus satu wanita yang sudah pindah kampus.

Wendy yang mendengar itu hanya bisa mendengus kasar. "Hati-hati, Doy, adik lo." Peringat Wendy, pasalnya ia sudah tau bagaimana temannya beserta tahapnya.

"Udah dari jauh-jauh gue peringatin, Wen. Emang udah kepala batu dia mah." Balas Doyoung.

Sementara Taeyong yang daritadi di omongin hanya diam saja. Dirinya masih sibuk menghabiskan bekal yang di buat Renjun.
---

*kring* bel istirahat pun tiba. Surga dunia bagi para siswa dan siswi yang sangat malas untuk mengikuti pelajaran. Sama halnya dengan Renjun dan kawan-kawannya, yang lebih memilih untuk segera ke kantin. Begitu bel istirahat di bunyikan.

"Gue ke toilet dulu deh. Lo ke kantin duluan aja gapapa. Makanan gue samain aja sama kalian." Ujar Renjun, begitu mereka melewati toilet wanita.

"Mau gue temenin gak?" Tawar Winter yang langsung di tolak dengan gelengan kepala.

"Gak usah. Gue bisa sendiri. Mendingan lo langsung kekantin. Lo yang nempatin tempatnya. Sementara Karina yang pesen. Udah ya! Gue kebelet nih!" Ujar Renjun, yang langsung masuk ke dalam toilet wanita.

Sampai di toilet, Renjun langsung segera menuntaskan segala urusannya di dalam. Setelah selesai pun dia langsung keluar. Melangkahkan kakinya menuju wastafel, guna membersihkan tangannya.

"Hai, Renjun." Sapa Jennie, di iringi senyuman, yang baru saja keluar dari bilik toilet.

"Hai juga, kak." Sapa balik Renjun, yang juga membalas sapaan serta senyuman kakak tingkatnya dengan kikuk.

"Aku baru tau kalau misalkan kamu yang ngirimin bekal setiap hari buat Taeyong. Soalnya dia gak pernah bilang itu bekal dari siapa. Btw, makanan yang kamu masak enak, Njun." Ujar Jennie, yang sedang membersihkan tangannya di wastafel samping Renjun.

"Ah gitu ya kak? Bagus deh kalau kakak suka. Aku emang suruh Bang Tae buat bagi-bagi sama yang lainnya." Balas Renjun, yang juga menatap kakak tingkatnya melalui kaca yang ada di depannya.

"Hati-hati, Njun, sama Taeyong. Dia emang keliatan baik dan ngasih kita peluang. Lambat laun lo pasti bakal ngarasain kalau misalkan dia juga suka sama lo. Tapi lo salah! Itu adalah tahap akhir sebelum dia pergi meninggalkan lo. Apalagi ketika lo udah nyatain perasaan lo ke dia." Peringat Jennie, menatap Renjun penuh keyakinan dan peringatan.

Renjun tersenyum mendengar semua ucapan yang di lontarkan kakak tingkatnya ini. "Terima kasih kak atas peringatan yang lo kasih ke gue, dari pengalaman pribadi yang lo rasain." Ucap Renjun, yang saat ini sudah berbalik menatap kakak tingkatnya, karena dirinya telah selesai mengeringkan tangannya.

"Banyak kok yang peringatin gue tentang bang Taeyong. Gak cuma lo aja. Kak Wendy, Bang Jaehyun, bahkan abang gue sendiri Doyoung juga peringatin gue. Tapi kalian gak usah khawatir. Gue tipikal orang yang tau diri dan gak pernah maksa kehendak. Kalau pun dia gak menyukai balik gue, dan bakalan pergi atau menghindar dari gue? Gue bakalan terima." Ujar Renjun.

"Lagipula gue bukan perempuan yang sekalinya suka, gak pake otak. Otak gue masih berfungsi layaknya manusia normal. Gue juga manusia yang punya kata lelah. Gue bakalan berhenti, kalau gue udah lelah sama dia. Jadi, lo gak usah khawatir kak." Sambung Renjun, lalu pergi dari hadapan kakak tingkatnya ini.

Renjun terus melangkahkan kakinya menuju kantin dengan tergesa. Nafasnya memburu begitu mengingat ucapan kakak tingkatnya tadi.

"Lo kenapa Njun?" Tanya Winter penasaran, begitu melihat Renjun yang sudah duduk di hadapannya, dengan tatapan yang sangat emosi. Bahkan deru nafas Renjun memburu, seakan habis di kejar sesuatu dengan kecepatan tinggi.

"Tadi gue ketemu kak Jennie di dalam toilet."

CRUSH ON HIM - TAERENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang