5. Hellfire on Loose

23 3 3
                                    

Seseorang yang dituduh melakukan sesuatu yang tidak dia lakukan bisa membela dirinya. Ada banyak alternatif untuk membela diri sendiri. Namun setiap pembelaan haruslah disertai bukti nyata yang bisa mematahkan bukti tuduhan.

Sebelum putusan hakim diberikan, Na Hyun masih bisa membela diri.

Dia mabuk. Buktinya adalah rasa sakit kepala, mual, dan rasa haus yang membuat bibirnya terasa kering. Badannya bangun tiba-tiba karena rasa terkejutnya, lalu seluruh tubuhnya seolah baru dipukuli warga satu komplek. Wonwoo mendorong kepala Na Hyun untuk kembali berbaring ke atas bantal. Pria itu berbalik memunggungi Na Hyun, melirik jam di atas meja samping lalu kembali tidur nyenyak. Langit bahkan belum terang, cakrawala yang terlihat di luar jendela masih terlihat gelap.

Na Hyun tidak dapat memejamkan matanya lagi, tapi dia bertahan di posisinya.

Kali kedua dia membuka mata, ia berbaring sendirian di atas ranjang itu. Matahari sudah sepenuhnya menempatkan diri pada takhtanya di langit. Na Hyun beruntung hari ini dia bebas. Tidak ada kewajiban yang memaksanya menelan mentah rasa pengar akibat wiski yang dia habiskan tanpa pikir panjang. Pembelaan lagi, Na Hyun tidak mendapat banyak kesempatan untuk meminum alkohol mahal. Dia harus memanfaatkan kesempatan yang diberikan oleh teman baiknya yang kaya.

Sprei ranjang Na Hyun betulkan sebelum meninggalkan kamar. Sedikit rasa sungkan karena sudah tidur tanpa ijin untuk kedua kalinya. Entah karena ranjang di kamarnya tidak seempuk ranjang ini, setiap kali melihat kasur di kamar ini Na Hyun ingin berbaring.

Wonwoo tidak ada di mana pun di rumahnya. Jarum jam yang menunjuk pukul 10 pagi menjelaskan di mana seharusnya PNS satu itu berada. Meski begitu, Byun Baekhyun terlihat sedang duduk di teras belakang. Na Hyun menghampiri meja makan, mengambil gelas jus wortel dan post-it-note yang menyuruhnya untuk minun, kemudian menghabiskannya dalam perjalanan menuju kursi malas di teras. Baekhyun menoleh ke belakang, menurunkan ponsel dari hadapan wajahnya untuk menyambut Na Hyun. Mereka duduk berhadapan. Na Hyun merapikan sedikit rambutnya, menggunakan ikat rambut yang ada di pergelangan tangannya untuk mempercepat penampilan terbaik yang bisa dia tawarkan.

"Seonbae bagaimana bisa ada di sini?" tanya Na Hyun.

Baekhyun melirik rumah Wonwoo dalam waktu yang cukup lama. Dia tersenyum simpul. Na Hyun rasa sebaiknya dia yang lebih dahulu menjelaskan diri sendiri. Orang yang tertidur di atas ranjang pemilik rumah ini adalah dirinya. Baekhyun kelihatan fresh, baju baru dan sebagainya. Tanpa penjelasan juga sudah bisa ditebak kalau dia dan Wonwoo memiliki hubungan tertentu. Karena Na Hyun bersumpah dia tidak sampai semabuk itu untuk menghubungi Wonwoo dan minta dijemput.

"Aku yang menelepon Wonwoo-hyung agar datang menjemputmu." Baekhyun kembali meneruskan,"aku dan adik sepupunya bertunangan. Kau sudah bertemu dengannya, kan. Lee Bona."

Ada begitu banyak informasi yang Na Hyun dapatkan dari jawaban Baekhyun barusan. Namun yang paling pasti, Na Hyun merasa lega. Dia bisa menjelaskan kepada Bona jika hubungannya dengan Baekhyun bukan seperti yang rumor katakan. Akan tetapi, kelihatannya saat ini bukan itu masalah yang perlu dia luruskan. Baekhyun mengenal Wonwoo cukup dekat sampai menelepon orang itu untuk mengurus Na Hyun.

"Ah, kalau aku-ahem,"

"Kau tidak perlu menjelaskannya, Na Hyun."

Tepatnya apa yang hendak Na Hyun jelaskan, dia sendiri tidak tahu. Well, Baekhyun, Pak Jeon adalah orang yang memberikanku uang untuk membayar biaya kuliah dan kehidupanku. Dan aku sesekali tidur di rumahnya. Kedengarannya akan sangat salah. Mereka juga berbagi ciuman di bawah lampu jalan yang rusak di depan rumah Na Hyun.

Hari berikutnya, Na Hyun menghadiri kelas seperti biasa.

Profesor Yoon memberikan materi baru. Na Hyun berusaha semaksimal mungkin menyerap perkataan wanita itu, walau tulisan tangan di catatannya memberikan data yang rendah untuk kemungkinan dia akan membuka catatan ini suatu hari nanti. Di akhir kelas, Profesor Yoon menyusun bukunya kemudian membuat narasi panjang mengenai kabar yang beredar di televisi belakangan ini.

The 1% of The World | WonwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang