Laptop ditutup, Na Hyun menunduk mengambil tasnya untuk merapikan barang-barangnya. Mereka beramah tamah sebentar sambil berjabat tangan lalu pamit pulang. Na Hyun menghabiskan tawaran kudapan yang dibawakan staf. Dia melewatkan sarapan demi datang kemari, orang-orang ini patut membayar pengorbanannya. Seokmin membuka pintu ruangan itu, berdiri di sisi pintu menunggu Na Hyun keluar.
"Kau mau mengeluarkan mobil lebih dulu? Aku akan menyusul." Na Hyun memberikan tas laptop kepada Seokmin. Seniornya itu tampak bingung dengan permintaan barusan, tetapi tanpa bertanya menurutinya. Dia kembali menunduk kepada Jeon Wonwoo sebelum pergi.
Na Hyun tidak tahu apa yang merasukinya. Dia rasa tidak akan tampak sopan jika dia pergi begitu saja tanpa memberi sapaan khusus. Yah, mereka memang sudah saling sapa dan sebagainya. Namun, secara pribadi, Na Hyun harus melakukan sesuatu. Di ambang pintu, Na Hyun menunduk ke arah beliau lalu mencoba tersenyum menutupi rasa cemas yang memenuhi tenggorokannya. "Apa kabar Anda, Pak?"
Secara mengejutkan, Wonwoo bersandar pada daun pintu memperhatikannya,"Kau sudah besar, ya."
"Anda mengingat saya?"
Sepanjang interview, Wonwoo memperlakukannya seperti lawan bicara di forum debat nasional. Ia seolah hanya mahasiswi pada umumnya yang tidak akan membekas. Na Hyun merasa harinya jauh lebih baik.
"Aku ingat orang-orang hebat. Orang yang mencolok."
"Um, saya benar-benar berterima kasih, Pak. Untuk kepercayaan yang Yayasan berikan kepada saya."
Wonwoo mengibas tangannya, memberi Na Hyun isyarat untuk tidak perlu menyebutkan semua itu. "Aku punya kontakmu. Bolehkah aku menanyakan kabarmu sesekali?"
"Um, saya tidak masalah. Tapi saya bersumpah tidak pernah menggunakan uang dari Yayasan untuk hal-hal tidak berguna."
Wonwoo punya tawa yang menyenangkan untuk didengar. "Iya. Aku tahu, Na Hyun."
Na Hyun.
Wonwoo menyebut namanya.
Akan lebih baik jika Wonwoo tidak sampai meminta izin seperti itu. Sebab untuk minggu-minggu berikutnya, Na Hyun menunggu pesan yang dijanjikan beliau. Penantian panjang yang tiada akhir ini juga membawanya mengawasi kabar berita yang dikeluarkan media. Akun sosial media resmi Perwakilan Rakyat. Tentu saja orang seperti beliau memiliki jadwal harian padat di kantor maupun di lapangan. Beberapa kunjungan inspeksi, peresmian gedung, dan berbagai pertemuan penting bersama orang-orang terbaik di bidangnya. Na Hyun jauh lebih penasaran kepada beliau dari sebelum wawancara mereka. Ia masih memikirkan apa yang menjadi akar dari seluruh pohon pikirannya. Sebelumnya, Na Hyun tidak pernah penasaran.
Baekhyun memberikan apresiasinya kepada Na Hyun dan Seokmin untuk kerja mereka. Ia tampak bertahan cukup lama seolah sesuatu tengah menyakut di tenggorokannya dan hanya bisa disembuhkan jika dia mengatakan sesuatu kepada Na Hyun. Sebelum terjebak di kelas bersama Baekhyun, Na Hyun memberanikan diri untuk pamit karena dia hendak makan siang bersama Jihye di kantin.
Ponsel Na Hyun masih tidak bergetar sepanjang hari. Ia paham. Siang hari nampaknya bukan jam yang cocok untuk bertukar pesan. Bukan berarati malam hari adalah jam yang ideal. Malam kemarin dan kemarin lagi juga sama.
"Lee Bona." Jihye menunjuk dengan sumpitnya. "Keturunan royal family yang saat ini masih menjadi kaum atas."
"Bicara apa kau?"
"Itu, Na Hyun, tunangan Baekhyun-seonbae."
Na Hyun tidak penasaran, tetapi dia menoleh ke belakang. Lee Bona duduk bersama sejumlah gadis lain yang tampil sama modisnya dengannya. Sulit menebak yang mana tepatnya Lee Bona, Jihye harus menjelaskan ulang siapa yang dia maksud. Sosok Lee Bona tidak pernah berada di sekitar Baekhyun, jika ingatan Na Hyun benar. Akan sangat mencolok jika gadis secantik itu berada di sekitar Baekhyun. Lalu, kabarnya mereka berdua memang bukan pasangan yang terkenal mengumbar mesra. Orang-orang bahkan ragu apakah mereka sekarang adalah pasangan atau dua orang yang terpaksa menikahi satu sama lain pada akhirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The 1% of The World | Wonwoo
Fiksi PenggemarGimana cara jelasin cerita ini ya... Intinya... Na Hyun menjadi sugarbaby politisi yang sedang naik daun, Jeon Wonwoo. Konflik batin yang dialami Wonwoo jelas, kompas moralnya belum rusak, Na Hyun itu anak yayasan keluarganya. Sedangkan konflik Na...