1. The Benefactor and The Beneficiary

25 4 0
                                    

Tidak ada yang mengajarinya cara menerima pujian. Yah, tidak secara spesifik harus pujian. Terkadang bisa berupa hadiah. Ada kalanya dalam bentuk uang. Makanan yang dibayar. Barang yang diturunkan.

Oh Na Hyun akan merasakan seluruh wajahnya memerah. Bukan hanya karena alkohol yang dia konsumsi di meja makan saat ini, tetapi juga pujian yang temannya tuturkan tiada akhir. Mereka bukan secara spesifik teman, mereka adalah orang yang terjebak di kelas yang sama untuk beberapa mata kuliah dan orang-orang yang berada di dalam organisasi mahasiswa yang sama. Na Hyun mengecek jam tangan lusuhnya, menimang seberapa lama dia bisa bertahan di meja ini sebelum berpamitan karena harus mengejar jadwal bus terakhir untuk pulang.

Byun Baekhyun membahas Rancangan Undang-Undang yang baru-baru ini membuat masyarakat resah. Topik yang cukup berat di bawa di acara makan teman-teman kulaih. Tidak semua orang di sini bagian dari badan eksekutif mahasiswa. Satu gadis yang dianggap Na Hyun teman, Son Jihye, adalah anggota tennis dan tidak punya rasa peduli secuil pun untuk urusan BEM dan negara. Baekhyun menggebu-gebu seperti biasa. Ini adalah obrolan santai ideal baginya. Sedikit opini membara dan rancangan kasar bagaimana mereka harus mengeluarkan suara untuk RUU ini. Na Hyun hanya sekadar anggota bawah di dalam divisi yang mengurusi sosial media mereka. Ini urusannya juga. Sekarang dia bahkan sedang menulis di atas tisu mengenai ide-ide Baekhyun.

Jagad raya seolah berkonspirasi. Televisi di restoran kini menampilkan seorang orator paling terkemuka yang mendukung RUU ini. Anggota Dewan Jeon Wonwoo. Politisi muda yang dua tahun lalu mulai menarik perhatian.

Na Hyun mengenalnya. Tidak. Bukan seperti sebagian besar orang mengenalnya. Ia pernah bertemu dengan beliau pada saat penerimaan penghargaan. Saat itu bukan sebagai Anggota Dewan, melainkan Ketua Yayasan Hangeun. Yayasan yang sejak dulu dan hingga sekarang merawat Na Hyun. Bahkan uang yang digunakan Na Hyun untuk membayar kuliah dan kebutuhannya sehari-hari adalah uang mereka. Hingga sekarang, Na Hyun sangat sungkan pada orang yang telah memberikannya banyak hal itu. Pertemuan mereka pada satu penyerahan penghargaan itu memberi Na Hyun kesempatan untuk berterima kasih. Satu kali pertemuan mata, selanjutnya Na Hyun membungkuk. Mereka berjabat tangan. Sapuan lembut jemari yang terasa pada punggung tangannya sampai kini dapat diingat baik Na Hyun.

Ia tidak seharusnya berdiri di antara beliau dan apa yang beliau perjuangkan. Itu terasa salah. Na Hyun harap dia bisa menjadi kubu netral.

"Kita harus minta waktu beliau." Baekhyun bertekad.

Na Hyun mengangguk-ngangguk asal.

"Kau setuju? Kau benar setuju, kan?"

Di seberang sana, Baekhyun berdiri dengan semangat menatap Na Hyun. Satu suara untuk rencananya. Na Hyun mengutuk dirinya sendiri.

Dalam perjalanan pulang. Na Hyun memberi Jihye sandaran di sepanjang jalan. Jihye tidak akan bertahan lama dalam kondisi mabuk. Badannya kurang lebih Na Hyun, tetapi terkadang Jihye tampak jauh lebih kecil. Na Hyun mencoba memasak makanan rumah bergizi untuk mereka makan di rumah. Waktu tidak selalu memberi kemewahan seperti itu.

Yang mereka sebut rumah terletak di lantai kedua bangunan tua. Lantai satu merupakan toko swalayan seperti kebanyakan bangunan di negara ini. Tangganya memprihatinkan. Ada perdebatan antara Na Hyun dan Jihye, jika mereka melompat dari lantai dua akan jauh lebih aman dari menggunakan tangga.

Na Hyun membawa Jihye ke atas sofa. Satu-satunya sofa yang bisa mereka beli di pasar loak dan bawa kemari. Jihye mengajak pengantar makanan dari restoran di ujung jalan yang sangat dia sukai untuk membantu mereka mengangkatnya hingga ke lantai atas. Itu berakhir dengan 3-4 orang pria asing masuk ke kamar mereka karena rupanya pemuda manis itu punya geng minum bersama sekumpulan bapak-bapak di komplek ini. Kini, setiap kali berjalan di sekitar sini, Na Hyun atau Jihye akan disapa oleh pria paruh baya di komplek. Jihye menjaga toko swalayan di bawah pada satu waktu, Na Hyun akan mengerjakan tugas di atas meja menunggunya seharian—menolak untuk membantu ketika rombongan anak SMA mencoba peruntungan mendapatkan diskon karena berhasil membuat Jihye memerah.

The 1% of The World | WonwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang