3. His Personal Flavor of Candy

21 3 0
                                    

Seandainya Jihye menurunkan pisau di tangannya, Na Hyun akan mulai bercerita.

Kampus mereka terkadang terlalu mendalami peran sebagai sekolah perguruan tinggi terkenal di negara maupun di kancah internasional sehingga ada hari di mana mereka mendapatkan menu makanan gourmet lengkap dengan alat makan a la fine restaurant. Mahasiswa yang makan di kantin membawa alat makan sendiri karena malas mencaritahu cara menggunakan tiga buah sendok berbeda, garpu, dan pisau. Na Hyun sendiri sudah memotong daging steik miliknya, menunggu Jihye selesai memotong dagingnya yang kelihatannya jauh lebih keras. Na Hyun tidak masalah menukar piring, tapi Jihye dapat melayangkan pisau itu jika ada yang mendekatinya.

Hari ini ada yang berbeda. Bisik-bisik dari meja sebelah memberitahu Na Hyun. Di konter kantin, Baekhyun sedang berjalan bersama Lee Bona. Mereka sedang ingin makan bersama.

Pasangan itu melewati banyak meja penuh di bagian depan. Bona menunjuk ke area kosong di dekat meja Na Hyun. Baekhyun berjalan menuju meja kosong yang mereka setujui bersama. Ketika keduanya melewati meja Na Hyun, Bona kembali menyapanya. Jihye bahkan menjawab sapaan itu secara verbal.

"Jihye, kurasa Lee Bona sedang menyuruhku menjauh dari pacar—tunangannya."

"Apa?" Jihye kelihatan tersinggung, Na Hyun sangat-sangat menyukai sisi itu dari Jihye, walaupun dia tidak suka cara Na Hyun yang tidak memberinya kabar lebih dari 12 jam tapi dia tetap memihak—"Hei, ke mana saja kau semalaman?!"

Oh. Lupakan saja.

"Bagaimana jika dia tidak hanya memperingatiku saja? Apa yang orang kaya lakukan jika ada yang mencoba mencuri calon suami mereka?"

"Jawab aku dulu! Dengan siapa kau kemarin?"

Gulp. Na Hyun memainkan ujung bajunya di bawah meja,"Aku tidak berkencan dengan Baekhyun."

"Tepat. Lalu dengan siapa kau kemarin?"

"Sauna?"

"Coba lagi."

Na Hyun membuang nafasnya. Dia memasukkan potongan daging ke dalam mulut lalu mengunyahnya hingga halus,"Oke. Jadi, aku diundang Yayasan Haengun ke acara amal. Mereka ingin aku menyampaikan beberapa kalimat sebagai penerima award senior."

"Kau akan memberi pidato?! Di acara Yayasan Haengun?" Jihye tidak punya perbedaan ketika dia sedang marah atau bersemangat.

"Aku tahu. Ini membuatku stres."

"Apa hubungannya dengan kau tidak pulang?"

Jihye masih belum membiarkannya melewati semua ini."Jadi, aku berlatih semalaman, di perpustakaan. Lalu mereka, um, tutup jadi aku harus pergi, tapi bus yang kunaiki mogok. Bus nomor 87. Aku sangat putus asa sampai memutuskan untuk mencari taksi. Setelah aku berhasil pulang, aku langsung masuk ke kamar karena kau sudah tidur."

"Tapi aku tidak melihatmu paginya."

"Karena aku harus bangun pagi dan berlatih lagi. Sabtu ini acaranya. Jadi, aku benar-benar harus berlatih."

Jihye menyayat sisa dagingnya, tangannya hampir tergelincir tetapi dagingnya berhasil bertahan di atas piring. "Seharusnya kau memberitahuku. Aku bisa membantumu."

"Tidak boleh, kau juga sudah sibuk."

"Kau akan berpidato di depan banyak orang penting. Apa Pak Perdana Menteri juga akan datang?"

Na Hyun mengangkat pundaknya,"Kurasa tidak."

"Sial. Itu hebat sekali. Kau juga akan bertemu Jeon-euiwon lagi."

Haha. Tepat sekali. Na Hyun mengangguk-ngangguk setuju.

Hari ini mereka pulang bersama. Na Hyun memasak nasi kemudian memanaskan banchan yang ibu Jihye kirimkan. Mereka makan sebelum menarik diri ke kamar masing-masing. Catatan daftar tugas Na Hyun mengindikasikan jika dia harus mengerjakan tugas kelompok yang akan dipresentasikan minggu berikutnya. Namun seperti biasa, grup kelompoknya tidak menunjukkan tanda-tanda kalau ada yang ingin mengerjakan lebih dahulu. Na Hyun mengambil buku untuk melihat materi apa saja yang bisa dia kumpulkan, mencatat halaman-halaman yang bisa dia kutip lalu membuat kerangka tugas.

The 1% of The World | WonwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang