Perasaan yang masih tersisa secara mental dan fisik tidak membiarkan Na Hyun mendapatkan tidur nyenyaknya. Sepanjang malam, Na Hyun tertidur dan terbangun kembali dalam setiap nafas. Kali terakhir terjaga, dia menyerah. Jam menunjukkan pukul 6 pagi, ia memutuskan untuk keluar kamar dan membuat sarapan. Kotak serealnya sudah mulai kehabisan sihir, Na Hyun mengguncang kotak itu beberapa kali berharap mantranya dapat membawa lebih banyak sereal ke dalam mangkuknya. Berita buruk lain, dia hanya bisa mengisi setengah mangkuknya dengan susu karena Jihye mencuri susu sapi segarnya.
Jihye duduk di hadapannya setelah membuat kopi, kelihatan tidak tertarik mengomentari tragedi yang menimpa mangkuk Na Hyun. Bajunya rapi, parfumnya bermekaran di sekitar Na Hyun. Kencan bersama Lee Chan tercium dari tempat Na Hyun duduk.
"Ayo bicara tentang kemarin malam." Jihye menampakkan mentari di bibirnya. Suasana hatinya bagus sekali menyerupai cuaca pagi ini.
Na Hyun membawa sesendok penuh serealnya ke dalam mulut,"Berjalan lancar."
"Aku mendengar mobil singgah, tapi terlalu malas untuk bangun. Lalu kau masuk ke dalam dan membanting pintumu, sekali lagi, aku sangat kelelahan. Kenapa?"
Pukul 6.13 pagi. 47 menit lagi sampai waktu Jihye meninggalkan rumah dan Na Hyun terbebas dari mengenang dosanya tadi malam.
"Bukankah ini terlalu pagi untuk membicarakan itu?"
"Na Hyun. Dengan siapa kau menghabiskan waktu belakangan ini?"
Topik ini tidak lagi bisa ditunda. Na Hyun juga bisa merasakan sesuatu memakannya dari dalam tubuhnya, semakin waktu berjalan, tidak akan ada lagi tersisa dari dirinya. "Berjanjilah kau tidak akan mempermasalahkannya."
Jihye tersinggung mendengarnya,"Kau sudah memberiku banyak nasihat cinta. Aku ingin mengembalikannya."
"Ini bisa saja bukan soal cinta."
"Omong kosong. Matamu menempel ke layar ponselmu dan kau tidak pulang ke rumah."
Sekali. Itu terjadi satu kali dan Jihye sudah sangat bertingkah seolah Na Hyun membunuh orang. "Itu, um, setelah wawancara dengan, kau tahu... aku bilang terima kasih, lalu, karena kami meninggalkan kontak sebelumnya, beliau bertanya apakah boleh menghubungiku sesekali lagi setelah aku memberi salam."
Jihye tidak memberikan komentar. Dia terdiam di tempat. Na Hyun menangkapnya sebagai waktu untuknya terus bercerita. "Saat dia bertanya apakah aku mau memberi pidato, dia bilang akan membantuku mempersiapkannya. Jadi, kami mulai dekat sejak itu. Dia cukup menyenangkan."
Keheningan setelahnya memberi Na Hyun rasa tidak nyaman.
"Kenapa kau tidak mengatakan apa-apa?"
"Kemarin terjadi sesuatu, ya?"
Bagai tertangkap basah, Na Hyun tidak mampu lagi menyembunyikan wajahnya. Percampuran antara emosi malu, menyesal, dan marah membuat wajahnya tampak tidak jelas. Tangannya berjalan ke arah depan wajah, tepatnya pada bibirnya yang terasa menyengat,"Aku menciumnya! Ha-hanya kecupan di bibir, lalu dia menarikku bersandar ke mobilnya dan menciumku lagi. Tapi setelah itu dia bertanya kenapa aku menciumnya. Jadi kubilang, aku tidak tahu."
Jihye bersiul,"Itu pasti seksi sekali. Kenapa aku tidak bangun saja!"
"Jihye. Apa yang harus kulakukan? Seharusnya aku menjaga tingkahku. Dia telah banyak membantuku."
Tidak ada waktu untuk berlarut dalam dilema. Sejak awal Na Hyun tidak memiliki kemewahan untuk memilih. Secepat datangnya kesempatan sekali seumur hidup, kehidupan normalnya kembali mengambil alih keseharian.
Na Hyun punya bahan stres lain yang bisa mengisi kepalanya saat ini.
Pertemuan pertama kelompok moot court dilakukan di sudut salah satu sudut kampus. Na Hyun datang lebih dahulu, lalu dibantah oleh Seol In Ah yang datang membawa kopi dari mesin otomatis di lantai yang sama. Mereka tidak bertukar kalimat apa-apa, menanamkan rasa tidak nyaman di dalam perut Na Hyun dan urgensi untuk segera melarikan diri dari sana. Namun, tentu saja Na Hyun menahan kakinya agar tidak dengan beraninya membantah keharusan untuk berada di sini. Rasa tidak nyaman itu berlanjut setelah Jung Jaehyun maupun Park Jinyoung datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The 1% of The World | Wonwoo
Fiksi PenggemarGimana cara jelasin cerita ini ya... Intinya... Na Hyun menjadi sugarbaby politisi yang sedang naik daun, Jeon Wonwoo. Konflik batin yang dialami Wonwoo jelas, kompas moralnya belum rusak, Na Hyun itu anak yayasan keluarganya. Sedangkan konflik Na...