Dia

30 2 4
                                    

Hari ini sekolah berjalan seperti biasanya.

Siswa-siswi mengantuk di pelajaran matematika. Siswa-siswi bersenda gurau di laboratorium kimia. Dan siswi-siswi duduk-duduk di pinggir lapangan saat pelajaran olahraga menonton siswa bermain futsal. Namun, ada satu siswi yang bersorak gembira memberikan semangat pada satu-satunya bintang futsal di sekolah. Pangestu.

"Ayo, semangat, Pangestu!" seru Ayna.

Ayna merupakan salah satu siswi populer di sekolah. Dia cantik, ramah dan aktif dalam berbagai kegiatan sekolah. Mulai dari cheersleader hingga OSIS. Ayna memegang jabatan sebagai ketua cheersleader, anggota Palang Merah Remaja, juga sebagai sekretaris OSIS. Ayna termasuk siswi yang pandai meski dirinya aktif dibanyak kegiatan sekolah. Ayna tidak pernah berada di bawah peringkat 3.

Begitu populernya Ayna, banyak dari siswa jatuh hati padanya. Tidak sedikit yang rela memberikan perhatian hingga hadiah untuknya. Namun sayangnya, hanya ada satu orang yang selalu menarik perhatiannya.

Pangestu.

Si bintang futsal yang selalu menjadi kapten di lapangan. Juga salah satu anggota band sekolah yang sudah manggung ke beberapa pensi sekolah. Pemuda yang ramah pada semua orang, juga perhatian. Cewek populer yang jatuh hati ke cowok populer di sekolah. Tampak sangat serasi bahkan untuk kisah imajiner di dalam novel.

Namun sayangnya, Ayna hidup bukan di sebuah karangan novel. Kepopuleran serta kecantikannya tidak cukup untuk menarik perhatian Pangestu yang super ramah dan baik pada semua orang. Begitu baiknya Pangestu hingga kebanyakan orang salah mengartikannya sampai-sampai label playboy melekat padanya.

Ayna menyodorkan botol air mineral ke Pangestu yang sedang berselonjor di pinggir lapangan sambil mengatur napas. Pangestu menerima botol air mineral itu seraya mengucapkan terima kasih dengan suara pelan. Ayna ikut berselonjor di sampingnya.

"Hari ini ada rapat OSIS. Kamu ikut kan?" tanya Ayna.

"Iya, Timur sudah bilang kemarin."

"Terus? Kamu datang kan?" Ayna kembali menegaskan.

"Nggak tahu. Lihat nanti saja."

Ayna mendengus kesal. Pangestu menoleh, dia tersenyum dan mengelus kepala Ayna. "Iya, nanti Gue datang."

Ayna tersenyum lebar dengan pipi yang merona merah karena tersipu. Kepalanya yang disentuh oleh Pangestu, tapi hatinya yang berantakan. Hal-hal kecil namun manis seperti ini sering sekali diterima olehnya yang membuat Ayna sulit sekali untuk berhenti memiliki rasa pada Pangestu walaupun hubungan mereka tidak pernah jelas sejak hari pertama Ayna menaruh rasa padanya.

Pangestu dan Ayna memang jarang terlihat berdua. Hanya pada waktu-waktu tertentu. Saat Pangestu latihan futsal atau saat Ayna latihan cheers. Saat pentas seni sekolah dan rapat OSIS. Hanya rapat OSIS yang membuat Pangestu bisa lama-lama duduk bersisian dengannya. Selain itu, Pangestu akan langsung pergi karena tidak ingin membuat kerumunan atau malah huru-hara karena melihat mereka berduaan. Pangestu tidak menyukai eksposur jika bukan terkait dengan bermusik.

Saat ini pun sama.

Setelah menghabiskan air mineralnya, Pangestu berdiri dan mengibaskan celana olahraganya. Dia mengangkat sebelah tangannya seraya melambai ke Ayna yang masih duduk. Pangestu berjalan menyusuri koridor. Untuk menuju kantin, dia harus melewati kantor tata usaha. Saat akan melewati kantor tata usaha, pintunya tiba-tiba terbuka yang membuat Pangestu menghentikan langkahnya. Dari dalam keluar seorang pria paruh baya diikuti oleh gadis berambut pendek sebahu yang mengekor di belakangnya sambil memeluk beberapa buku. Gadis itu menoleh ke Pangestu. Kedua mata mereka bertemu untuk beberapa saat hingga gadis itu memalingkan wajah.

Disonansi - Senandung Pilu Seorang PerayuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang