Muara

12 1 0
                                    

Kinara datang ke sekolah lima menit sebelum bel masuk berbunyi, seperti biasa. Dia berjalan di koridor dengan langkah santai, seperti biasa. Dia memasuki kelas, seperti biasa.

"Nggak sabar banget nonton Pangestu di panggung."

Ini tidak biasa.

Kinara menoleh ke meja di sampingnya. "Maaf, aku nggak sengaja dengar. Pangestu mau manggung?"

"Iya. Hari ini kan kita mau nonton Pangestu manggung di SMA Angkasa."

Kening Kinara berkerut. "Aku nggak tahu kalau kita hari ini mau nonton Pangestu."

"Oh iya, benar. Kamu baru masuk, ya? Hari ini ada pentas seni di SMA Angkasa dan Pangestu jadi pengisi acaranya. Kelas kita nonton Pangestu." jelas temannya.

"Oh.." Kinara mengangguk-angguk.

"Kamu nggak akan nyesel deh lihat dia nyanyi di atas panggung." tambahnya lagi.

Semua orang sangat antusias untuk menonton Pangestu di SMA Angkasa, terutama siswi perempuan. Siswa laki-laki antusias karena mereka tidak akan belajar seharian ini. Sementara teman-teman sekelasnya sudah tidak sabar, Pangestu dan Timur sedang bersiap di studio musik. Mengemas gitar dan kajon-nya kemudian memasukkannya ke dalam mobil Timur. Pangestu dan Timur akan berangkat lebih dulu dengan mobil Timur untuk setidaknya geladi bersih di tempat acara. Pangestu sedang memeriksa sekali lagi barang-barangnya yang sudah tersusun rapi di bagasi mobil saat Ayna menghampirinya.

"Kamu akan berangkat duluan?"

Pangestu mengangguk.

"Hati-hati di jalan, ya."

Pangestu menoleh ke Ayna dan mengembangkan senyum. "Lo juga, ya. Gue titip Kinara, ya."

"Kinara?" Ayna mengerutkan kening.

"Iya, cewek yang kemarin mau jatuh di kantin."

"Oh, namanya Kinara."

"Dia nggak punya teman selain gue. Tolong temenin dia di bus, ya. Gue bisa mengandalkan Lo, kan?"

Ayna mengembangkan senyum masam karena ada rasa cemburu di hatinya.

"Senyum, dong. Cantiknya hilang nanti." Pangestu mengelus kepala Ayna dengan gemas.

Ayna mendengus. Mau tidak mau dia akhirnya mengembangkan senyum dan menyetujui permintaan Pangestu.

*

Siswa-siswi berbaris untuk menaiki mini bus berwarna putih yang terparkir di halaman sekolah. Ayna sudah duduk di kursi paling depan bus dekat pengemudi. Dia memperhatikan orang-orang yang berbaris masuk melewatinya untuk mencari Kinara—gadis yang Pangestu maksud tadi. Kinara memasuki bus di barisan paling terakhir sebelum Bu Indah menutup pintu bus.

"Kinara." Panggil Ayna. "Duduk sini." Dia menepuk kursi kosong di sampingnya.

Kinara enggan menolak. Jadi, dia mengangguk dan duduk di sebelah Ayna.

"Aku Ayna. Kita bertemu di kantin kemarin." Ayna mengulurkan tangannya.

"Oh!" Kinara langsung teringat kalau kemarin dia langsung berlari dan tidak sempat mengucapkan terima kasih. "Aku Kinara. Kemarin aku panik sekali dan tidak sempat mengucapkan terima kasih ke kamu. Maaf, ya."

Ayna mengembangkan senyum. "Tidak apa."

"Kita sekelas, ya? Aku nggak pernah lihat."

"Oh, nggak. Aku sekelas sama Timur, temannya Pangestu. Kelas dua IPA I. Aku ikut karena diminta Pangestu."

Disonansi - Senandung Pilu Seorang PerayuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang