36 END

35.6K 1.9K 4
                                    

Terimakasih sudah mampir di cerita 'Secret Imam'
Tolong tandai typo
*
*

Beberapa bulan kemudian~

Oeeek! Oeeek! Oeeek!
Oeek! Oeeek! Oeeek!

Terdengar suara tangis bayi saling bersahutan di dalam ruang bersalin.

Tepat pukul Delapan malam, Sahna melahirkan bayi laki-laki dan perempuan. Yaps, kembar. Sedari tadi Langga terus menemani Sahna bersalin seraya mebaca sholawat untuk sedikit menenangkan Sahna yang tengah bertaruh nyawa melahirkan buah hati mereka.

Langga menggenggam erat tangan Sahna dengan kedua tangannya. Ia tersenyum haru menatap Sahna yang menatapnya dengan sayu. Tak henti-hentinya ia mengucap syukur kepada sang Maha Kuasa dan terimakasih pada Sahna yang sudah berjuang melahirkan malaikat kecil mereka.

"Anak kita, Mas ... " ucap Sahna pelan seraya tersenyum haru menatap Langga yang mengangguk lalu mencium keningnya lama.

"Silahkan di Adzan kan dulu, Pak." ucap seorang suster yang menggedong bayi laki-laki dan di angguki suster di sampingnya yang menggendong bayi perempuan.

Langga dan Sahna menatap kedua anak mereka dengan rasa bahagia yang tak mampu mereka jabarkan. Langga menatap Sahna yang di balas anggukan dari Sahna.

"Sebentar ya?" ucap Langga lembut lalu mengecup kening Sahna singkat.

Setelah itu, Langga menatap kedua anaknya yang di gendong oleh masing-masing suster. Dengan tangan bergetar, ia menggendong sang Putra, ia menatap bayi mungil yang sedang menangis itu dengan haru. Perlahan ia mengusap pipi lembut bayi mungil itu dengan ibu jarinya. Baru kemudian ia meng-Adzaninya.

Perlahan, tangis bayi mungil itu mereda kala mendengar suara merdu sang Ayah saat meng-Adzaninya. "Assalammualaikum ... Anak, Ayah. Jadi laki-laki solehnya Ayah dan Bunda ya sayang?" ucap Langga pelan lalu mengecup lama kening sang putra.

Kemudian, ia menyerahkan sang Putra pada suster, dan kembali meng-adzani sang Putri. "Assalammualaikum putrinya, Ayah ... Kelak jadi anak yang solehah ya sayang." ucap Langga lalu mengecup lama kening sang putri.

***

"Ayo, Opa ... Ley nggak sabal mau ketemu dedek kembal!" ucap Rey yang terus saja menarik tangan Abi Abram.

Saat ini keluarga Abi Abram dan Abah Inayat sedang berjalan ke ruang inap Sahna setelah beberapa menit yang lalu di pindahkan.

"Sabar, Rey. Kasian Opa kamu ngos-ngosan tuh! " Abah Inayat menunjuk Abi Abram dengan dagunya.

Rey menyengir lalu berjalan santai. "Kalo kita jalan pelan pun pasti ketemu dedek kembar kok, Rey ... " ucap ummah Nara.

"Rey kayaknya nggak sabar banget pengen ketemu dedek kembar, " timpal Umi Lea seraya tersenyum dari balik niqobnya.

"Tunggu!" pekik Oma Iren tertahan dari belakang mereka. Spontan mereka menoleh kebalakang menatap Oma Iren yang menarik Opa Denan yang terlihat menahan malu karena beberapa karyawan yang menatap mereka.

***

Sedari tadi, Sahna terus saja tersenyum menatap sang bayi mungil berjenis laki-laki yang sedang tertidur di gendongannya.

"Sayang! Adeknya pegang tangan, Mas!" girang Langga kala bayi mungil perempuan mereka menggenggam jari telunjuk sang Ayah.

"Benarkah!?" antusias Sahna yabg di balas anggukan antusias dari sang empu.

"Udah nemu namanya, Mas?" lanjut Sahna.

"Udah, sayang." ucap Langga lalu mengecup singkat kening sang istri.

Baru saja Sahna hendak bertanya siapa nama kedua anak kembarnya. Namun, ucapan salam dari para orang tua membuatnya urung untuk bertanya dan membalas ucapan salam dari mereka.

"Huaaaa! Ley kangen, Bunda ... !" seru Rey berlari kearah Sahna. Opa Denan mengangkat Rey keatas brankar Sahna.

"Lucunya cicit ku ... !" girang Oma Iren menggambil alih bayi mungil dari gendongan Langga.

"Maa syaa Allah ... Cantiknya ... " ucap Ummah Nara di angguki Umi Lea.

"Namanya cucu Abah siapa, Lang?" tanya Abi Inayat seraya menaruh bingkisan di atas meja.

"Iya, Abi juga penasaran." tampal Abi Abram.

Sontak, seisi ruangan terdiam, mengalihkan atensi mereka kearah Langga. Rey yang asik bercanda dengan bayi mungil di gendongan Sahna pun menatap Langga, seolah mereka semua ingin mendengar jawaban Langga.

Langga tersenyum menghampiri Sahna lalu mengusap pipi bayi mungil itu. "Hasan Hafidz Faizan dan Hasna Hafidzah Faizan," ucapnya.

"Maa Syaa Allah ... Nama yang bagus," ucap mereka.

End

Secret Imam (Lengkap) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang