A/N : Kalau kalian suka dengan cerita ini, vote dan komen sebagai apresiasi bagi penulis.
Happy reading all~
***
Suara derap langkah kaki membuat Jeremiah menoleh. Julius, dibantu Horland berjalan memasuki ruang kerja. Sudah lama Jeremiah tidak bertemu dengan Julius. Terakhir mereka berada di ruangan yang sama adalah di hari pernikahannya dengan Rosaline. Itu pun tidak banyak interaksi yang terjadi antara mereka. Hanya basa-basi yang memang seharusnya terjadi pada hari itu.
"Sudah datang rupanya." Suara serak Julius terdengar lemah.
Mata Jeremiah mengikuti Julius yag susah payah duduk di kursi kebesarannya. Setelah berhasil, Julis bernapas lega. Dengan tangan gemetar, laki-laki tujuh puluh dua tahun itu menaruh tongkatnya di sisi meja.
"Kau bisa pergi, Horland."
Horland segera undur diri dan meninggalkan ayah dan anak itu berdua.
"Aku mendapat informasi mengenai dokter yang dapat membantu Winston." Tangan keriput Julius mengambil cerutu. Lalu menyulutnya dengan pemantik api yang ia bawa kemanapun di saku. Tak berselang lama, asap nikotin mulai mengepul di udara. "Namun dia menolak untuk diundang ke sini. Makadari itu, aku berencana mengirim Winston ke tempatnya. Jaraknya tidak terlalu jauh. Hanya dua hari perjalanan menggunakan kereta kuda."
Julius kembali menyesap cerutunya. Tetapi kali ini ia terbatuk parah. Tangan gemetarnya mengambil sapu tangan untuk menutup mulutnya. Batuk itu belum berhenti hingga wajah Julius memerah.
Jeremiah hanya melihat kejadian itu dengan wajah datar. Sama sekali tidak ada niatan untuk membantu.
"Bagaimana pendapatmu?" tanya Julius setelah mengatasi batuknya.
Jeremiah mengangkat bahu. "Bagus."
"Hanya itu?"
"Sejak kapan aku bisa berpendapat dalam setiap keputusanmu?"
Lelaki tua itu mengangguk. "Sejujurnya, aku pun hanya berbasa-basi."
Julius dan Jeremiah tidak memiliki hubungan yang baik. Ayahnya yang terlalu bangga dengan nama keluarga mereka, hanya fokus kepada Winston, sang penerus tahta adipati. Julius melakukan segala cara untuk membuat Winston menjadi yang terbaik.
Julius mengingikan Winston menjadi pusat perhatian publik. Untuk itu, ia mengesampingkan Jeremiah. Anak laki-laki keduanya, dilarang mengambil kelas-kelas yang sama dengan Winston di akademi. Dia juga tidak diperbolehkan mengikuti klub apapun yang diikuti oleh sang kakak. Maka dair itu, meski Jeremiah sangat gemar berburu, ia tidak akan pernah bisa bergabung dengan kelompok berburu manapun di Kairos.
"Winston akan berangkat untuk berobat nanti malam. Maka dari itu, kau harus pergi ke Vixen besok."
"Apa?"
"Mereka sudah memaksaku untuk mengisi kekosongan di sana. Dengan kondisi Winston dan ibumu, aku tidak punya pilihan lain."
Julis dan Madeline terpaut usia 20 tahun. Saat menikah dengan Madeline, Julius berstatus sebagai duda yang tidak memiliki anak. Mantan istrinya meninggal karena tenggelam. Pernikahan Julis dengan istri pertamanya dilakukan karena perjodohan. Julius sama sekali tidak mencintai istri pertamanya. Bahkan, saat sang istri meninggal, Julius tidak mendatangi pemakamannya.
Hingga beberapa bulan setelah istri pertamanya meninggal, Julius bertemu dengan Madeline di sebuah pesta dansa. Julius jatuh cinta pada pandangan pertama pada Madeline. Ia melakukan segala cara untuk membuat Madeline sebagai istrinya.
Madeline yang saat itu tidak memiliki keluarga dan tinggal dikediaman mendiang keluarga Rosaline, tidak bisa berbuat banyak. Ia tidak memiliki perasaan pada Julius, namun ia menghormatinya. Setelah memalui berbagai macam pertimbangan, keluarga Rosaline mengijinkan Madeline untuk menikah dengan Julius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Making My Own Happy Ending✔️
Ficción histórica[SELESAI] Rosaline adalah putri bangsawan yang tergila-gila pada Jeremiah. Cinta butanya pada sang penerus tahta adipati, mebuatnya mehalalkan segala cara untuk mendapatkan cinta Jeremiah. Termasuk membunuh Selena. Namun, niat jahat itu tercium j...