Part 8 - Heartfelt

425 63 6
                                    

"Kim Namjoon dan arwah istimewa itu malah bertambah akrab saja!" Sang mudang Jimin sedikit menggerutu. Kipas lebar membentang pada tangannya, menutupi sebagian wajah manis yang tengah dibuat kesal. Ada corak bebungaan menjuntai dengan sepasang kupu-kupu yang melayang menghiasi kain hitam pada kipas.

Jika tidak sedang melayani tamu atau menjalani suatu ritual, Jimin nampak seperti laki-laki pada umumnya. Pakaiannya sederhana namun tetap terlihat anggun. Serba gelap dengan kain halus senada yang melilit lehernya. Beberapa kali meliuk elok dimainkan angin. Aroma bebungaan lembut berasal dari sana. Memangnya Jimin tidak muak dengan aroma dupa? Tentu saja. Terkesan mistis dan membuat dada sesak.

"Apa bedanya dengan arwah biasa?" Seseorang dengan mata licik menimpali dari seberang meja.

Mata Jimin mengecil ketika memandang lawan bicaranya. Kipas bambu itu tertutup dalam satu gerakan tangan. "Seokjin adalah arwah yang suci, mungkin juga telah ditakdirkan untuk menjadi malaikat. Hanya saja, dia terus tertahan di dunia manusia karena suatu alasan. Bisa jadi ada seseorang yang masih belum merelakannya pergi. Seokjin penuh dengan keputusasaan."

"Kenapa kamu tidak mencarinya sebelum Namjoon?"

"Membaca arwah istimewa seperti Seokjin sangat sulit. Di mataku, dia terlihat samar dan aku tidak memiliki kemampuan istimewa yang menyertai kelahiran seperti Namjoon. Kemampuanku adalah turunan. Anggap saja mereka itu adalah buku dan ruas, keduanya lengkap setelah bertemu. Begitu pula dengan kita."

"Itulah kenapa aku menginginkan raga Namjoon. Aku akan kembali hidup!" Sepasang mata itu memancarkan kebengisan yang tidak bisa luntur. Sebelum tiba-tiba tubuhnya berjengit keras dan tidak sampai seperempat menit ke depannya, tubuh itu bertambah lemah dan jatuh pada permukaan meja.

"Hoseok-ssi!"

Jimin menyuguhkan secawan cairan yang mirip teh pada laki-laki yang ternyata bernama Hoseok. Dalam waktu singkat, minuman itu tandas hingga dasar cawan keramiknya terlihat.

"Kamu baik? Kondisimu agak melemah setelah kematian Minhyun." Jimin menarik kursi dan duduk di sebelah Hoseok.

Sejenak Hoseok menanggapi dengan anggukan samar.

"Sepertinya, tuduhan jika Minhyun adalah pemilik nama besar Jejak Kaki Iblis akan terbantahkan." Sang mudang membuka kembali kipas itu, mengibas-ngibasnya pelan.

"Mereka pikir bisa menangkap pembunuhnya? Mereka terlalu berbangga diri." Hoseok tergelak sinis. Deretan giginya terlihat sempurna. "Lagipula, sang penjahat utama belum memulai aksinya lebih lanjut."

.

.

.


"Aku tidak menyangka, kamu punya mata yang tajam juga!" Jeongguk berceletuk seraya menyeruput americano panas di cangkirnya.

Lain halnya dengan Taehyung, bisa-bisanya malah memesan satu stik es krim. Saat malam hari juga cuaca yang cukup dingin. Jeongguk pikir dia tidak seperti manusia pada umumnya. Mungkin, titisan alien dari luar angkasa sana.

Jeongguk membolehkan dua detektif dari Bundang itu tinggal semalam di apartemennya. Membiarkan orang lain menginap di kediamannya tidak pernah Jeongguk lakukan sebelum-sebelum ini, apalagi yang menginap lebih dari satu orang. Jeongguk tidak pernah nyaman berbagi tempat dengan orang lain, termasuk rekan detektifnya. Entahlah. Jeongguk merasa otaknya jadi miring. Tak biasanya Jeongguk melanggar aturan yang dibuatnya sendiri. Mungkin karena dua orang itu ... istimewa? Apalagi alien tampan di sampingnya.

Hei! Apa yang Jeongguk pikirkan? Tidak, tidak. Lebih tepatnya karena Jeongguk tahu bahwa Yoongi jika sudah bertemu kasur akan mirip seperti penyandang clinomania. Jadi, dia hanya akan berbaring tidur dan tidak mengganggu barang-barangnya.

Finding Light - NamjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang