1. Pertemuan

66 1 0
                                    


Gavin Xiever Maverick, memiliki mata elang dengan sorotnya yang tajam dan bisa membuat semua orang terpikat. Meskipun umurnya baru 31 tahun, namun ia sudah menjadi pengusaha kaya raya dan memiliki kekuatan yang cukup besar di kalangan pebisnis lainnya. Bahkan beberapa orang takut kepadanya, karena jika sampai ia melakukan sesuatu, bukan hanya kekuasaan yang ia hancurkan tapi juga nyawa.

"Halo" Suara baritonnya yang khas akan selalu dikenali oleh orang-orang di sekitarnya. Mendengar suaranya saja sudah terpukau, apalagi melihatnya langsung, bisa terbata-bata.

Gavin tengah berjalan di pelataran Mall tempat pertemuannya dengan salah satu klien. Ia tengah menghubungi seseorang untuk menanyakan tempat meeting tersebut. Setibanya ia di suatu tempat makan ia langsung bersalaman dengan klien. Baru ia duduk, tak lama seseorang dengan memakai seragam berwarna putih dan hitam mendekati mereka dengan membawa beberapa sajian yang sebelumnya telah dipesan.

Mata coklatnya yang indah dengan rambut berwarna sedikit pirang dengan kulit putihnya membuat Gavin menatapnya dari ujung rambut hingga ujung kakinya. Sedangkan perempuan itu tetap fokus pada pekerjaannya dan hanya sekali melirik ke arah Gavin.

"Selamat menikmati hidangan kami," ucapnya lembut dan candu membuat semuanya tersenyum menatapnya, namun tidak dengan Gavin yang masih menatapnya dengan sedikit tanda tanya.

'Siapa gadis bermata coklat itu?' pikirnya. Ia sesekali curi pandang mencari keberadaan perempuan itu yang entah mengapa seakan-akan memiliki daya tarik tersendiri bagi Gavin. Pria itu terus ingin menatap perempuan bermata coklat dengan segala kegiatannya. Baru kali ini Gavin merasakan hal aneh pada dirinya sendiri. Matanya yang seakan-akan memiliki magnet dan membuatnya selalu penasaran.

Setelah selesai dengan urusannya, bukannya langsung pulang Gavin masih terduduk menikmati seduhan kopinya yang mungkin sudah tinggal 2 seduh lagi. Ia masih berusaha pura-pura sibuk dengan mengayunkan jari-jarinya di atas laptop bermerk apple dengan sesekali melirik ke arah lain mencari perempuan bermata coklat itu. Akhirnya setelah cukup lama akhirnya Gavin memilih kembali ke kantor karena ada urusan mendadak. Ia pun bergegas membereskan barang-barangnya dan berjalan menuju kasir sembari memainkan gawainya. Tanpa sengaja tubuhnya menabrak sesuatu yang lebih pendek darinya. Sontak saja ia refleks dan memeganginya. Akhirnya ia dapat melihat dan menatap mata coklat milik perempuan cantik itu. Kali ini ia menatapnya dengan dekat, bahkan hanya berjarak beberapa centi saja. Jantungnya berdetak tak menentu seakan-akan ada getaran di dalam dirinya yang ia sendiri tidak tahu itu apa.

"Maaf..." Ucap perempuan itu yang kulihat tertulis 'Lavanya' di bajunya.

"Tidak.  Maaf aku tidak melihat." Perempuan itu menunduk dan bergegas pergi. Gavin masih menatapnya hingga punggung itu lenyap tak terlihat sembari sesekali tersenyum mengingat kejadian beberapa detik lalu.

'Ah shit! Apa-apaan ini? Apakah aku sudah gila??'  pikirnya sendiri dan segera menyelesaikan transaksinya dan kembali ke kantornya.

*****

Lavanya, seorang gadis berusia 24 tahun dengan mata coklat yang indah, rambutnya yang sedikit pirang, kulitnya yang putih dan tinggi yang cukup membuatnya terlihat sempurna.  Namun dibalik itu semua, banyak luka yang ia simpan. Lata belakangnya tak seindah wajahnya dan mata coklatnya. Mungkin orang lain yang melihatnya akan menganggapnya dari kalangan keluarga yang bahagia, buktinya ia cantik, pintar, dan tubuhnya bagus. Tapi mereka tidak tahu, bahwa berada di posisi saat itu tidaklah mudah bagi Lavanya atau yang lebih akrab dikenal Anya/Vanya.

"Nya, lo kenapa?" Tanya sahabat dekatnya bernama Miren yang melihat sahabatnya sedikit berlari dengan terburu-buru sembari memegangi dadanya.

"Gak. Gapapa." Ucapnya dan berusaha memfokuskan kembali dirinya.

Luka Lavanya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang