10. Upaya Penyelamatan

31 1 1
                                    

Lavanya di pindahkan ke tempat lain yang lebih jauh dari pemukiman. Kedua tangannya di rantai sambil sesekali rambutnya dijambak, wajahnya dicengkram lalu dihempaskan begitu saja.

"Lihatlah dia sayang, dia sudah cukup lemah. Tapi masih sok menjadi pemberani. Kira-kira, apa yang akan kita lakukan padanya?" Ucap James sembari merekam Lavanya yang tengah lemas dan menunduk menahan rasa sakitnya.

"Putri sambung yang sangat kusayangi. Andai saja kamu tidak kabur dan menuruti semua kemauanku, mungkin sekarang kau akan bahagia."

"Kira-kira jika aku kirimkan foto ini pada suamimu itu? Apakah dia akan datang? Aku ingin sekali melihatnya. Lalu menghancurkannya." Lavanya yang mendengarnya tertawa kecil sambil meludah.

"Hancurkan saja diriku. Tidak perlu mengganggu hidupnya berengsek!"

"Apakah kau sangat mencintainya?" Lavanya tidak menjawab dan hanya menunduk.

"Cinta yang bertepuk sebelah tangan. Sayang sekali." Ejek James.

"Bunuh saja aku sekarang! Kau terlalu banyak bicara, James!" Lavanya terus saja mengeluarkan kalimat yang mampu membuat James naik pitam.

"Wah kau sudah sangat berani sekarang ya?"

"Kalian, buka talinya dan ikat dia di sana." Lavanya kembali ditarik paksa dengan tangannya yang kembali diikat.

"Kau terlalu banyak bicara, Jalang!" James menendang tubuh ringkih Lavanya beberapa kali hingga perempuan itu Meringis kesakitan dan mengeluarkan air mata. Lalu James mengeluarkan sebuah pistol dan mengarahkannya pada Lavanya.

"Apa kau begitu ingin bertemu ibumu itu? Pasti ibumu sudah disiksa di dalam neraka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa kau begitu ingin bertemu ibumu itu? Pasti ibumu sudah disiksa di dalam neraka. Hahaha...." James kembali tertawa dengan terus mengingatkan Lavanya dengan masa lalunya yang juga sebagian merupakan ketakutan dan keberaniannya menghadapi James.

"Justru kau yang akan ke neraka James! Bahkan mungkin dunia tidak akan menerima jasadmu!"

"Benarkah? Apa kau bisa melakukannya? Bukankah seharusnya kau yang lebih dulu ke sana? Tapi sayangnya aku masih membutuhkanmu sebagai umpanku. Aku ingin orang yang kau cintai itu datang padaku."

"Apa kau selalu menghancurkannya hidup orang lain? Apa kau kenal karma? Mungkin saat ini ia sedang dalam perjalanan untuk menghancurkanmu!"

"DIAM JALANG!" James kembali menendang punggung dan perut Lavanya hingga tubuhnya berguling. Lalu ia mengeluarkan sebilah pisau dan mendekatkan ke wajah Lavanya.

"KAU BENAR-BENAR MEMBUATKU MARAH JALANG!" Dengan semakin mendekatkan pisau itu pada kulit Lavanya yang sudah dipenuhi luka dan memar kemerahan.

"Kau tahukan? Jika sampai pisau ini tiba di lehermu, maka kamu akan menyusul ibumu itu." Ucapnya sembari bermain-main dengan pisaunya.

"Cih! Kau pikir aku takut?" Jelas Lavanya. Hal itu membuat James menatap tajam Lavanya hingga tanpa hitungan pisau itu ia goreskan ke lengan Lavanya.

"Arghh!" Ringis Lavanya.

Luka Lavanya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang