9. Diculik

22 0 0
                                    

Seorang perempuan tergeletak di lantai yang dingin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang perempuan tergeletak di lantai yang dingin. Sedangkan seseorang tengah mengawasinya sembari sesekali menghisap rokok di tangannya. Tak berselang lama, perempuan itu terbangun sembari memegangi kepalanya yang terasa pening dan berat.

"Lama sekali kau sadar." Titah pria itu.  Perempuan itu berusaha menangkap cahaya dan mengedarkan pandangannya menatap pria yang tengah duduk tidak jauh darinya.

"K-Kau???"

"Tidak perlu terkejut. Aku hanya ingin bermain-main denganmu, Lavanya." Yah, perempuan itu adalah Lavanya. Sedangkan pria di hadapannya adalah James. Lavanya berusaha berdiri dengan sedikit lemas.

"Apa maumu?"

"Bukankah kau tahu apa mauku?"

"Tapi aku tidak punya uang sebanyak itu!"

"Benarkah? Bukankah suamimu itu kaya?"

"Jangan ganggu dia."

"Why?"

"Ini masalahku denganmu bukan dia!"

"Tentu saja ini masalahnya. Kau tahu? Orang tua suamimu itu telah merampas semua milikku. Dan aku? Merampas mereka dari suamimu. Bukankah itu adil? Tapi aku masih belum puas. Bagaimana jika aku buat dia bertemu orang tuanya??" Lavanya menggeleng dengan tubuh yang bergetar.

"Kau tidak tahu siapa Gavin! Jika Gavin melihatmu, dia tidak akan segan membuatmu tetap bernapas!"

PLAKKKKKK...

James menampar wajah Lavanya hingga perempuan itu mengeluarkan darah di sudut bibirnya.

"Kau pikir aku mudah dihancurkan? Kau tidak ingat bagaimana aku memperlakukan ibumu sampai dia menuju neraka?" CUIH, Lavanya meludah ke arah wajah James hingga membuat pria itu sedikit tersenyum remeh sebelum menjambak kasar rambut Lavanya.

"JANGAN BERANI PADAKU ATAU AKU AKAN MEMBUATMU MENYUSUL IBUMU YANG PELACUR ITU!!!!" Lavanya lagi-lagi meludah ke arah James.

"JANGAN SEBUT IBUKU PELACUR BRENGSEK! IBLIS! BANGSAT!!!!" James kembali melayangkan tamparannya dengan sangat keras hingga wajah Lavanya terbentur lantai dan membuat hidungnya berdarah.

"Sepertinya kau merindukan hukuman yang biasa kuberikan padamu huh?" James mengeluarkan ikan pinggangnya dan memutarnya.

"Aku tidak lagi takut padamu!"

"Kalian! Pegang dia!" Perintahnya pada beberapa anak buah di belakangnya. Langsung saja dua orang memegangi tangan Lavanya. Lalu James mulai mencambuknya punggungnya dengan ikat pinggang itu hingga membuat tubuh Lavanya panas dan terasa perih.

"Bagaimana? Bukankah rasanya masih sama?"

"BUNUH SAJA AKU BRENGSEK!!!!!"

"Oh tidak. Aku tidak ingin kau cepat mati.  Ada sesuatu yang ingin ku ketahui dan ku perlihatkan padamu sebelum aku menghabisimu!"

Luka Lavanya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang