Xiao Zhan membuka matanya sebelah dengan ragu kemudian dia mengerjapkan kedua mata perlahan ketika cahaya matahari pun menghangatkan sebagian wajahnya.
Tangan Xiao Zhan bergerak mencoba mencubit pipinya sendiri.
"Rasanya sakit ... itu artinya aku tidak sedang bermimpi," ujar Xiao Zhan pada dirinya sendiri. Dia kemudian bangun dan memperhatikan sekitarnya.
Ruangan dengan dominasi warna coklat tua dan furnitur yang terbuat dari kayu bak sebuah kamar di negeri dongeng.
"Kau sudah bangun?" ujar seekor burung yang tengah berdiri di atas nakas sambil mengibas sayapnya.
Xiao Zhan mengorek telinga lalu mengerjapkan matanya sambil menatap burung itu.
"Apa pendengaranku tidak salah? Atau aku yang sedang berhalusinasi?" gumamnya pelan.
"Kau tidak sedang berhalusinasi, Xiao Zhan. Aku ini memang burung pintar nan tampan dari Mahaotokuro," ujar burung itu sambil menggerakkan sayap-sayapnya seolah sedang memberikan sebuah penghormatan.
"Perkenalkan aku adalah penjaga kamar ini, namaku Grey."
Xiao Zhan menelan ludahnya dengan berat lalu sedikit mundur ke belakang bersiap untuk melarikan diri.
"Yuhu!" Sebuah teriakan terdengar bersamaan dengan angin kencang berhembus hingga rambut Zhan berantakan. Begitu pun bulu-bulu burung Grey yang beterbangan.
"Halo teman baruku! Namaku Build, panggil saja aku Biu karena aku menyukai warna biru. Aku berasal dari Thailand tapi aku juga memiliki keturunan China. Oleh karena itu, aku pandai berbahasa China," ujar seseorang dengan penampilan yang sangat mencolok. Pakaian warna biru, topi kucing dan senyuman yang menunjukkan deretan giginya yang rapi.
Pemuda itu tersenyum pada Xiao Zhan sambil mengulurkan tangan.
"Kenapa masih diam? Kau dari China, 'kan? Apa kau tidak mengerti bahasaku? Padahal aku sudah belajar bahasa China karena master Andy telah mengatakan bahwa teman sekamarku orang China, loh!" ujarnya sambil mempoutkan bibir dan menunjukkan dua lesung pipinya.
"Ti-tidak. Tunggu sebentar! Bagaimana kau bisa tiba-tiba muncul di kamar ini?" tanya Xiao Zhan bingung dengan kemunculan Biu yang tiba-tiba.
"Aku melakukan teleportasi dengan menggunakan media angin. Ngomong-ngomong, apa keahlianmu, kawan?" Biu menaruh tangannya di bahu Xiao Zhan yang kini menunjukkan ekspresi anehnya.
Bukan karena tak suka diperlakukan seperti itu. Justru karena semua hal yang baru saja dialaminya begitu di luar nalar. Berawal dari dirinya yang tiba-tiba berada di tengah-tengah ilalang lalu disambut orang-orang aneh, melihat burung yang bisa berbicara dan sekarang bertemu orang yang bisa mengendalikan angin. Jangan-jangan besok lusa dia akan bertemu orang yang bisa mengendalikan api, air dan bumi, bukan?
Rasanya Zhan seperti masuk ke dalam dunia dongeng.
Xiao Zhan hanya tersenyum dengan penuh paksaan. Jika ditanya apa keahlianmu di kampus, tentu saja Zhan akan menjawab tidur, tapi mana mungkin dia mengatakan hal itu pada orang asing, bukan?
"Itu ... aku juga tidak tahu," ujar Xiao Zhan sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Biu menyenggol lengan Xiao Zhan lalu berkata dengan nada bercanda, "Kau ini merendah untuk meroket, ya? Ngomong-ngomong, kau belum memperkenalkan dirimu padaku."
"Namaku Xiao Zhan, aku tidak tahu bagaimana aku bisa terdampar di sini. Kau tahu bagaimana cara kita bisa pulang ke tempat asal kita? Setidaknya ke dunia manusia-manusia normal lainnya."
Biu menggelengkan kepala sambil memainkan jarinya. "Tidak akan bisa pulang sebelum lulus tes ujian masuk."
"Hah? Tes apa? Ujian masuk apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret of the Bloodstone [End In pdf]
FanfictionSebelum menyentuh sebuah batu di museum kuno saat karya wisata, Xiao Zhan hanyalah mahasiswa biasa. Namun bermula dari tanda lambang matahari yang tiba-tiba muncul di telapak tangannya, kehidupan Xiao Zhan berubah. Seorang pencari bakat terken...