Tifon penyihir yang merupakan anak dari Gaia dan Tartaros. Dari kepala sampai ke pinggang, Tifon berwujud manusia, sedangkan kedua kakinya adalah dua ekor ular raksasa berbisa. Tifon mencuri batu Bloodstone dan membuatnya menjadi monster ular raksasa berbisa.
***
Xiao Zhan adalah mahasiswa tingkat 4 yang sedang melakukan karya wisata bersama teman-temannya untuk memenuhi laporan mata kuliah sejarah salah satu dosennya. Tak ada yang aneh dengan kehidupan Xiao Zhan selama ini hingga semua bermula dari hari ini.
"Zhan, apa kau sudah masuk ke dalam?" Seorang pemuda dengan perawakan tinggi dan rambut hitam lurus itu menunjuk pada sebuah pintu dengan ornamen yang terlihat sedikit berbeda.
Xiao Zhan menggeleng sambil tetap memperhatikan batu yang berada di depannya sebagai objek pengamatan lalu mencatat informasi yang tertulis di papan berwarna merah itu.
Sebenarnya, perasaan Xiao Zhan sedang kaget tak karuan. Bagaimana bisa sebuah batu bergerak sendiri, bukan? Apa ada hantu di museum ini? Atau penglihatannya yang salah?'Sepertinya aku berhalusinasi. Ya, halusinasi, Xiao Zhan. Oke! Tenangkan dirimu.'
Zhan mencoba meyakinkan diri sambil menggelengkan kepalanya.
"Kau sud0ah mendengar tentang sihir Tifon yang bisa mengabulkan semua keinginan?" tanya pemuda itu mencoba mendapatkan perhatian Xiao Zhan.
"Belum. Aku tidak tertarik pada sihir." Xiao Zhan melenggang pergi meninggalkan lelaki itu dan masuk ke dalam pintu selanjutnya yang terlihat sepi.
'Apa-apaan, sih? Ini jaman modern, mana ada ilmu sihir seperti itu? Lagi pula kenapa juga harus mengamati museum, sih? Benar-benar membuat bulu kudukku merinding.'
Xiao Zhan merutuk sambil membuka lembaran baru buku catatannya. Tugas yang diberikan dosen sejarahnya memang cukup menyebalkan. Bukannya tidak suka dengan sejarah, tapi otak Zhan memang sedikit bermasalah jika harus menghapal begitu banyak informasi.
Seorang lelaki dewasa tersenyum melihat Xiao Zhan yang sedang berbicara sendiri dari celah pintu, dia kemudian masuk dan berkata, "Apa ada yang sulit, Zhan?" Xiao Zhan hampir saja berteriak jika tak melihat siapa yang masuk.
Andy Lau, dosen sejarah yang sedang memberikan tugas membuat laporan itu membuat jantung pemuda bergigi kelinci ini hampir meloncat keluar karena kaget.
"Astaga! Laoshi, Anda mengagetkan saya." Zhan mengelus dadanya yang berdebar kencang.
"Apa kau pikir aku ini setan, hm?" tanya Andy sambil mengelilingi batu permata itu.
"Ti-tidak juga. Tadi Hua Cheng berbicara tentang sihir jadi aku sedikit kaget. Haha ... tapi tidak mungkin, kan, pintu bisa membuka sendiri. Ini bukan cerita film Harry Potter," ujar Xiao Zhan gagap mencari alasan yang tepat.
"Apa kau ingin melihat sihir?" tawar Andy sambil menatap permata yang berada di dalam kotak kaca yang berkilau terkena cahaya lampu.
"Ma-maksudnya?" jawab Xiao Zhan bingung.
"Biar aku tunjukkan padamu, Zhan." Andy menggerakkan jari tangannya, memutar seolah tengah mengucapkan sebuah mantra. Tiba-tiba pintu tertutup sendiri dan itu membuat Xiao Zhan kaget bukan main.
'Apa jangan-jangan Laoshi keturunan setan atau semacamnya? Kenapa di jaman modern ini ada makluk seperti ini?'
"Aku bukan setan. Semua bisa kau lakukan juga jika kau mau ikut denganku, Zhan," ujar Andy seolah tahu isi hati Xiao Zhan.
"Ikut ke mana?" jawab Xiao Zhan bingung.
"Mahoutokuro."
"Mahoutokuro?" jawab Xiao Zhan semakin bingung.
"Ya, sekolah bagi para penyihir muda berbakat," jawab Andy santai.
Sebentar, sepertinya otak Xiao Zhan sedang mencerna kalimat sang Laoshi. Apakah dirinya yang gila? Atau Laoshi yang terobsesi dengan sejarah dan sihir ini yang gila? Bagaimana bisa dia membicarakan sihir di era tekhnologi canggih seperti ini? Memang ada dunia sihir seperti dalam film?
Rasanya tidak mungkin, 'kan?
Andy tersenyum, dia bisa melihat raut keraguan yang Xiao Zhan tunjukkan. "Kalau begitu, tunjukkan padaku telapak tanganmu. Ada tanda simbol matahari di sana."
"Tidak mungkin." Xiao Zhan melihat telapak tangannya dan terkejut melihat simbol matahari di sana.
"He? Bagaimana bisa? Tadi aku tidak memiliki tanda ini?!" ujar Xiao Zhan kaget sendiri.
"Batu di depan sana yang tadi kau amati bersinar. Batu itu bukan batu sembarangan. Dia hanya akan bersinar pada orang-orang terpilih."
"Batu yang mana? Perasaan aku tidak melihat sinar apa pun?" sangkal Xiao Zhan.
Tidak mungkin, kan, Zhan mengatakan melihat sebuah benda mati bergerak sendiri? Bisa-bisa dia ditertawai habis-habisan nanti.
"Kalau begitu, coba letakkan tanganmu di atas kaca ini dan katakan 'helios' sambil tutup kedua matamu," ujar Andy memberikan perintah.
Meskipun ragu, akhirnya Zhan menurut. Dia akhirnya meletakkan telapak tangan di atas kaca bening di mana ada sebuah batu di bawahnya.
"Helios." Baru saja Xiao Zhan menyebutkan kata itu, tubuhnya seolah disedot paksa pada sebuah dimensi. Dia kemudian membuka kedua mata dan tiba-tiba iris matanya melebar melihat pemandangan di depannya.
Hamparan ilalang yang luas dan sepi!
"Di mana ini?" ujar Xiao Zhan semakin bingung.
"Selamat datang di Mohoutokuro akademi, Sean Xiao Zhan," ujar seorang wanita tua yang tiba-tiba datang dan tersenyum melihat Xiao Zhan.
"Sepertinya aku sedang mimpi. Baiklah, waktunya aku bangun, tapi bagaimana caranya? TUHAN! Kenapa aku tersesat di sini?" teriak Xiao Zhan seperti orang gila sambil berputar-putar mencoba mencari jalan ke luar.
Belum selesai keanehan yang dialami Zhan, tiba-tiba bumi berguncang seperti sedang terjadi gempa. Xiao Zhan yang takut segera merunduk saat gempa semakin kencang diikuti suara seseorang yang menggelengar.
"Selamat datang, Xiao Zhan," ujar lelaki berpostur raksasa sambil mengulurkan tangannya pada Zhan yang tampak syok.
"Sepertinya aku ingin pingsan saja." Zhan menjatuhkan dirinya pada hamparan ilalang. Berharap segera bangun dari mimpi yang seperti dongeng pengantar tidur baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret of the Bloodstone [End In pdf]
FanfictionSebelum menyentuh sebuah batu di museum kuno saat karya wisata, Xiao Zhan hanyalah mahasiswa biasa. Namun bermula dari tanda lambang matahari yang tiba-tiba muncul di telapak tangannya, kehidupan Xiao Zhan berubah. Seorang pencari bakat terken...