CHAPTER 4

389 53 6
                                    

Zhan terbangun dengan perasaan yang tidak enak. Badannya terasa terbakar dan kepalanya berkunang-kunang.

"Kau sudah bangun?" tanya Yibo yang sejak tadi berada di samping Zhan.

Xiao Zhan menatap pada api unggun yang berada di dekatnya. Dia kemudian melihat ke sekitar.

"Ini sudah pagi, kenapa kau masih menyalakan api unggun?"

"Kau terkena demam. Kenapa kau lemah sekali, hah?"

Xiao Zhan malas berdebat dengan Yibo, kepalanya sudah pusing ditambah mendengar ucapan pemuda itu membuatnya bertambah pusing.

Zhan kemudian hanya bangkit dari tidurnya yang beralaskan daun kering dan jaket Yibo.

"Aku lapar," ujar Zhan tak menjawab pertanyaan Yibo.

Yibo hanya menghela nafas lalu beranjak dari sana.

"Aku hanya ingin berterima kasih. Diamlah di sini, aku akan kembali dengan membawa sesuatu yang bisa dimakan."

Xiao Zhan mengangguk pelan. Setidaknya pemuda itu pergi dan tak mengomel yang membuat kepala Zhan mau pecah.

Pemuda itu kemudian menggosok kedua tangan lalu mendekatkannya pada api unggun.

"Ternyata dia tahu cara berterima kasih juga," celetuk Xiao Zhan sambil menggelengkan kepala.

Di tempat lain, seseorang tengah menatap pada sebuah cawan besar dengan pantulan Xiao Zhan di sana.

"Jadi, anak itu yang tak memiliki kekuatan apa pun?" tanyanya pada seseorang dengan tentakel-tentakel di punggungnya yang baru saja melapor.

"Benar, tapi Alkonost mengatakan bahwa Andy telah memilih anak itu masuk ke Mahoutokuro dengan jalur khusus."

"Menarik. Andy tidak pernah salah dalam memilih seseorang yang memiliki bakat. Aku yakin Andy telah melihat sesuatu dari anak itu."

"Kami juga telah bertemu dengan beberapa siswa lain. Mereka semua memiliki kekuatan yang jauh lebih hebat di banding anak-anak di tahun sebelumnya."

"Tentu saja Andy harus lebih bekerja keras mencari orang-orang hebat untuk
mencegah kita menemukan ostium. Sepertinya dia sudah berusaha dengan baik, tapi sayang kita juga tak akan tinggal diam. Kita sepertinya harus mencoba gebrakan baru."

"Apa Anda bermaksud untuk mengganggu para calon siswa itu?" tanya Octagon---monster gurita---menebak apa tujuan Gorgon kali ini.

Gorgon berdiri dari singgasananya memperlihatkan ular-ular yang melingkar di kepalanya mulai menggeliat.

"Anak-anakku sudah tak sabar untuk bermain. Kali ini kita tak akan mengalah lagi," ujar Gorgon penuh keyakinan.

"Itu artinya kita akan mengingkari perjanjian dengan para dewan komite sekolah?"

Gorgon tersenyum sinis. "Kita akan melakukan penyerangan tanpa menggunakan tangan kita."

Gorgon menengadahkan tangannya. Tak lama kemudian sebuah mustika dengan cahaya gemerlapnya berputar di sana.

Itu adalah mustika ular milik Medusa.

"Aku tak akan mengotori tanganku untuk berperang dengan para dewan pengawas Mahoutokuro. Biarkan saudariku yang akan bekerja,"ujar Gorgon dengan senyuman liciknya.

Octagon mengangguk mengerti dengan arah tujuan Gorgon. Dia ingin membuat semua orang menyalahkan Medusa hingga semua terfokus padanya dan Gorgon memiliki celah untuk masuk ke dalam mantra pelindung Mahoukuro dan mencari tahu petunjuk keberadaan ostium.

"Empusa akan bekerja untuk membantumu. Jadi lakukanlah pekerjaan kalian dengan hati-hati. Ada banyak para guru yang menyamar menjadi monster di hutan Cyan. Jangan sampai kalian lengah atau ketahuan."

The Secret of the Bloodstone [End In pdf]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang