Rahasia sang ibu

1.5K 36 5
                                    

Secarik kertas di genggaman gadis itu berubah wujud tak karuan. Ia meremas kertas bertuliskan permintaan maaf dari seseorang yang ia abaikan selama ini. Tidak! Ia tidak akan memaafkan penulis surat itu. Ia lemparkan kertas itu sembarangan, itu merupakan kertas yang begitu menyayat hatinya.
Perasaan menyesal dan rasa bersalah terus menghantuinya, entah sampai kapan ia akan terus diikuti oleh perasaan tersebut.
Namanya Aqilla. Ia memiliki masa lalu yang tidak mengenakkan akibat perbuatan si penulis surat. Aqilla akhirnya berhasil membuat orang itu benar-benar merasa bersalah. Walaupun begitu, Aqilla sama sekali tidak bisa marah atau pun benci seperti biasanya. Aqilla melanjutkan aktivitas kesehariannya dan membuang jauh-jauh kenangan menyesakkan itu. Ia harus melanjutkan hidupnya. Tak baik jika ia terlalu berlarut-larut menyesali sesuatu yang telah terjadi.
.
.
.
.
.
Kejadian bermula dari beberapa hari yang lalu, hari dimana Aqilla mulai tidak mau menuruti kemauan ibunya dan memutuskan untuk pergi dari sana. Aqilla sangat benci terhadap ibunya yang selalu saja memerintahkannya dan selalu melarangnya, dan dari kecil Aqilla sudah mendapatkan kekerasan dari ibunya.
Aqilla merasa tidak bebas dan tertekan saat tinggal bersama ibunya tapi mau bagaimana lagi? Tidak ada satu pun keluarganya yang peduli, mereka hanya mementingkan urusannya pribadi. Aqilla hanya tinggal berdua saja dengan ibunya karena kedua orang tuanya sudah lama bercerai.
Sampai suatu hari seorang temannya berkunjung ke rumah dan mengajak untuk menginap ke rumahnya, karena hari ini merupakan hari ulang tahun temannya. Perkenalkan namanya adalah Andika,  Andika merupakan satu satunya orang yang selalu mendengarkan cerita Aqilla walaupun tidak ada hubungan darah atau keluarga di antara dia dan Andika.
Dia sangat senang sekali saat mendengar Andika mengajaknya untuk menginap dan merayakan ulang tahun Andika bersama. Namun saat ingin membereskan pakaian dikamar tiba tiba saja ibu masuk ke kamar Aqilla tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
"Apa yang kamu lakukan!? Apa apaan ini!?" Tanya ibu yang terlihat marah dan meninggikan suaranya
Aqilla hanya terdiam mematung saat ibu bertanya, ibu pun melangkahkan kakinya menuju tempat tidur, Aqilla pun segera turun dari kasur dan pergi ke luar kamar. Namun sialnya, dia kalah cepat kini ibu sudah ada di depan pintu kamar dan menghalangi jalannya.
" JAWAB IBU QILLA!"
Sekitar 5 menit ruangan jadi hening seketika, mungkin saja detak jantung Aqilla bisa terdengar saat itu juga, ibu Aqilla pun menghela nafasnya dan menyibak rambutnya ke belakang lalu menurunkan nada bicaranya.
"Ibu tanya sekali lagi, apa yang kamu lakukan Aqilla? Kamu mau pergi menginap di rumah Andika?" Tanya ibu.
"Ibu sudah berbicara dengan Andika tadi di bawah, kamu pasti tau apa keputusan ibu. Jadi cepat bereskan kembali barang barangmu  yang ada di koper tersebut."
Saat ibu ingin beranjak pergi dari sana, Aqilla membuka suaranya.
"Ibu, aku mohon hanya kali ini saja ijinkan aku pergi. Aku janji akan pulang tepat waktu"
Aqilla yang masih menundukkan kepala kini melihat ke arah ibunya dengan wajah memohon, ibunya pun memutar balik badannya dan melihat ke arah Aqilla lalu mengusap wajah nya dan memijat keningnya lalu membuang nafas dengan berat.
"Baiklah, hanya untuk kali ini. Dan besok kamu harus segera pulang tidak ada alasan lagi, kalau lebih dari itu kamu akan tanggung jawab sendiri."
Aqilla sama sekali tidak percaya apa yang ia dengar, ia pun segera memeluk ibunya dan lanjut membereskan pakaiannya.
"Aku tak menyangka ibu akan mengijinkannya!"
Aqilla pun turun sambil membawa kopernya menuju mobil Andika, namun sayangnya saat Aqilla ingin pamit sekali lagi dengan ibu nya. Tidak ada respon, Aqilla pun memutuskan untuk pergi langsung dan akan mengirim pesan ke ibunya nanti.
Di tengah perjalanan, Aqilla merasa gelisah padahal sudah mengirimkan pesan ke ibunya. Semakin jauh ia dari rumahnya perasaan gelisah tersebut semakin menjadi, namun bagaimana pun juga Aqilla baru kali ini merasakan kebebasan jadi ia memutuskan untuk mengabaikan rasa gelisahnya. Akhirnya mereka berdua pun sampai di tempat penginapan. Disana sudah ramai dengan tamu undangan, pesta pun berjalan dengan lancar.
Keesokan paginya Aqilla mengecek ponselnya namun tidak ada balasan dari ibunya, "Ibu baik baik saja kan? Kenapa aku jadi gelisah begini. Ibu pasti baik baik saja."
Aqilla pun mematikan ponsel nya dan memutuskan untuk mandi dan berkumpul dengan yang lain di bawah, saat Aqilla bersenang senang dengan teman temannya di bawah, ponsel Aqilla terus berdering. Namun sayangnya sang pemilik ponsel tidak sadar dan asik dengan teman temannya.
Tak terasa hari sudah mulai sore. Sampai saat ini belum ada balasan dari ibunya namun aneh nya terdapat 10 kali panggilan tak terjawab dari nomer yang tak di kenal, Aqilla pun memutuskan untuk menelepon kembali nomer tersebut.
" Halo?"
"Halo, nak Aqilla?"
"Iya saya, maaf ini nomer siapa ya?"
"Saya tetangga kamu nak, ibu cuman mau kasih tau kalau ibu kamu sekarang sedang dirawat dirumah sakit. Dan kondisinya tidak lumayan baik."
" APAA!? Ibu nggak bercanda kan!?"
Tangan Aqilla pun kini gemetar seluruh tubuhnya lemas, berlinang air matanya.
Setelah itu pun Aqilla memutuskan untuk menutup teleponnya dan segera pergi ke Andika untuk meminta tolong untuk di antar ke rumah sakit, mereka berdua pun langsung menuju ke rumah sakit dan sesampainya di sana, Aqilla langsung bertanya kepada suster dimana ibunya berbaring.
Setelah mendapatkan informasi dimana ibunya berbaring Aqilla langsung berlari ke ruangan tersebut, Sampai didepan pintu ruangan ibunya berbaring. Aqilla tidak bisa langsung membukanya ia mengumpulkan keberaniannya baru membuka pintu tersebut.
Betapa terkejutnya Aqilla melihat ibunya terbaring lemah di atas kasur dengan beberapa selang di hidung nya dan alat-alat medis lainnya, kaki Aqilla lemas ia pun terjatuh di depan pintu dan menangis sejadi jadinya, Andika yang masih disana berusaha menenangkan Aqilla.
Saat sudah tenang, tetangga nya menceritakan bagaimana ia bisa menemukan ibunya dan membawanya ke rumah sakit, setelah itu dokter pun masuk dan ingin bertemu dengan Aqilla. Setelah berbincang bincang dengan dokter kini Aqilla tau ibunya terkena penyakit apa, selama ini ibu Aqilla merahasiakan penyakitnya itu dari Aqilla.
Kanker darah, mungkin sudah 3 tahun ibu Aqilla menahan rasa sakitnya. Aqilla sangat menyesal, ia pun memutuskan untuk kembali ke ruangan tersebut, saat kembali sang ibu sudah mulai sadar. Aqilla pun memeluk karena ia tau kalau sang ibu umurnya tidak lama lagi, " Aqilla maafkan ibu ya, selama ini melarang kamu dan maafin ibu udah kasar sama kamu. Ibu sayang banget sama kamu, saking sayang nya ibu nggak mau kamu terluka."
Aqilla yang mendengar tersebut, menggelengkan kepala nya, "Tidak Bu, maaf Aqilla sempat benci sama ibu. Ini semua bukan salah ibu tapi salah Aqilla yang nggak perhatian sama ibu." Kedua pipi nya sudah di basahi oleh air mata, sang ibu mengelus rambut Aqilla untuk terakhir kali nya lalu tersenyum kepada Aqilla.
"Jaga diri baik baik yah Aqilla, ibu minta maaf sekali lagi."
Setelah mengatakan hal tersebut sang ibu menghembuskan nafas untuk terakhir kalinya, kini ruangan tersebut penuh dengan suara isakan tangis Aqilla.
.
.
.
.
"Ibu Aqilla janji, Aqilla bakalan bahagiain orang orang Aqilla sayang, dan lebih perhatian lagi. Maafin Aqilla Bu." Ucapnya di depan nisan ibu sambil memegang selembar kertas yang sudah ia baca tadi








Kumpulan cerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang