Cinta Di Balik Proyek Film

133 9 0
                                    

Hujan turun dengan lembut di kota Velarion, menari di atas atap dan jalan-jalan yang basah. Di sebuah kafe kecil di kota Velarion, Gilean duduk sendirian, menatap keluar jendela, membiarkan pikirannya terbawa aliran kenangan. Rabiah-mengingat namanya saja berhasil menghidupkan kenangan-kenangan dengannya di pikiran Gilean, bahkan namanya saja sudah cukup untuk membuat hati Gilean bergetar. Dia adalah cinta yang tak pernah bisa dilupakan, mantan kekasih yang telah meninggalkan dunia ini terlalu cepat. Mereka bertemu di bangku kuliah, dua jiwa yang terhubung oleh cinta pada sastra dan mimpi-mimpi besar.

Semua ini berawal saat mereka berkenalan di organisasi kampus yang berfokus pada film. Rabiah merupakan junior yang baru saja masuk kampus tahun ini, sedangkan Gilean adalah senior yang sudah dikenal karena kepiawaiannya dalam seni peran. Awalnya, mereka tidak saling menyukai; setiap pertemuan mereka selalu berakhir dengan debat panas, tidak peduli di mana pun mereka berada.

Namun, takdir memiliki rencana lain. Suatu hari, ketua organisasi memberikan tugas kepada mereka berdua untuk mengatur proyek perfilman yang akan ditampilkan di acara kampus, EduFestival. Acara ini merupakan ajang penting di mana setiap organisasi di kampus harus menunjukkan satu pertunjukan yang dapat memukau para penonton dan juri.

Dengan berat hati, Gilean dan Rabiah mulai bekerja sama. Mereka menghabiskan hari-hari mereka merancang skenario, memilih aktor, dan berdiskusi tentang setiap detail produksi. Dalam proses tersebut, mereka mulai melihat sisi lain dari satu sama lain-sisi yang sebelumnya tersembunyi di balik perdebatan dan perselisihan.

Ketika proyek berjalan, mereka menemukan bahwa mereka memiliki lebih banyak kesamaan daripada yang mereka sadari. Kedua hati yang semula keras, perlahan mulai melembut. Debat menjadi diskusi yang konstruktif, dan ketegangan berubah menjadi tawa. Mereka berdua mulai menghargai keunikan masing-masing, dan dari situ, benih-benih cinta mulai tumbuh.

Pada hari EduFestival, proyek mereka mendapat sambutan hangat. Penonton terpukau dengan cerita yang mereka sajikan, dan kritikus memuji keaslian dan kedalaman emosi yang ditampilkan. Gilean dan Rabiah, yang sekarang tidak hanya rekan kerja tetapi juga pasangan, berdiri berdampingan, tangan mereka saling menggenggam, sambil menatap masa depan yang penuh dengan janji dan mimpi bersama.

Setelah acara EduFestival berakhir dan semua peralatan telah disimpan dengan rapi, Gilean menunggu Rabiah di depan pintu keluar. Langit mulai menggelap, dan lampu-lampu kota mulai berkelip-kelip. Tak lama kemudian, Rabiah muncul dengan langkah yang ringan.

"Thanks, Biah, atas kerja sama yang luar biasa selama proyek ini," ucap Gilean dengan senyum lebar yang tiba-tiba muncul dari samping dan itu mengejutkan Rabiah.

Rabiah membalas dengan tawa kecil, "Sama-sama, Gil. Maaf ya kalau gua terlalu banyak maunya dan terlalu bawel."

"Haha, santai saja. Mungkin tanpa kebawelan lu, proyek kita tidak akan sebagus ini," balas Gilean, sambil mengedipkan satu mata.

Rabiah tertawa. "Benar juga, ya... Gak sia-sia gua ngomel-ngomel saat syuting, haha."

Gilean melirik jam tangannya sebelum bertanya, "Ngomong-ngomong, lu ada acara setelah ini?"

"Nggak, kenapa?" tanya Rabiah dengan rasa penasaran.

"Serius!? Kalau gitu, ayo ke kafe. Gua traktir, sebagai pengganti energi lu."

Gilean dan Rabiah menghabiskan malam itu dengan berbicara tentang masa depan. Mereka bercerita tentang mimpi-mimpi mereka, tentang film-film yang ingin mereka buat, dan tentang tempat-tempat yang ingin mereka kunjungi. Di antara canda tawa dan cerita, mereka semakin dekat satu sama lain.

Kafe itu menjadi saksi bisu dari momen-momen berharga yang mereka bagi bersama. Di bawah cahaya lampu yang hangat, Gilean dan Rabiah merasakan getaran perasaan yang lebih dari sekadar persahabatan. Ada keajaiban dalam setiap kata yang mereka ucapkan, dalam setiap senyum yang mereka tukar.

Kumpulan cerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang