🪴27. Zoe Jovanka

141 35 3
                                    

Keadaan SMA Harapan Bangsa lagi-lagi kembali suram. Seperti sebuah kutukan, terlalu banyak kejadian mengerikan yang terjadi akhir-akhir ini.

Karena kematian Jeviar yang misterius, intuisi Aru semakin kuat jika kematian-kematian sebelumnya yang menimpa siswa-siswa SMA Harapan Bangsa bukan merupakan suatu kebetulan melainkan sebuah pola yang satu, hanya saja dalang dari semua itu masih bermain rapi sambil bersembunyi, kali ini mereka lebih vulgar; seakan-akan ingin menelanjangi Aru akan kebodohannya menjadi bidak permainan yang dikendalikan seseorang dibalik layar.

Oleh karena itu Aru dan Ben telah berdiskusi mereka akan memulai mengumpulkan informasi dari Zoe. Apa yang sebenarnya Zoe lakukan pada Saras? Apakah ia benar-benar merencanakan pembunuhan terhadap Saras karena sakit hati terkait masalah perwakilan debat atau ada cerita dibalik cerita?

Sepulang sekolah Aru dan Ben berjalan beriringan. Saat itulah Senan menghampiri keduanya dengan senyuman kotaknya yang tak pernah luntur, membuat ia sekilas terlihat tulus dan polos.

"Hola friends?" Sapanya ramah dan dengan santai merangkul bahu Aru dan Ben

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hola friends?" Sapanya ramah dan dengan santai merangkul bahu Aru dan Ben.

Aru segera mendorong Senan menjauh.

"Kalian mau kemana?" Senan mengabaikan respon penolakan dari wajah kedua teman sekelasnya dan tetap berusaha ramah.

"Bukan urusan lo. Pergi lo sana!" Usir Aru kemudian menarik Ben untuk mempercepat langkah menghindari Senan.

"Aru, lo kenapa sih?" Tanya Senan dengan memiringkan kepalanya heran, pasalnya baru dua hari yang lalu Aru mencair padanya, bahkan mau dijemputnya untuk berangkat sekolah bersama menggunakan suhui.

"Gue pengen quality time sama Ben. Dia pacar gue sekarang. Iya kan Ben?"

Ben dengan pemikiran abstraknya yang sedang melamun malah diam saja, membuat Aru menyengol lengannya.

"Kapan kita jadian?" Tanya Ben dengan otak udangnya. Aru memelintir daging di sekitar perut Ben membuatnya meringis sakit membuatnya baru memproses keadaan.

 Aru memelintir daging di sekitar perut Ben membuatnya meringis sakit membuatnya baru memproses keadaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Oh iya, maaf sayang, aku lupa." Dengan kasual Ben memulai aktingnya sekaligus modus mencium pipi Aru. Membuat Aru menahan emosi setengah mati untuk tidak menggeplak kepala Ben saat itu juga. Akhirnya Aru hanya bisa tersenyum kecut.

Sapta Timira : When We Meet Evil (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang