Suasana aneh menyelimuti salah satu meja kafe hari itu. Senan dan Ben menatap sosok Aru di tengah-tengah mereka ibarat melihat kuntilanak ngopi di siang bolong.
"Sejak kapan lo dekat sama Jeviar?" Senan memulai interogasinya, ia sangat tidak terima dengan fakta ini. Seperti mendapati hal diluar nalar ia masih cukup shock melihat Jeviar dan Aru duduk berdekatan dan berbincang di rooftop.
"Terus?" Jawab Aru tenang sembari balas menatap Senan dengan mata tajamnya hingga Senan mengalihkan pandangan, salting sendiri.
"Ben, jelasin ben. Matanya tajam banget. Gak kuat gue." Senan malah menepuk punggung Ben memintanya berbicara.
Ben berdeham sok cool sejenak, "Jadi gini, Aru. Kalau lo nggak peka-peka juga. Senan itu mau pdkt sama lo. Jelas? Jadi dia cemburu lo dekat sama Jeviar." Senan tidak membantah apapun, justru ia bersikap malu-malu kucing.
Bohong jika Aru tidak menangkap sinyal itu dari Senan, alasannya kejam pada cowok itu dan membencinya adalah karena mata Senan begitu lembut saat menatapnya.
"Udah deh, sen. Urusan perasaan lo nggak penting. Ada yang lebih penting..." Jeviar berusaha mengalihkan topik pembicaraan, ia tau apa yang dikatakan Ben dan Senan itu hanya bercanda. Dan sekarang bukan waktunya bercanda.
Senan menatap Jeviar dengan wajah terluka, "Sakit hati gue lo ngomong gitu, Jev.." ia memulai dramanya dengan memukul-mukul dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sapta Timira : When We Meet Evil (COMPLETED)
Storie breviSiswa-siswa kelas XI IPA 1 memiliki tujuh hal yang menjadikan pikiran manusia berada dititik tergelap. Sifat yang bisa menghantarkan manusia pada kegelapan yang menimbulkan sifat awidya (kegelapan) yang ada pada diri manusia apabila tidak dikendali...