🌹12. Sura: Rencana

145 27 0
                                    

Zoe bersyukur di tugas kelompok kali ini dengan keadaan yang tidak bersahabat untuknya ia dipilih guru untuk satu kelompok dengan Aru.

Aru yang telihat tidak peduli dengan sekeliling, Aru yang melihat Zoe biasa saja. Zoe bisa bernafas lega di sekitar Aru. Meskipun demikian Zoe jadi tertarik untuk menanyakan pendapat Zoe tentang dirinya.

Zoe bukannya baru mengenal Aru sekarang. Dulu saat masih SMP, Zoe sempat mengikuti program pertukaran pelajar dalam rangka kelas akselerasinya ke New Zealand di sekolah Aru. Dan Zoe tau jika Aru sangat diperhitungkan, dan kalau boleh jujur Zoe diam-diam menjadi fans Aru. Meski Aru tidak mengenal Zoe, dulu penampilan Zoe bisa dikategorikan culun dan ia tidak pandai bergaul sementara Aru termasuk jajaran siswa populer. Tapi, hal ini cukup Zoe simpan untuk dirinya saja, dia sudah bukan Zoe yang dulu, dia adalah Zoe selebgram yang populer, pintar..sempurna. ya, jika saja Saras tidak menodai reputasinya.

"Aru, menurut lo gue salah nggak sih?" Zoe langsung menembak Aru dengan pertanyaan random yang terlintas di kepalanya.

Alis Aru bertaut, "Maksud lo?"

"Yang gue lakuin ke Saras. Gue ngerasa Saras emang nggak pantes wakilin sekolah." Aru mulai mengerti arah pembicaraan Zoe.

"Kenapa lo harus peduli?" Tanya Aru retoris.

"Gue mikirin reputasi sekolah." Jawab Zoe terdengar idealis.

Aru tersenyum simpul, "Tapi sekolah nggak peduli reputasi lo."

Zoe menelan ludah pahit. Perkataan Aru ada benarnya. Apa selama ini kepercayaannya salah? Lalu apa yang membuatnya begitu marah pada Saras jika bukan karena memikirkan reputasi sekolah?

"Gue nggak terima diperlakukan nggak adil kayak gini, maunya gue setelah kejadian itu, Saras bisa profesional, eh dia malah ngelanjutin drama dengan ngajak Felysia dan geng otak udangnya.." Zoe berakhir curhat pada Aru. Karena posisi Aru baginya netral dan terlihat tidak peduli apa yang terjadi, Zoe rasa bisa sedikit memuntahkan unek-uneknya yang memenuhi kepala. "Tapi gapapa, gue pasti bisa membalikkan keadaan. Gue bakal buat Saras jadi trauma beneran, dan geng bodoh Felysia bakal jadi sampah di sekolah. Gue sama Bian lagi nyusun rencana buat take over kelas." Tanpa sadar Zoe berbicara terlalu banyak.

Mendengar nama Bian, Aru berpikir sejenak. Awalnya ia tidak peduli dengan perang dingin Zoe dan Saras yang dramatis. Namun, mendengar ide Bian dan Zoe yang ingin take over kelas dalam artian menjadi diktator kelas, Aru tidak senang mendengarnya. Aru akhirnya paham jika otak semua ini adalah Bian, ia pasti menjadikan Zoe alat agar membantunya mencapai keinginan untuk menguasai semua orang dan keadaan, Bian selalu begitu, ia tidak pernah puas dengan apa yang telah ia miliki, ia ingin mengambil semuanya untuk dirinya sendiri.

Aru tidak bisa membiarkan Bian mendapatkan apa yang ia inginkan.

"Oh ya? Gue lebih percaya kalo kalian yang jadi pemimpin di kelas sih." Ujar Aru berusaha terdengar tulus.

Mendengar penuturan Aru, Zoe membulatkan mata senang, senyum lebarnya tidak ditutupi. "Lo berpikir begitu?"

 "Lo berpikir begitu?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aru mengangguk santai. "Lo sama Bian terlihat lebih berpengalaman dan kayaknya yang paling mikirin nasib kelas." Tambah Aru meyakinkan Zoe. "Saras bukan level lo sih."

Sungguh perkataan yang sangat ingin Zoe dengar. Ia merasa Aru dipihaknya sekarang, "Kan, lo aja bisa liat. Apalagi Felysia dan gengnya dih najis banget liatnya.."

"Ya, gue juga nggak suka sama Felysia. Dia dari awal emang nggak welcome sama gue." Tambah Aru membuat Zoe sangat senang, merasa punya teman sefrekuensi. "Jadi apa rencana lo sama Bian?"

"Pertama-tama Bian pengen Jeviar gagal mencalonkan diri jadi ketua OSIS dengan menunjukkan ketidakbecusannya jadi ketua kelas. Ya lo nilai sendirilah, Jeviar sama sekali nggak tegas orangnya. Terus menurut Jeviar, Saras nggak akan berani melanjutkan drama kalo dia nggak ada dukungan, karena dia hanya pecundang yang berani berkelompok, nah dari situ Jeviar pengen misahin geng Felysia..masalah caranya, Bian yang mikirin katanya gue cukup dengar instruksi dia.." Jelas Zoe panjang lebar.

Aru mengangguk-angguk dengan wajah polos seolah dirinya kurang mengerti dan tidak peduli dengan apa yang dikatakan Zoe barusan.

Aru mengangguk-angguk dengan wajah polos seolah dirinya kurang mengerti dan tidak peduli dengan apa yang dikatakan Zoe barusan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo mau gabung nggak? Lo nggak pengen ngeliat Felysia dan gengnya jadi sampah di sekolah?" Zoe menawarkan kerjasama pada Aru.

"Nggak dulu deh, gue lagi sibuk nulis novel." Tolak Aru dengan alasan yang begitu santai.

Tapi, jauh di dalam hati Aru tertawa.

Bian, bajingan. Kali ini lo nggak akan menang.

Sapta Timira : When We Meet Evil (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang