The Mountain Expedition

66 19 5
                                    

Ryan, Kevin, Emilia, dan Savina duduk di sebuah cafe, menikmati liburan semester mereka. Mereka merupakan mahasiswa Universitas Panliamor dengan jurusan yang beragam.

"Mau ke mana saja kita untuk liburan semester ini?" tanya Emilia. "Mau ke pantai?"

"Tidak, di pantai pasti terlalu panas," jawab Kevin. "Lebih baik kita ke tempat yang sejuk."

"Bagaimana kalau kita ke Hutan Amazon? Kita bisa berkemah dan berpetualang di sana," usul Ryan.

"Tidak, tidak," tolak Savina. "Di Amazon itu berbahaya. Ada banyak hewan ganas di sana. Takut terjadi sesuatu pada kita."

"Tidak apa-apa, kan kau yang mengerti obat-obatan kan? Kau jurusan kedokteran, jadi kalau terjadi sesuatu bisa diselamatkan kan?" tanya Ryan.

"Walaupun aku jurusan kedokteran, tidak berarti kita membiarkan orang terluka kan. Lebih baik tidak main-main dengan nyawa," jawab Savina.

"Bagaimana kalau kita mendaki gunung saja? Di sana sejuk dan juga bisa seru saat mendaki gunung. Bagaimana?" tawar Emilia.

"Ide bagus," sahut Ryan. "Bagaimana denganmu, Kevin?"

"Oke saja. Sudah lama juga aku tidak mendaki gunung," jawab Kevin.

"Tapi harus hati-hati ya..." tambah Savina.

Semua setuju untuk pergi mendaki gunung dan bubar kembali ke rumah masing-masing untuk menyiapkan barang-barang untuk pergi mendaki gunung besok.

Keesokan harinya, Ryan, Kevin, Emilia, dan Savina berkumpul di depan kampus. Ryan datang terakhir dan ternyata sudah ada mobil Kevin di sana. Emilia, Savina, dan Kevin sedang menunggu dan mengeluh karena Ryan datang terlambat.

"Kau lama sekali, Ryan. Kita sudah menunggumu lama di sini," keluh Kevin.

"Iya, kalau terus begini bagaimana kita akan sampai ke gunung?" tambah Savina.

"Maaf, aku terlambat. Sibuk sekali tadi pagi menyiapkan barang-barang persiapan," jawab Ryan.

"Ya sudah, ayo segera ke gunung jangan tunda-tunda lagi," ajak Emilia.

Setelah itu, mereka pun berangkat dengan Ryan yang menyetir sebagai permintaan maafnya.

"Sepertinya akan hujan ya" tanya Emilia dengan raut cemas. "Mestinya kita ganti hari saja ya?"

"Tenang saja, tidak akan hujan. Di rumah aku sudah melihat berita di televisi kalau hari ini cerah dan tidak akan turun hujan. Dan sangat disayangkan kan kita sudah siap untuk mendaki tapi harus kembali?" jawab Ryan.

"Tapi.." (Savina ingin berkata sesuatu, tapi langsung dipotong oleh Ryan)

"Jangan khawatir dan lihat saja, kita sudah hampir sampai," kata Ryan sambil menunjuk ke gunung yang sudah terlihat.

Savina diam dan terlihat cemas, tapi dia semangat oleh Emilia yang setuju dengan pendapat Ryan. Savina kembali merasa tenang dan mereka sampai di penginapan di dekat gunung. Mereka semua bersiap-siap untuk mendaki gunung esok hari.


A Journey through the Time CaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang