Sungguh, belajar sihir tidak seseru yang dikira. Buku-buku tebal berisi teori membosankan selalu muncul di meja belajar Kivandra. Lucas menunjuk papan, menjelaskan isi buku itu.
"Bagaimana? Paham?"
Kivandra hanya membiarkan mulutnya terbuka, tampak dungu. Gadis itu menggaruk lehernya, "Bisa ulangi materinya, guru?"
"Hah," Lucas tertawa kecil, "Kau sebenarnya tidak paham, kan, Kivandra?"
Cegukan kecil, Kivandra merasa bahwa pikirannya bisa dibaca, "Tolong ulangi penjelasanmu sekali saja .... "
Lucas menghela napas sekaligus mengangkat bahu, "Oke." tangannya menunjuk papan, "Mana itu seperti makanan bagi manusia. Tanpa makanan manusia tidak bisa beraktivitas, begitu juga dengan mana. Sihir tidak akan bisa hidup tanpa mana."
"Oh." Kivandra mengangguk, "Seperti daging bagiku."
"Benar, kau memang tiba-tiba jenius jika aku sangkut pautkan dengan makanan."
"Apa? Aku jadi terlihat seperti gadis rakus."
Lucas tersenyum, "Memang."
"Hei!"
"Haha, aku lanjutkan materinya. Potensi penyihir bergantung dari mana, semakin besar atau banyak mana akan semakin baik. Dan dalam kasusmu, itu luar biasa."
Kivandra mengangkat kedua alisnya tertarik, "Kenapa? Apakah manaku sangat banyak?"
"Tidak, sebaliknya itu sangat sedikit."
"Oh, sial."
"Tapi sihirmu begitu hebat. Dengan mana yang sedikit itu ... aku jadi sangat tertarik padamu." jelas Lucas sambil mendekat ke meja belajar Kivandra.
"...." Kivandra menatap lekat lelaki di depannya, "Mungkin aku tidak luar biasa seperti yang kau bayangkan."
"Hm? Kenapa tiba-tiba berpikir negatif?"
"Bagaimana jika aku hanya gadis biasa dan bukannya seorang penyihir?"
Lucas mengangkat bahunya lagi, "Terus kenapa? Nanti kau bisa aku jadikan budak karena selama ini sikapmu begitu memberontak."
"Wah, ternyata kamu penjahat."
"Aku bercanda."
Mereka terus berbincang di sela-sela waktu belajarnya. Hingga langit cerah menjadi redup, senja singgah perlahan di langit.
"Aku selesai, terima kasih untuk pembelajaran hari ini, Lucas." ujar Kivandra sembari menata bukunya.
Lucas mengangguk, "Jangan pergi dulu, aku mau mengatakan sesuatu."
"Apa?" Kivandra mengangkat buku-bukunya, mendekati Lucas.
"Ayo pergi ke desa wilayahku."
"Maksudmu ...."
"Desa wilayahku memang lumayan jauh dari sini. Tapi aku harus memeriksa wilayahku sendiri, ada masalah runyam di sana. Itu wabah menular."
Kivandra tersentak, "Wabah menular?"
"Benar. Ini adalah tugas dan ujian praktek pertama bagimu, Kivandra. Ketika sampai di desa, kau harus melindungiku dari wabah menggunakan sihirmu."
"Tapi--bukankah ini terlalu berlebihan untuk ujian praktek? Aku bahkan masih tidak tahu cara mengeluarkan sihirku."
"Kau masih tidak tahu cara menggunakan sihir?"
"Tidak, sungguh."
Lucas menoleh ke samping, dijatuhkannya sebuah vas hingga pecah berkeping-keping di lantai. Lelaki itu mengambil kepingan kaca tajam, ia menyayat keras lengannya sendiri.
Sratt!
"Eh? Lucas, kau ngapain?!" Kivandra berteriak dan memegang lengan Lucas yang penuh darah merah.
Tapi saat Kivandra memegang lengannya, luka sayatan itu tiba-tiba hilang tak bersisa, hanya ada sisa darah di sana.
Benar-benar sembuh.
"Ini ...."
"Lihat, kan?" Lucas menggoyangkan tangannya, "Kau hebat di sihir penyembuhan."
"T-tapi aku tidak tahu cara menggunakan sihirnya dengan benar."
Lucas tersenyum, "Apa saja yang kau rasakan barusan?"
"Itu seperti--ada angin membelai tanganmu hingga sembuh."
"Itulah sihirnya."
Kivandra tampak tidak percaya, "Ya?"
"Sihir hebatmu yang tidak bisa dilihat siapa pun. Keren sekali."
"...." Kivandra hanya diam menatap kedua telapak tangannya yang begitu kecil.
"Jadi bagaimana?" Lucas mendekatkan dirinya, "Mari pergi ke desa dan menyelamatkan mereka."
"I-iya," Kivandra mengangguk, "Ayo selamatkan mereka."
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess Surrogate
FantasyPutus asa sporadis merapah, saat itu kereta berkilau datang menghampiri toko bunga Kivandra. Sang Pangeran mengajak Kivandra, yang tampak lelah, untuk menjadi keluarga kekaisaran. Kivandra seorang gadis miskin yang menjual bunga di pinggir jalanan...