Baby

2.2K 112 2
                                    

Mpreg.









Happy reading....





Celotehan lucu seorang anak kecil memenuhi ruangan besar bernuansa putih dengan berbagai mainan yang berserakan di atas ranjang. Bocah berusia enam bulan tersebut sedang aktif-aktifnya merangkak ke sana ke mari tanpa memikirkan keselamatannya jika saja tubuh kecilnya akan terguling dari ranjang. Untung saja seorang wanita yang menjaganya selalu sigap membawanya kembali ke tengah ranjang jika bocah itu sudah merangkak terlalu jauh.

“Nakunnta, sudah cukup bermainnya, nak. Ayo kita makan dulu.” Seorang lelaki keluar dari kamar mandi dengan busananya yang serba hitam, selembar kemeja kebesaran dan celana kain selutut serta kedua tangan yang sibuk mengikat rambut miliknya yang sudah memanjang.

Semerbak bau sabun yang segar memenuhi seluruh ruangan, menandakan bahwa lelaki itu baru saja mandi. “Suster, bisa minta tolong siapkan makanan Ta dan antarkan itu ke taman belakang?”

“Baik, Tuan Jeff.” Lelaki yang dipanggil Jeff itu menggendong Ta dan membawa bayi lucu yang sejak tadi berceloteh tak jelas itu menuju taman belakang. Jadwal makan Ta memang sore hari, sebab bayi itu selalu sudah tertidur jika jarum jam menunjukkan pukul tujuh. Jadi, Jeff tak mau ambil risiko anak semata wayangnya dengan sang suami ini melewakan jam makan.

“Uhh, anak papa kenapa lucu sekali. Kita makan di taman belakang sambil menunggu daddy pulang, oke.” tak ada jawaban, ucapan Jeff hanya ditanggapi celotehan khas bayi yang entah apa artinya.

Bayi itu begitu aktif, bahkan tubuhnya tak berhenti melonjak senang selama perjalanan menuju taman belakang. Membuat Jeff sedikit kewalahan dibuatnya, apalagi dengan tubuhnya yang gembul.

Pertumbuhan Ta cukup pesat sebab ketika lahir bayi itu hanya memiliki bobot sekitar dua koma satu kilo. Sangat kecil untuk ukuran bayi yang baru lahir, apalagi Ta lahir premature. Ditambah lagi dengan keadaannya waktu itu, bayi Ta lahir dengan tubuh yang tidak berwarna merah seperti bayi kebanyakan, bahkan bayinya juga tidak menangis ketika lahir. Kata dokter itu disebabkan karena Jeff yang semasa hamil sering sekali mengkonsumsi obat-obatan. Hal yang sangat Jeff sesali.

Jika saja bisa mengulang waktu, mungkin Jeff akan lebih peka pada keadaan tubuhnya ketika mengandung Nakunnta. Jadwalnya sebagai seorang penyanyi yang baru saja merilis single dan harus promosi kesana kemari memang menjadi penyebab utama Jeff tidak menghiraukan tubuhnya yang sudah lelah meminta istirahat. Hingga dipenghujung malam, ketika Jeff selesai menyanyikan lagu terkahir rasa lelah dan pusing tak bisa ditahannya lagi hingga tubuhnya ambruk.

Itu adalah awal mula Jeff mengetahui bahwa ada nyawa yang tumbuh dalam perutnya hingga membuat air matanya mengalir dengan deras ketika penantiannya selama empat tahun akhirnya terwujud. Mempunyai seorang bayi.

"Sore, love. Sore, baby." Kecupan dikeningnya membuat Jeff sadar bahwa suaminya ternyata sudah pulang. Lelaki itu bahkan sudah mengenakan pakaian rumahan dengan harum sabun yang dengan sopan memasuki indera penciuman Jeff.

"Bibs, kapan kau tiba? Kenapa aku tidak tau?" Tanya Jeff sembari mencegah tangan Nakunnta yang sudah tak sabar meminta gendong daddynya.

Bible, lelaki itu tidak langsung menjawab, melainkan mengambil Nakunnta dari gendongan Jeff lalu mencium kedua pipi gembilnya gemas. "Mungkin sekitar tiga puluh menit yang lalu. Aku sebenarnya ingin segera menemuimu dan Ta, tapi karena aku dari luar dan masih kotor. Jadi aku memutuskan untuk mandi terlebih dahulu."

Baby Ta bersorak gembira ketika tubuh gendutnya berpindah pada gendongan sang daddy. Tangan-tangan berjari pendek nan menggemaskan tersebut menepuk keras pipi Bible disertai dengan tawa dan celotehan tanpa henti yang keluar dari bibirnya.

ONESHOT BIBLEJEFFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang