thank you

627 57 4
                                    

Sorot lampu kamera dari berbagai sisi tak membuat seorang musisi yang sudah berkecimpung di dunia entartainment selama 10 tahun itu terganggu. Hal biasa yang sudah dialaminya selama lima tahun belakangan karena albumnya meledak dipasaran.

"Jeff, lihat kemari."

"Aku mencintaimu, Jeff."

"Jeff, will you merry me?"

Suara-suara itu terus bersahutan, tapi Jeff hanya menanggapinya dengan senyum dan berjalan semakin cepat.

Dirinya baru saja menyelesaikan tour dibeberapa negara Asia dan pesawat yang ditumpanginya baru saja mendarat di bandara internasional Bangkok.

Bukan hal yang aneh melihat banyak fans yang sudah menunggunya di bandara. Namun, Jeff berjalan semakin cepat sebab tau bahwa bandara adalah fasilitas umum dimana bukan hanya dia saja yang menggunakan.

Sebelum masuk mobil, Jeff sempat berhenti untuk melambaikan tangan disertai senyum manis yang menghiasi wajah lelahnya. Membuat fans yang kebanyakan wanita itu menjerit histeris.

"Jadi, apa jadwalku setelah ini?" Tanya Jeff ketika mobil mulai menjauh meninggalkan area bandara.

"Kau yakin akan melakukannya?" Pertanyaan dari orang yang ada di kursi penumpang depan itu membuat Jeff berkerut heran, "Maksudku kau baru saja tiba di Bangkok dan sudah akan bekerja lagi. Hanya ada waktu tiga jam untuk istirahat."

Jeff hanya menyadarkan kepalanya lalu memejamkan kata, "Tak masalah. Tiga jam istirahat sudah lebih dari cukup untukku."

"Baiklah kalau begitu. Kau ada jadwal diacara penghargaan musik tiga jam lagi." Perkataan sang manajer hanya dijawab gumaman oleh Jeff.

.....

Sesuai jadwal, setelah melakukan sedikit gladi bersih untuk penampilannya Jeff kini tengah duduk menghadap kaca dengan beberapa orang yang merias wajahnya.

"Kau yakin, Jeff?" Pertanyaan itu sudah berkali-kali Jeff dengar dari manajernya.

"Kak Tong, aku sudah biasa. Jadi, berhenti bertanya hal yang sama." Dengan sedikit gemas Jeff menjawab pertanyaan Tong tanpa sedikitpun membuka kedua matanya yang sejak tadi terpejam.

"Bisa tinggalkan kami berdua?"

Para penata rias yang diberi instruksi demikian dari manajer Jeff tersebut segera membereskan pekerjaan mereka dan keluar dari ruang rias.

Dengan perlahan Jeff membuka kedua matanya dan menatap sekeliling, hanya ada mereka berdua. Bisa Jeff lihat dari pantulan kaca Tong yang bersidekap dada duduk di sofa yang terletak di belakangnya.

"Kenapa?" Tanya Jeff penasaran.

"Jangan salahkan aku jika suamimu kembali mengamuk." Jawab Tong dengan raut wajah serius.

Jeff mengerutkan kening bingung, "Kenapa suamiku harus mengamuk?"

Tong meletakkan kertas yang sedari tadi dipegangnya dengan kasar ke atas meja sembari berjalan menghentak menuju Jeff, "Kau tidak sadar? Kau pucat, Jeff. Suhu tubuhmu lebih tinggi dari biasanya. Bukankah lebih baik kau tampil lalu pulang untuk beristirahat, tak perlu menunggu sampai acara selesai."

Jeff memang merasa tak enak badan, kepalanya juga berdenyut sakit sejak tadi. Hal ini sudah dirasakannya sejak konser hari terakhir, tapi Jeff menahannya mengingat masih ada jadwal yang menunggu. Lagipula dirinya merasa kuat kalau hanya harus melakoni beberapa kegiatan lagi.

"Aku baik. Tenang saja, Kak." Jeff berusaha meyakinkan Tong. Lelaki yang sudah bersama Jeff dari awal karir  itu memang sangat perhatian. Bahkan hingga hal terkecil sampai hal besar seperti Jeff yang sudah menikah dengan seorang pengusaha.

ONESHOT BIBLEJEFFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang