[3] Di Belakang Rumah Nenek

332 51 15
                                    

Kejadian yang menimpa Sunoo bukanlah hal yang biasa. Bunda Sunoo sudah tau kalau anaknya ini masih bisa melihat hal-hal mistis seperti saat dia kecil.

Tidak ada siapapun di rumah kecuali Sunoo dan Bundanya, Ayahnya tiba-tiba mendapatkan panggilan untuk ke luar kota secepatnya. Bunda memutuskan membawa Sunoo ke rumah Nenek karena merasa tidak aman jika hanya berdua dengan Sunoo di rumah besar itu.

Pernyataan Bunda disambut baik oleh Nenek. Setelah kabar Sunoo yang diganggu arwah murid baru di sekolah, Neneknya akan mencoba menutup kembali mata batin Sunoo.

Sunoo masih bisa bersekolah karena jarak antara sekolahan dan rumah Nenek masih bisa ditempuh dengan waktu 25 menit. Berbeda dari rumahnya yang hanya 10 menit.

Bunda menggandeng Sunoo untuk masuk ke rumah Nenek. Sunoo menggenggam tangan Bunda. Dia sudah berada di tahun kedua sekolah menengah tapi masih diperlakukan seperti anak kecil.

Kedatangan mereka disambut oleh Nenek, Sunoo membungkuk untuk memberi salam kepada Neneknya. Sunoo berjalan ke kamar dengan membawa tas berisi bajunya, sedangkan Bunda membantu Nenek untuk memasak di dapur.

Sunoo berjalan ke bawah setelah meletakkan barang-barangnya. Dia melihat Nenek dan Bunda yang sedang fokus dengan masakan mereka. Tidak mau mengganggu, Sunoo berjalan keluar rumah untuk menghirup udara segar. Siapa yang tidak suka udara segar di rumah Nenek?

Dari kejauhan Sunoo melihat ada seseorang yang sedang sibuk di kebun samping rumah. Sunoo tersenyum, dia berlari ke arah orang tersebut, berniat memberi kejutan tapi sayangnya itu tidak akan bekerja.

"Aku sudah tau kau akan datang cucuku."

"Ah kakek!"

Laki-laki yang lebih tua terkekeh gemas melihat cucunya kemudian menepuk rambutnya.

"Kakek sudah saatnya panen?"tanya Sunoo.

"Apa yang ingin kau panen hm? Jagung-jagung di sini masih hijau,"ucap sang Kakek membersihkan daun-daun jagung yang sudah kering.

"Kan aku bertanya,"jawab Sunoo.

"Kakek telah menyimpan banyak jeruk di belakang, ambilah."

"Jeruk!"

Sunoo berlari meninggalkan kebun jagung itu. Langkahnya terhenti di belakang rumah dimana ada keranjang besar berisi jeruk dan juga sebuah rumah kecil seperti rumah anjing tapi tidak muat jika digunakan untuk anjing.

Sejujurnya Sunoo sudah curiga dengan benda ini, tapi dia mengabaikannya setiap waktu jika dia datang ke rumah Neneknya. Dia memilih mengambil jeruk daripada memikirkan hal yang tidak jelas.

Sunoo membawa sekurang-kurangnya 10 jeruk di tangannya dengan bantuan kaos yang dia jadikan wadah. Rencananya dia akan makan di samping kebun, melihat kakeknya yang masih aktif membersihkan kebun.

Tangan Sunoo seperti tidak kuat membawa banyak jeruk hingga akhirnya saat dia berjalan sebuah jeruk menggelinding. Sunoo menoleh ke arah jeruknya menggelinding, matanya mengikuti arah jeruknya menggelinding.

Jeruk itu berhenti ketika menabrak sebuah kaki dengan sepatu lusuh yang nampak rusak. Sunoo memandang, siapa orang yang berdiri di depannya itu.

Mata Sunoo memindai dari bawah hingga ke atas, dia melihat penampilan orang itu menggunakan baju yang memiliki model jaman dulu. Sebuah kemeja putih lusuh dengan rompi berwarna hitam yang hanya sebagai pemanis bajunya saja.

Sunoo menatap ke arah orang itu dan seketika orang yang berdiri di hadapannya menghilang. Sunoo menatap ke segala arah tidak ada tanda-tanda ada orang di sini.

JINGGA | SUNOO KIM [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang