Melihat perubahan yang ada pada Sunoo membuat Bunda khawatir. Seperti Sunoo yang tiba-tiba berbicara sendiri dan berjalan di malam hari tanpa ada seseorang yang berada di sampingnya.
"Sunoo, sebentar lagi kan kamu ujian. Jangan terlalu menekan diri, jangan sering begadang ya?"
"Iya Bunda."
Bunda sudah tidak percaya jika Sunoo masih bisa berkomunikasi dengan para hantu. Justru Bunda mengkhawatirkan Sunoo yang selalu berbuat sendiri. Saat Bunda mencari tahu kebenarannya, dia dianjurkan untuk ke dokter psikolog.
Salah satu faktor Sunoo menjadi berbicara sendiri menurut beberapa psikolog adalah karena tekanan batin dan juga kurangnya ruang untuknya menunjukkan perasaannya.
Bunda mencoba membuat Sunoo lebih baik bahkan setelah beberapa hari yang lalu. Sunoo juga merasakan perubahan yang terjadi pada Bunda. Seperti ada sesuatu tapi Sunoo tidak bisa mendeskripsikan.
"Bunda sudah menyiapkan makanan untukmu, jangan lupa di makan ya?"
"Iya Bunda. Terimakasih banyak."
"Ayah tidak bisa mengantarkan mu, mau diantar Bunda?"
"Aku akan naik bus. Sampai nanti Bunda!"
Bunda memperhatikan Sunoo, dia masih anak ceria yang sama hanya saja kebiasaannya yang baru membuat Bunda sangat cemas.
Seperti apa yang dikatakan Sunoo, dia naik bus untuk berangkat ke sekolah. Entahlah, mungkin ayahnya sedang tidak ingin menghantarkannya sekolah.
Sunoo menunggu bus di halte, sesekali dia membuka ponselnya siapa tau ada pesan masuk yang penting untuknya.
Sesaat kemudian bus yang Sunoo tunggu akhirnya tiba. Tanpa menunggu waktu lama Sunoo masuk ke dalam bus. Kebetulan juga tidak banyak yang masuk ke dalam bus, hanya dia dan dua anak perempuan di depannya.
Sunoo melihat sekeliling, bus ini nampak kosong. Dia memilih duduk di ujung belakang untuk menikmati tempatnya sendiri tanpa diganggu oleh siapapun.
Bus berjalan dengan perlahan meninggalkan halte. Sunoo melihat keluar jendela, banyak yang berjalan-jalan di luar sana. Sunoo tersenyum senang melihat orang-orang di jalanan yang mulai berjala menuju kantor mereka.
Sunoo mengernyitkan dahinya, dia melihat toko roti di depan lampu merah itu terbuka. Tapi seingatnya di sana sudah tidak ada toko roti lagi, kapan mereka membangun toko roti dengan cepat bahkan hanya dengan waktu semalam?
Sunoo mengabaikan pemikirannya, mungkin memang dia saja yang belum pernah melihatnya selama ini.
Banyak perubahan yang dilihat Sunoo. Banyak bangunan yang sebelumnya tidak ada tapi kini ada berdiri di depannya dengan tegap gagah.
Di tengah kebingungan Sunoo, ponselnya berdering dengan keras. Karena merasa tidak enak dengan penumpang lain, Sunoo segera membuka ponselnya dan mengangkat telfonya.
"Ya Bun—"
"Kerjakan semua ujianmu dengan benar! Jangan sampai ada yang tertinggal! Eomma tidak akan mengampuni mu saat kau kembali nanti jika nilaimu jelek!"
"A-apa? Bunda?"
"Dengar anak sialan! Kau harus mendapatkan beasiswanya, atau aku akan membuang mu!"
Sunoo terkejut mendengarkan penuturan di sebrang telefon. Tapi dia yakin itu bukan Bunda, dari suaranya sangat berbeda dengan Bunda yang dia kenal dan juga, orang tadi menyebut dirinya 'Eomma' bukan Bunda.
Telfon itu mati.
Sunoo masih memperhatikan nama penelfon, di sana tertulis dengan jelas 'Eomma'. Sunoo tidak pernah menyimpan nomor Bundanya dengan nama itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/328727246-288-k543464.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
JINGGA | SUNOO KIM [✓]
Horreur[mini story] Jingga memiliki arti 'merah terang' yang secara filosofi memiliki perasaan yang peka, memiliki daya tarik yang kuat tidak lupa dengan rasa antuasias yang sangat besar. Sama dengannya, Sunoo adalah pemuda yang menonjol dan berbeda dari...